Max membawa temannya yang bernama Ian untuk pertama kalinya ke rumah, dan hari itu aku menyadari bahwa aku jatuh cinta padanya.
Mungkinkah dia bisa menjadi milikku meski usia kami terpaut jauh?
note: novel ini dilutis dengan latar belakang luar negeri. Mohon maklumi gaya bahasanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BellaBiyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 5
Ulang tahun Ian akhirnya tiba. Rumah kami sudah dihias secukupnya, dengan balon-balon metalik warna hitam dan perak, beberapa pita, dan kue cantik buatan ibu yang dihiasi simbol-simbol olahraga dan matematika. Ibu juga bikin makanan kecil andalannya. Jujur, aku agak merasa cemburu. Ibu dan Max benar-benar berusaha keras untuk ulang tahun Ian.
Para tamu mulai berdatangan, kebanyakan remaja. Di antara mereka, aku melihat Laura, cewek yang sering disebut-sebut Max. Dia datang dengan kacamata plastik merah dan rambut pirangnya yang jelas-jelas udah dicoba diluruskan, meski masih agak mengembang. Tapi kelihatan usahanya. Dia senyum ke arahku, dan aku otomatis lihat behel ortodontiknya. Bukan jelek sih, tapi dia pasti bakal terlihat lebih baik setelah melewati masa remajanya.
"Ian dan Max datang," kata seseorang.
Ibu langsung matiin lampu, dan kami semua sembunyi. Pintu terbuka, dan saat lampu dinyalain lagi, kami semua berteriak, "Surprise!" Ian tersenyum lebar, kelihatan senang banget. Semua orang langsung menghampiri dia buat kasih selamat, dan tentu aja Laura nempel terus kayak koala di pohon. Aku cuma bisa muter mata.
Setelah semua orang selesai menyapa, aku mendekat dengan hati-hati untuk ngucapin selamat. Aku gak mau bikin suasana canggung. Tapi, di luar dugaan, Ian memelukku. Pelukannya terasa akrab. Bahkan sangat akrab, sampai-sampai aku merasa kecil dalam pelukannya. Sejak kapan lengannya jadi sebesar ini?
"Selamat ulang tahun, Ian," kataku sambil menatap dia. Kilasan ingatan tentang Halloween tiba-tiba muncul di kepalaku. Bulu mata panjang itu. Tapi gak mungkin. Mata Ian kan hijau, bukan abu-abu. Aku pasti cuma membayangkan.
"Kamu baik-baik aja?" tanyanya.
"Ya, nikmati pestanya," jawabku buru-buru. Aku langsung pergi dan naik ke kamar. Sambil mendengarkan musik, aku mulai browsing di internet buat ngecek sesuatu.
Ketikanku menemukan hasil dari *Lancaster Clinic, Vermont.* Klinik ini didirikan oleh Arnold Queens dan James Lancaster pada tahun 1960-an. Klinik kecantikan ini terkenal secara nasional dan banyak selebritas yang jadi pasiennya, seperti Lucia Sabati, Julia Stephan, dan Emilio Gruber. Sekarang klinik itu dikelola oleh Matthew Lancaster, anak James Lancaster.
Nama kakeknya James. Apa aku mulai paranoid? Aku mencoba mencari alasan lain, tapi pikiran ini terus mengganggu. Aku pergi ke kamar Max, ambil laptopnya, dan buka akun Google Fotonya. Aku cari foto-foto dari pesta Halloween. Dan, ya Tuhan, aku benar-benar mencium Ian! Di sana ada empat foto, dan di salah satu foto, aku bisa lihat Batman yang berdiri di samping Max. Batman yang sama, yang aku yakin banget adalah Ian. Apa dia sadar siapa aku malam itu? Atau mungkin dia gak tau juga karena aku pake topeng dan ganti gaya rambut? Terus sekarang, apa yang harus aku lakukan?
"Megan!" panggil ibu sambil mengetuk pintu. "Sayang, ngapain kamu di sini? Kamu tau Max benci kalau ada yang masuk kamarnya. Keluar sana dan bantu ibu di bawah."
Aku buru-buru nutup laptop dan keluar kamar. Aku butuh waktu buat mikirin langkah selanjutnya. Malam terus berlanjut dengan para remaja teriak-teriak di ruang tamu. Kelihatan banget bedanya antara anak-anak klub matematika dan anak-anak klub atletik. Serius deh, apa yang dimakan para atlet itu? Tinggi mereka lebih dari enam kaki dan kelihatan kayak keluar dari *Gossip Girl.* Tapi meskipun beda banget, kayaknya mereka masih bisa akur. Jelas zaman udah berubah. Waktu aku SMA, gabungan kelompok kayak gini gak mungkin terjadi.
Aku merasa kayak udah jadi wanita dewasa umur 22 tahun.
Aku terus memperhatikan Ian dan Laura. Cewek itu benar-benar nempel banget, kayak orang terobsesi. Dan Ian? Dia kelihatan bodoh, gak sadar sama sekali. Ketika Ian menoleh ke arahku, aku menatap balik. Gak ada keraguan lagi, dia adalah Batman di pesta Halloween. Bulu mata panjangnya gak mungkin salah, meskipun dia pake lensa kontak. Pertanyaannya sekarang, apa dia sadar atau itu cuma kebetulan?