Sebagai lelaki bertanggung jawab, Abas mau menikahi pacarnya yang hamil duluan. Mereka menikah di usia muda dan harus rela berhenti sekolah. Sayangnya kehadiran Abas sebagai suami Tari tidak begitu diterima oleh keluarga sang istri. Bisa dibilang Abas tak pernah diperlakukan baik sebagai menantu. Dia terus dihina dan diremehkan.
Hingga suatu hari, karena hasutan keluarga sendiri, Tari tega mengkhianati Abas dan membuang anaknya sendiri.
Abas diceraikan dan harus merawat anaknya seorang diri. Namun dia tak putus asa. Abas mengandalkan keahlian tangannya yang terampil mencukur rambut dan memijat orang. Abas selalu bermimpi memiliki usaha di bidang jasa cukur & pijat yang sukses. Dalam perjalanan menuju kesuksesan, Abas menemukan banyak wanita yang datang silih berganti. Bahkan mengejutkannya, sang mantan istri kembali tertarik padanya. Bagaimana perjuangan Abas setelah dibuang oleh istri dan mertuanya? Berhasilkah dia membangun usaha jasa yang sukses?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desau, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 23 - "Nggak Tahan Lagi, Bas..."
Buru-buru Abas keluar dari kamar. "Istirahatlah! Kalau ada apa-apa, aku ada di kamar sebelah," ujarnya.
Mila tersenyum dan mengangguk. Kala itu rasa sukanya pada Abas semakin bertambah. Bukan hanya karena kebaikan hati lelaki tersebut, namun juga karena perhatiannya.
"Tari benar-benar bodoh mau melepas lelaki sebaik Abas. Udah tampan kebangetan, pekerja keras, baik lagi," gumam Mila. Dia yang merasa lebih tenang, segera tidur.
Satu malam berlalu. Mila terbangun saat mendengar ada suara aktifitas dari dapur. Ia beringsut ke tepi kasur sambil menoleh ke jam dinding. Di sana waktu baru menunjukkan jam setengah enam pagi.
"Masih pagi sekali," gumam Mila. Namun dia tetap beranjak ke dapur. Mila juga tak lupa mengambil handuk karena ingin mandi.
Ketika memasuki dapur, Mila melihat meja makan telah tersaji sarapan. Dia yakin orang yang menyiapkan semua makanan itu adalah Abas.
Mila mengedarkan pandangannya untuk mencari Abas. Akan tetapi lelaki itu sama sekali tak terlihat.
Namun setelah didengar baik-baik, terdengar suara grasak-grusuk di belakang. Mila yakin Abas ada di sana. Gadis itu lantas memeriksanya, sekalian ingin masuk ke kamar mandi.
Pupil mata Mila membesar tatkala melihat Abas. Karena lelaki tersebut bertelanjang dada dan hanya mengenakan celana boxer. Abas tampak sibuk mencuci pakaian di tempat cucian yang letaknya di samping kamar mandi.
Kini Mila yang dibuat telan ludah. Apalagi tubuh Abas tampak mengkilap dan berkeringat. Dimatanya, lelaki itu memiliki badan yang bugar. Berkulit putih dan mempunyai otot bisep yang menggoda. Terlebih kala itu perut buncit Abas sudah mengempis. Mungkin karena lelaki tersebut hanya makan secukupnya setelah bercerai dari Tari, Abas juga merasa lebih sering menggerakkan tubuhnya.
"Eh, Mil! Udah bangun?" Abas ternyata menyadari kehadiran Mila yang sejak tadi memandanginya dari belakang.
"I-iya. Aku mau mandi," jawab Mila tergagap.
"Kalau masih merasa nggak enak, mendingan kamu nggak usah ke barbershop hari ini," kata Abas.
"Jangan begitu, Bas. Gara-gara kebakaran, aku malah jadi semangat untuk kerja," sahut Mila.
"Ya sudah deh kalau begitu." Abas mengangguk dan kembali fokus mencuci pakaian. Sedangkan Mila segera melangkah memasuki kamar mandi.
Setelah memakan waktu beberapa menit untuk mandi, Mila akhirnya keluar dari kamar mandi. Dia melilit handuknya ke tubuh seperti tadi malam.
Yang ada dipikiran Mila hanyalah Abas. Bahkan saat mandi saja dia terus memikirkan lelaki tersebut.
Saat keluar dari pintu kamar mandi, mata Mila langsung melirik ke arah Abas. Namun hal itu harus membuatnya bernasib nahas. Karena ingin terus menatap Abas, dia jadi terpeleset dan jatuh.
"Akh!" Mila reflek berteriak.
Mendengar itu, Abas panik. Dia langsung menghampiri Mila karena ingin membantu.
Betapa terkejutnya Abas tatkala melihat handuk Mila terlepas. Meskipun begitu, dia tak bisa melihat penampakan tubuh Mila seutuhnya. Sebab bagian yang terbuka hanya bagian samping. Namun kala itu Abas bisa melihat jelas salah satu buah dada Mila.
Dengan cepat Abas membantu Mila berdiri. Dia memilih mengabaikan apa yang dirinya lihat.
"Kau nggak apa-apa?" tanya Abas sambil memegangi handuk Mila agar tubuh gadis itu tidak ada yang terekspos lagi.
Mila menggeleng. Dia justru memancarkan tatapan lekat pada Abas.
"Yakin?" tanya Abas lagi. Dia berusaha keras mengabaikan tatapan Mila yang terasa aneh dan membuatnya nyaris salah tingkah.
"Maaf, aku udah nggak tahan lagi, Bas..." ungkap Mila.
"Apa maksud--" Abas ingin bicara. Namun Mila sudah menyosor bibirnya untuk dicium. Gadis itu bahkan melepas handuknya. Seketika tubuh Mila yang polos terpampang nyata. Menempel ke tubuh Abas yang sedang hanya mengenakan boxer.
Abas tentu terkejut dengan serangan Mila. Tetapi sebagai lelaki normal, mana mungkin dia menolak serangan nikmat itu. Apalagi Abas sudah berpuasa cukup lama. Hubungan badan yang terakhir kali dia lakukan pada Tari sebenarnya tidaklah cukup memuaskan baginya.
kan mungkin aja entar hartanya dikasih anak Alina. secara itu kan cucu tuan Irwan... punya hak atas warisan kakeknya.
ingat entar tambah parah Lo bas....,