Emanuel Abraham Lincoln seorang pria dewasa yang berumur 28 tahun merupakan CEO Dari perusahaan Besar yang bernama E,A Company
Emmanuel Merupakan suami dari seorang wanita cantik yang bernama Rossa, mereka sudah lama menikah dan di karuniai seorang
putra Yang Kini Berusia 2 tahun, putra mereka Di beri nama Kenzie Junior Abraham Lincoln.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alin26, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Daffa dan Emmanuel Bertengkar
Silvia terdiam sebentar. Ia sedikit syok ketika melihat kehadiran Dafa di depan rumahnya itu.
"Dari mana kau tahu alamatku?" tanya Silvia merasa sangat heran mengapa Dafa bisa tahu di mana tempatnya tinggal.
"Aku seorang Dafa Matteo. Apa yang tidak aku ketahui di dunia ini?" tanya Dafa dengan nada sombong yang membuat Silvia memutar bola matanya dengan malas.
'Dasar narsis,' gumam Silvia dalam hatinya. "Untuk apa kau datang ke sini?" tanya Silvia kembali.
"Tentu saja untuk menemuimu. Hanya satu hari saja kita tidak bertemu sudah membuatku sangat rindu padamu," ujar Dafa dengan rayuan mautnya.
"Maaf ya. Saat ini aku sedang sibuk! Aku tidak ada waktu untuk melayani pria buaya sepertimu!" ujar Silvia yang hendak menutup pintu rumahnya, tetapi terhenti ketika Dafa menahannya.
"Tunggu dulu! Aku belum selesai bicara!" ucap Dafa. Silvia menghembuskan nafasnya secara pasrah.
"Apa yang ingin kau katakan, Tuan?" tanya Silvia berusaha untuk sabar.
"Apa kita boleh bicara di dalam? Cuaca malam ini dingin sekali," timpal Dafa seraya memeluk dirinya sendiri dengan wajah yang memelas berharap Silvia dapat mengizinkannya masuk ke dalam rumah tersebut.
Silvia pun hanya bisa pasrah saat mendengarnya, kemudian berkata. "Silahkan! Tapi jangan lama-lama ya!" sungut Silvia sembari memberi jalan pada Dafa untuk masuk ke dalam rumahnya.
Dafa pun tersenyum kemenangan lalu melangkah memasuki rumah tersebut. 'Hehehe ... El, kau kalah dariku. Sebentar lagi Silvia akan menjadi milikku!' gumam Dafa dalam hatinya.
Dafa dan Silvia duduk di sofa. Posisi mereka saling berhadapan dan saling menatap satu sama lain.
"Apa yang mau kau katakan, Tuan?" tanya Silvia menatap intens wajah Dafa.
"Sebenarnya aku tidak ingin mengatakan apa-apa. Aku hanya ingin menghabiskan waktuku untuk melihat wajahmu yang cantik itu," ujar Dafa menatap wajah Silvia dengan tatapan penuh arti.
Silvia yang mendengar itu lantas mendengus dengan kesal. "Jika tidak ada yang penting silahkan keluar!" tegas Silvia.
"Ya ampun kau itu galak sekali. Sifatmu begitu persis seperti Emmanuel. Pantas saja Emmanuel bisa jatuh hati padamu," ujar Dafa seraya terkekeh.
"Permisi?!" sungut Silvia dengan kesal.
"Hahaha. Aku bercanda, Silvia. Bawa santai saja," ujar Dafa.
"Dasar menyebalkan!" gumam Silvia.
"Silvia, sebenarnya aku ke sini ingin mengatakan kalau aku—"
"Brengsek! Apa yang kau lakukan di sini, hah?!" teriak Emmanuel ketika dirinya masuk ke dalam rumah Silvia dan melihat Dafa di dalam sana.
Dafa dan Silvia yang mendengar itu lantas segera menoleh. Kedua mata Dafa langsung melebar tak kala melihat kehadiran Emmanuel di sana.
"B-Bro?" pekik Dafa.
"Ngapain kau di sini, hah?!" tanya Emmanuel yang langsung mendekat, lalu mencengkram kedua kera kemeja Dafa.
