NovelToon NovelToon
PETAKA GHIBAH

PETAKA GHIBAH

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Trauma masa lalu
Popularitas:28.2k
Nilai: 5
Nama Author: Yenny Een

Malam itu petir mengaum keras di langit, suara gemuruhnya bergema. Angin mengamuk, langit menangis, meneteskan air dengan deras. Alam seolah memberi pertanda, akan datang suatu bencana yang mengancam sebuah keluarga.

Clara seorang ibu beranak satu menjadi korban ghibah dan fitnah. Sampai mati pun Clara akan ingat pelaku yang sudah melecehkannya.

Akankah kebenaran akan terungkap?
Siapa dalang di balik tragedi berdarah ini?

Ikuti ceritanya!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yenny Een, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 5 Ziarah Makam

Dilara berdiri, melangkahkan kakinya mengikuti wanita cantik itu. Wanita itu semakin jauh di depan, Dilara semakin mempercepat langkahnya. Dilara terpesona menatap taman bunga yang indah bermekaran. Sungguh indah, aroma wangi bunganya menjadi terapi bagi Dila. Dilara memetik beberapa dan membawanya.

Wanita itu menghilang, langkahnya terhenti. Dilara menatap dua pusara yang dikelilingi taman bunga. Sungguh sangat terawat. Dilara membaca nama yang ada di batu nisan 'Carla Zahra', 'Kafi Rizal'.

"Mamaaaaaa, Papaaaaa," Dilara berlutut menangis di atas pusara kedua orang tuanya.

"Ma, Pa, maafin Dila yang baru bisa mengunjungi kalian. Dila sakit. Dila hampir melupakan kalian. Maaf, maaf, Dila bukan bermaksud melupakan kalian," isak Dilara.

Dilara menaburkan bunga-bungaan yang baru saja dipetiknya. Dilara juga memanjatkan doa-doa. Dilara mendengar bunyi langkah mendekat ke arahnya. Dilara dengan hati-hati menoleh ke sebelah kirinya.

"Permisi, apakah ini Nak Dila?"

"I ... iya, Bapak siapa?" Dila berdiri menunduk sopan.

"Ini Pak Kades, apa Nak Dila masih ingat Bapak?"

"Oh Pak Kades, apa kabar Pak?" Dila mencium punggung tangan Pak Kades.

"Ya beginilah, Bapak terus bertambah tua. Maaf Nak Dila. Bapak bingung mau menghubungi keluarga Nak Dila kemana. Makam Bu Clara dan Pak Kafi kami pindah. Di sini kami bergantian merawatnya. Kami tanami bunga-bungaan untuk mereka. Tanda terima kasih kami karena mereka telah banyak membantu desa kita dulu." Pak Kades sambil menaburkan bunga di atas makam Clara dan Kafi.

"Terima kasih banyak Pak Kades dan warga yang masih mengingat keluarga saya," Dilara terharu.

Sementara itu di Aula Desa, Salman dan Salma kakak sepupu Dila panik mencari keberadaan Dila. Mereka mencari dan bertanya hampir ke semua mahasiswa.

"Maaf, Kakak berdua ini siapanya Dila?" tanya Dira.

"Kami kakak sepupunya," jawab Salman.

"Dilara tadi kurang enak badan Kak. Dan saya sempat melihat dia ke arah sana. Mari Kak," Dira mengajak Salman dan Salma ke suatu tempat.

Dira mengikuti kata hatinya. Dira menuju ke jalan besar di mana dia tadi melihat orang tua bungkuk berdiri. Dan benar, di sana lah Dilara berada. Dilara duduk di pinggir jalan sendirian.

Dira, Salman dan Salma berlari menghampirinya. Mereka bertanya apa yang membuat Dilara sendirian di sana. Dilara cerita tadi dia melihat seorang Nenek tua terikat kakinya di salah satu pohon yang ada di ujung sana. Dilara menolongnya, membukakan ikatan yang ada di kakinya.

Setelah ikatannya terbuka, tubuh Dilara menjadi lemah, Dila kehabisan tenaga, berdiri saja tak kuasa apalagi untuk berjalan. Dila pasrah duduk ditepi jalan mengharap bantuan segera datang.

Dira dengan sukarela meminjamkan punggungnya untuk menggendong Dilara. Awalnya Salman dengan halus menolak karena Salman pun bisa, tapi Dira tetap memaksa.

Akhirnya Dilara untuk pertama kalinya merasakan jantungnya berdegup tidak beraturan. Dilara tidak mengerti apa yang terjadi pada dirinya saat ini. Salman dan Salma yang ada di belakang mereka tersenyum. Salman dan Salma mencium aroma kasmaran. Mereka yakin Dira mempunyai perasaan suka pada Dilara.

Dira dengan hati-hati menurunkan Dilara. Dilara duduk bersandar di kursi panjang depan Aula Desa. Bu Kades dari kejauhan memperhatikan Dilara, Bu Kades menghampiri suaminya dan membisikkan sesuatu sembari menunjuk ke arah Dilara. Pak Kades juga memperhatikan Dilara. Mereka bersama para warga meninggalkan Aula Desa.

Tidak hanya Bu Kades dan Pak Kades yang memperhatikan Dilara. Ella gadis cantik teman sekelas Dilara juga memperhatikannya. Ella tertarik dengan cowok yang berada di samping Dilara. Ella berinisiatif mendekatinya.

"Dila, kamu sakit?" Ella memegang kening Dilara.

"Hmmm, gak. Cuman kecapean az," sahut Dilara.

