Dendam Putri Gemuk
Dia adalah gadis yang gemuk dan dikucilkan di keluarganya, sejak kecil dia juga tak pernah punya mimpi yang serius sebelum akhirnya dia bertemu dengan Putra Mahkota yang memiliki tampang laksana mentari yang amat terang.
Pertama kali dalam hidup gadis gemuk ini, dia merasakan sesuatu yang disebut sebagai cinta, gadis bernama Alena Arganta ini berusaha segala cara agar dapat berada di samping sang Pangeran.
Segala cara dia lakukan namun selalu berakhir dengan kekacauan, meski sang Pangeran selalu membelanya saat ada kesempatan. Namun tak sedikit dari mereka yang terus menghujat Alena dengan kata-kata kasar.
Karena rasa cintanya Alena menjadi buta akan kenyataan yang sesungguhnya, dia meminta sang ayah yang amat menyayanginya itu untuk meminta sang Raja menjodohkan mereka. Alhasil sang Ayah setuju, dan Keluarga Arganta akan sepenuhnya mendukung sang Pangeran Mahkota.
Kisah cinta yang di rasa indah bagi Alena itu justru malapetaka yang akan jadi penyesalan semua orang, setelah seluruh kekayaan keluarga Arganta habis dan semua dukungan yang diberikan pada Putra Mahkota tak menghasilkan apapun. Alhasil ayahnya tak lagi punya kuasa dan setiap hari ditindas dengan keji oleh para Bangsawan.
Gelar yang dimiliki Tuan Arganta akhirnya lenyap bersamaan dengan nyawanya, di tangan sang Pangeran Mahkota yang telah muak dengan segala hal yang menimpanya.
Bagaimana kisah selanjutnya?
...………Dendam Putri Gemuk…….....
...______Rzone______...
Clash!
Suara petir terdengar dari langit sore itu, suara rintihan dan tangisan terdengar menggema dalam sebuah ruangan lembab di bawah tanah.
“Ayah! Maafkan aku atas segala yang telah aku lakukan Ayah! Maafkan aku!” Jerit histeris terdengar dari balik jeruji besi.
Klotak!
Klotak!
Suara sepatu terdengar memasuki ruangan tersebut, lentera berwarna keemasan dari api yang menyala nampak berjalan beriringan dengan langkah tersebut yang kian mendekati jeruji besi.
“Kakak, apa kabar?” Seorang wanita berparas cantik. Rambut yang pirang laksana helaian emas yang dihiasi mahkota kecil di atas kepalanya. Mata biru yang indah serta bibir merah dan tubuh indah itu tertawa dengan gilanya.
“K-kau!” Pekik wanita di balik jeruji besi tersebut, tawa kian terdengar menggema dan membuat suasana kian mencekam.
“Apa kau! Hah! Kau sudah siap untuk mati? Sudah puas sekali rasanya melihat kau yang gendut ini kini seperti mayat tak berdaya, hahaha.” Tawanya lagi dengan sangat gembira.
“Ah ya, aku juga lupa memberi tahumu tentang satu hal. Aku sekarang adalah Ratu, dan kau ingat pria tua yang selalu menatapku dengan jijik itu?” Wanita itu terkikik-kikik bangga.
“Dia ayah mu Elena! Kau se*tan!” Pekik wanita tersebut yang tak lain adalah Alena, mantan Putri Mahkota yang saat ini tengah hancur di balik jeruji besi.
“Ayah? Ah aku juga belum memberitahumu ya? Bila pria itu bukanlah Ayahku!” Mata Alena terbelalak, dia meronta dari baja yang membelenggu kedua lengannya.
“Nikmatilah malam ini, besok kau akan menyaksikan kematian.” Elena kembali tertawa dan pergi dari tempat itu, tawa Elena kian menjauh namun kebencian Alena tak menjauh, dia malah kian membenci wanita itu dengan sangat teramat.
“Hiks hiks hiks, para bedebah itu! Akan ku balas jutaan kali lipat rasa pedih ini!” Pekik Alena, matanya tak terpejam namun dia tetap tak merasakan apapun.
Suara tetesan air terdengar kian jelas, itu artinya di luar sana salju sudah mencair dan air itu mengalir ke balik penjara. Alena merasakan seluruh tubuhnya membeku dan sudah tak terasa sakit.
Suara langkah kaki terasa kian mendekat, bersamaan dengan lentera yang menyala. Nampak di sana sosok pria bertubuh tinggi dengan rambut hitam dan mata yang tajam.
“Tuan Duke, apa nyawaku sudah dekat?” Tanya Alena lirih, pria tersebut menggelengkan kepalanya dan membuka kedua baja yang membelenggu kedua tangan Alena.
“Alena, sejak awal aku sudah memperingatkan segalanya. Sekarang ikuti arahan dariku dan kita pergi dari sini!” Pria itu mengangkat tubuh Alena, namun Alena lantas menggeleng saat merasakan hangatnya tangan pria itu.
“Duke, aku tak ingin pergi sekarang. Bisakah kau memberikan ku kematian?” Pinta Alena dengan nafas yang kian dalam dan detak jantung yang kian melemah.