Dafa yang mendapat perlakuan seperti itu pun mulai gemetar ketakutan. "B--Bro, aku ke sini hanya untuk bertamu," ucap Dafa berusaha menjelaskan.
"Omong kosong! Kau ke sini pasti ingin menggoda Silvia kan?!" murka Emmanuel yang hendak melayangkan pukulan pada wajah Dafa. Dafa yang menyadari itu segera memejamkan matanya dengan kuat-kuat.
"Tuan El!" tegur Silvia yang langsung berdiri dari duduknya. Emmanuel yang tadinya ingin memukul Dafa pun lantas terhenti saat mendengar suara gadis itu.
"Apa yang kau lakukan, Sayang? Kenapa kau membiarkan pria picik ini masuk ke dalam rumah?!" tanya Emmanuel berusaha mengontrol emosinya di hadapan Silvia.
"Ini rumahku jadi terserah aku ingin menerima tamu siapa saja di sini. Lepaskan Tuan Dafa, Tuan! Jangan memukulnya lagi seperti waktu itu!" tegas Silvia yang membuat Dafa tersenyum senang karena mendapat pembelaan dari gadis itu.
"Tapi, Sayang—" Emmanuel hendak protes tetapi terhenti ketika Silvia mulai menatapnya dengan tajam.
"Kau dengar itu, Bro? Silvia saja membelaku. Padahal kau bukan siapa-siapa di sini kenapa justru kau yang marah?" cibir Dafa.
Emmanuel lantas merasa semakin marah, tetapi ia tak bisa berbuat apa-apa karena takut Silvia akan marah padanya. Dengan sangat terpaksa pria itu melepaskan cengkraman di kera baju Dafa. "Jika karena bukan Silvia, pasti kau sudah habis di tanganku sejak tadi!" umpat Emmanuel.
"Duduk lah, Tuan El!" titah Silvia menyuruh Emmanuel untuk duduk.
"Tapi, Sayang—"
"Aku bilang duduk! Kalau tidak mau duduk mending kalian berdua pulang saja!" tegas Silvia.
"Duduklah, Bro! Aku tidak ingin diusir oleh Silvia dari sini karena ulahmu!" sungut Dafa menarik tangan Emmanuel dengan kasar untuk duduk di sampingnya.
"Sialan kau!" umpat Emmanuel.
Silvia menatap kedua pria itu dengan tatapan yang sangat intens. "Kalian sudah makan?" tanyanya.
Kedua pria itu lantas menggeleng-gelengkan kepalanya secara bersamaan.
"Kalian tunggu di sini, aku mau masak dulu," ucap Silvia yang segera pergi dari sana lalu melangkah menuju dapur. "Ya Tuhan, semoga saja setelah mereka kenyang mereka tidak bertengkar! Aku pusing menghadapi mereka yang bertengkar terus-terusan!" gumam Silvia penuh harap. Silvia pernah mendengar jika seseorang yang sedang marah diberi makan sampai kenyang maka amarahnya bisa berkurang. Jadi Silvia berniat memasakkan Emmanuel dan Dafa makanan agar kedua pria itu tidak bertengkar lagi.
Di sisi lain. "Kau belum menjawab pertanyaanku. Untuk apa kau datang ke sini?" tanya Emmanuel menatap Dafa dengan tatapan yang sangat tajam.
"Aku kan sudah bilang aku ke datang sini hanya untuk bertamu," jelas Dafa.
"Kau mau ini?" tanya Emmanuel menunjukkan kepalan tangannya pada Dafa, seolah sudah siap untuk memukul wajah Dafa.
"Ka--Kau jangan seperti itu, Bro. Aku tahu kau marah karena aku ingin bersaing denganmu untuk memperebutkan Silvia. Tapi tidak bisakah kita bersaing secara sehat? Jika kau terus memukulku maka aku bisa mati muda karena kesakitan!" sungut Dafa.
"Mimpi jika kau bisa bersaing denganku! Bagaimana pun Silvia adalah milikku. Jika kau berani merebutnya aku tidak akan segan-segan untuk menghajarmu!"
"Mimpi?! Bro, kemenanganku sudah ada di depan mata! Kau lihat sendiri kan tadi bagaimana Silvia memarahimu hanya untuk membelaku?" ucap Dafa begitu berani.