"Temannya Dila ya?" tanya Salma.

"Iya Kak, kami satu kelas. Kaka siapa?" Ella memancing pertanyaan.

"Aku Salma, ini Salman. Kami Kakak sepupunya Dila," jawab Salma.

"Dan ini?" tunjuk Ella dengan manja.

"Ini Dira, temannya Dila," jawab Salma.

Ella mengulurkan tangannya ke arah Dira. Tapi Dira malah cuek dan bersikap dingin. Salman dan Salma terkejut melihat perubahan dari sifat Dira. Berbeda saat Dira tadi memperlakukan Dilara. Ella dengan cepat menarik tangannya.

"Oh hanya teman ya. Kira in. Hehehe. Dila udah dulu ya. Permisi Kak, dah Dira," Ella pamit.

Dira sama sekali tidak menghiraukan Ella. Salman memijit pergelangan kaki Dilara, begitu juga dengan Salma yang memijit pundak Dilara. Dilara memohon kepada mereka jangan melakukan itu, Dilara malu diperhatikan banyak orang.

Dira tersenyum melihat tingkah Dilara. Baginya Dilara sungguh menggemaskan. Dilara sungguh beruntung memiliki kakak sepupu yang sangat menyayanginya.

Dilara kemudian bercerita kepada mereka. Dilara baru saja mengunjungi makam kedua orang tuanya.

Salman dan Salma saling berpandangan. Dilara bilang, dia lupa kalau makam kedua orang tuanya ada di sini. Tadi Dilara mengikuti seseorang sehingga bisa menemukan makam orang tuanya. Mereka pun akhirnya beristirahat menunggu malam tiba.

Dan hari pun perlahan gelap. Para mahasiswa secara berkelompok menyelesaikan laporan tugas mereka tentang Desa Damai. Dilara satu kelompok dengan Salma, Salman, Dira. Dira mengumpulkan hasil tugasnya kepada Dosen mereka. Dilara pamit ke kamar mandi kepada kakak sepupunya.

Ella memberi kode kepada dua orang temannya. Kedua temannya mengikuti Dilara ke kamar mandi. Letak kamar mandi Aula Desa lumayan jauh. Terpisah dengan Aula Desa. Dilara yang sudah kebelet langsung berlari sendiri ke kamar mandi.

Setelah Dilara masuk ke dalam kamar mandi. Kedua teman Ella mengunci Dilara dari luar. Mereka juga mematikan aliran listrik yang ada di depan kamar mandi. Mereka dengan kegirangan berlari meninggalkan kamar mandi. Dilara yang sudah selesai melakukan ritual buang hajatnya, setelah mencuci tangan kaget pintu kamar mandi tidak bisa dibuka.

Di dalam kegelapan, Dilara dengan sekuat tenaga membuka pintu. Dilara akhirnya berteriak. Tapi teriakan Dilara tidak terdengar karena riuhnya suasana di Aula Desa.

Di Aula Desa, kedua teman Ella memberi isyarat kepada Ella dengan menyatukan ibu jari dan telunjuk dalam sebuah lingkaran. Ella mengangguk. Ella menghampiri Dira yang baru saja kembali setelah menyerahkan tugas kelompoknya.

"Hmmm Dira, kamu masih ingat aku?" Ella berdiri di depan Dira.

Dira seperti sebelumnya dingin terhadap Ella. Ella kembali menghentikan langkah Dira yang ingin meninggalkannya.

"Dira, aku melihat Dilara berjalan sendiri ke arah sana. Aku ingin mengejarnya tapi takut sendiri. Bisa temani aku?" Ella berpura-pura khawatir dan menunjuk ke arah kegelapan di depan jalan sana.

Dira berlari menuju jalan sebelah kiri Aula Desa. Dira takut Dilara tersesat dan tidak menemukan jalan pulang. Ella puas berhasil berduaan dengan Dira. Mereka terus masuk ke dalam kegelapan mencari Dilara.

Di dalam kamar mandi. Dilara dalam kepanikan. Dilara merasa napasnya tercekat. Keringat dingin mulai membanjiri seluruh tubuhnya. Dilara takut gelap. Dilara merasakan sensasi melayang dan mata yang berkunang-kunang. Dilara tidak sadarkan diri.

Dan di dalam ketidaksadarannya. Sesosok hitam memanfaatkan dan masuk ke dalam tubuh Dilara. Sosok itu membuka mata yang mengeluarkan cahaya merah menyala. Sosok itu keluar dengan menembus pintu kamar mandi yang terkunci. Sosok itu terbang melayang dan masuk ke dalam Aula Desa dengan suara lengkingan.

"HI, HI, HIIIIIIIIIIIIIIIIII!"

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

1
Queen
😱😱😱🥶😰
Aila
inalillahi
Aila
/Toasted/
Queen
kok pingsan, knp gak ko oit az
Queen
iiiiiiiii 😰
Queen
kirain Bobby juga pelakunya
Queen
lidahnya memang tajam
Queen
hadeeehh
Queen
astaga
Queen
tuh kn nenek tua dari Desa Ghibah
Queen
rasain
Queen
😱
Queen
🥶
Queen
jgn² ini dia si nenek tua penyebar ghibah yang mengakibatkan fitnah. pembunuh Clara.
Aila
yahhhhh, dikit amatttt 🤪
Aila
Betul³
Queen
Wiiihhhh jadian 😍
Queen
Msh misteri
Queen
Jadi kasian
Aila
nah ?????
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!