“Diamlah! Kau tak ingin membalas dendam pada mereka yang telah menyakiti mu hah! Sekarang kau harus hidup dan balaskan dendam mu Alena!” Ucap sang Duke dengan sangat jelas, Alena memejamkan matanya dan suara langkah kaki kian jelas terdengar.
“Kakak!” Seorang pria dengan rambut pirang dan mata keemasan nampak menatap Duke yang memangku tubuh Alena dan memekik dengan amarah.
“Dia harus di eksekusi mati hari ini, apa Kakak ingin berkhianat?” Tanya pria itu yang tak lain adalah Raja saat ini.
“Berkhianat? Kau tahu apa tentang loyalitas? Kau bahkan mengkhianati dan menjebak istri mu sendiri!” Sang Duke tak ingin kalah dan menunjukkan tatapan sinisnya.
“Lepaskan dia! Atau Kakak terima sendiri akibatnya!” Teriak sang Raja dengan wibawanya, namun di mata Duke dia hanyalah bocah ingusan yang mudah dihancurkan.
“Kau saja yang diam!” Ungkap sang Duke, seringai kini muncul di sudut bibir sang Raja.
“Apa Kakak pikir aku akan takut pada mu setelah pasukan Harimau putih hancur? Aku bahkan bisa membuat Kakak hancur bersamanya hari ini.” Ucap Raja, Duke terdiam saat merasakan helaan nafas Alena berhenti.
“Ini waktu ku juga rupanya,” Ucap sang Duke saat dirasa Alena telah kehabisan kekuatan akan tubuhnya, Duke juga tak dapat lagi menghindar dari kematian.
“Kau penggal aku hari ini!” Pinta sang Duke dan berjalan menuju tempat penghakiman, semua warga yang melihat sosok pria itu lantas menangis. Sedangkan sang Raja nampak kebingungan dengan situasi yang ada.
Sebelum situasi terburuk terjadi, dengan sengaja para anak buah sang Duke menyebarkan segala fakta yang ada di Istana, hingga dalam waktu satu malam seluruh warga Kerajaan mengetahui mengenai semua itu.
“Aku tidak akan takut mati! Lakukanlah!” Ucap sang Duke, para warga nampak histeris melihat panutan sekaligus pelindung mereka akan dihakimi.
“Jangan pernah ada yang berontak hari ini, biarkan aku tenang dalam hembusan nafas terakhir. Aku tak tahu hari esok akan seperti apa, namun aku tak ingin kalian melakukan apapun di hari ini.” Duke menatap Alena yang tersenyum pahit melihat Duke, dia menggenggam tangan Duke untuk terakhir kalinya.
“Alena, mungkin ini terlambat. Namun, aku tak menyesal melakukan ini. Adapun yang ku sesali adalah tak dapat melindungi dirimu dari orang-orang biadab itu. Alena, saya mencintai anda.” Para warga yang mendengar bisikan lembut seperti bisikan angin itu kian menangis, beberapa di antara mereka mulai berontak.
Duke menidurkan Alena di sampingnya, dia mengambil pedangnya sendiri. Dia duduk bersimpuh dan menutup matanya saat pedang telah berada di ujung lehernya.
Clash!
Suara gesekan pedang dan leher terdengar, histeris kian terdengar di seantero Kerajaan. Tangis dan pilu kian memenuhi seluruh daerah tersebut, Alena yang melihat pria yang ingin menyelamatkannya justru mati di hadapannya sudah tak memiliki daya lagi. Melihat kepala Duke yang jatuh dari badannya membuatnya sadar bila semua itu bukan sekedar mimpi buruk.
“Hukuman mati telah disepakati para Dewan Kerajaan, kini Alena sang pengkhianat Kerajaan akan dijatuhi hukuman penggal!” Ucap lagi sang Raja, tanpa dia sadari tatapan benci kian terlihat dari mata para warganya.
Alena di gusur ke tempat eksekusi, hingga saat pisau di atas kelapa Alena yang siap memotong lehernya itu meluncur dengan kecepatan tinggi. Dan tatapan terakhir Alena adalah tangis para warga, dan tawa sang Raja.
Bila memang dunia yang baik selalu memberi kesempatan kedua, Alena juga ingin memiliki kesempatan itu. Dia ingin balas dendam dan ingin mengembalikan segala sesuatu pada tempatnya kembali.
.
.
.
“Nona? Nona? Ayo bangun, lihatlah matahari sudah sampai di atas kepala Nona.” Terdengar suara yang tidak asing di telinga Alena tiba-tiba.
“Emm, hah!” Alena terperanjat dan langsung menyentuh lehernya kala itu, Alena membelalakkan matanya dan menatap sekeliling.
Tempat yang sangat tidak asing bagi Alena, Alena menatap tangannya yang nampak berisi. Dia celingukan dan menatap seorang pelayan berambut hitam yang tengah kebingungan melihat tingkah Nona mudanya.
“E-emma? A-apa ini kau?” Tanya Alena, Pelayan yang di panggil itu mengangguk kebingungan.
“Astaga, apa aku bermimpi indah hari ini? Emma kau masih hidup?” Alena memeluk Emma dengan bahagia, namun air matanya juga menetes dan terus terisak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
CaH KangKung,
👣👣
2024-11-20
1
Ayu Septiani
mengikuti
2024-11-13
1
IndraAsya
👣👣👣
2024-11-09
1