setelah suatu insiden tragis yang menewaskan keluarganya, seorang pemuda bernama arka tiba - tiba di hadiahi sebuah "Sistem" oleh makhluk misterius. sistem ini memberikan arka misi-misi untuk mengeliminasi makhluk supranatural dari berbagai dimensi.
setiap kali ia berhasil menyelesaikan misi, ia mendapatkan poin untuk membeli kemampuan baru atau memperkuat dirinya. Namun, setiap misi beresiko, dan jika ia gagal, ia harus membayar "hukuman", yaitu kehilangan bagian tubuh atau ingatan tertentu. Akankah arka bertahan hidup dan membalas dendam, atau malah terjerat kekuatan sistem yang lebih besar dari dirinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Baby samuel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Di ambang pilihan
Arka hanya punya hitungan detik untuk memutuskan: apakah ia menerima misi misterius dari Sistem atau terus berfokus pada pertarungan hidupnya yang semakin sulit? Melihat cakar makhluk supranatural itu meluncur ke arahnya, ia tahu ia tak bisa bertahan lebih lama jika terus terjebak dalam kebingungan ini. Pikirannya berkecamuk dengan pertimbangan antara ambisi untuk menemukan rahasia Sistem dan ketakutan untuk kehilangan nyawanya begitu cepat.
Arka mengepalkan tangan, dan dalam satu detik, ia membuat pilihan: menerima misi khusus dari Sistem.
Saat ia mengkonfirmasi pilihannya, tiba-tiba cahaya putih menyilaukan muncul di sekitar tubuhnya. Seketika ia merasa seperti terseret keluar dari realitas, seolah ditarik ke dimensi lain. Di tengah cahaya itu, suara dingin dan tenang dari Sistem terdengar:
> **[Sistem Pembalasan - Misi Khusus]**
> Selamat, Pembalas. Anda telah memilih jalur yang penuh risiko dan misteri. Persiapkan diri Anda untuk ujian yang lebih sulit dan jawaban yang mungkin tak terduga.
Setelah suara itu menghilang, cahaya berangsur-angsur meredup, dan Arka mendapati dirinya berdiri di tempat yang benar-benar berbeda. Kini ia berada di tengah ruangan berbentuk kubah, diterangi oleh nyala api biru yang melayang di udara. Dinding ruangan dipenuhi ukiran dan simbol yang tak pernah ia lihat sebelumnya. Di tengah ruangan itu berdiri sebuah altar dengan kristal besar di atasnya, berwarna ungu bercahaya.
Namun, yang paling menarik perhatian Arka adalah bayangan samar yang berdiri di sisi lain ruangan. Itu adalah sosok berjubah hitam dengan wajah yang tertutup topeng perak. Sosok tersebut berdiri diam, memperhatikan Arka dengan tatapan tajam yang meski tak terlihat, terasa menusuk hingga tulang.
“Selamat datang, Pembalas,” suara sosok berjubah itu terdengar berat, penuh wibawa. “Aku adalah Pengawas dari Sistem ini, dan aku akan memandu ujianmu kali ini. Kamu telah menerima misi untuk mengungkap rahasia Sistem, tetapi sebelum itu, kamu harus membuktikan layak.”
Arka hanya mengangguk, meneguhkan dirinya untuk apapun yang akan datang. Rasa penasaran yang meluap-luap memicu semangatnya untuk maju. Pengawas itu kemudian mengangkat tangannya, dan altar kristal mulai berpendar lebih terang, mengeluarkan tiga cahaya yang kemudian berubah menjadi tiga makhluk supranatural yang berbeda, masing-masing memiliki penampilan dan aura yang jauh lebih mengerikan dibandingkan makhluk sebelumnya.
“Ujian pertamamu adalah mengalahkan mereka. Setiap dari mereka mewakili kekuatan, ketahanan, dan kecerdasan yang lebih tinggi dari apa yang telah kamu hadapi. Ingat, setiap serangan yang kau lakukan dan setiap gerakan yang kau pilih akan direkam oleh Sistem. Hanya mereka yang benar-benar cerdik dan taktis yang akan bisa melewati ujian ini,” Pengawas itu menjelaskan dengan dingin.
Arka mengerutkan alis, mengamati ketiga makhluk itu. Mereka terlihat seperti gabungan antara makhluk dan mesin, dengan bagian tubuh yang diperkuat oleh pelat logam dan senjata tajam yang tertanam di tangan dan kaki mereka. Jantung Arka berdegup kencang, tetapi ia mencoba mengendalikan rasa takut yang muncul. Dengan memanfaatkan Memori Visual yang ia peroleh, ia mulai mengamati setiap pergerakan kecil dari ketiga makhluk itu, mencari titik kelemahan yang bisa ia manfaatkan.
Saat makhluk pertama, yang mewakili **Kekuatan**, maju dengan langkah berat, Arka bersiap. Makhluk itu memiliki tubuh besar dan otot yang tampak mengeras seperti batu, namun gerakannya lamban. Arka menunggu hingga makhluk itu melayangkan pukulan besar ke arahnya. Ia menghindar tepat pada waktunya, menyelinap di sisi tubuhnya dan melayangkan tendangan kuat ke bagian belakang lutut makhluk itu. Makhluk itu terhuyung sejenak, namun segera berbalik dengan amarah yang semakin besar, melayangkan serangan bertubi-tubi ke arah Arka.
Arka terus menghindar, mencoba menyerang titik-titik lemah yang ia amati, namun serangannya hanya menyebabkan kerusakan kecil. Rasa lelah mulai merambat ke tubuhnya. Setiap kali ia menghindar, makhluk kedua dan ketiga semakin mendekat, mempersempit ruang geraknya. Ia tahu, jika ketiganya menyerangnya secara bersamaan, ia tak akan mampu bertahan.
Saat serangan bertubi-tubi itu makin mendekat, Arka memutuskan mengambil risiko besar. Dengan cepat, ia melompat ke arah altar di tengah ruangan, berharap mendapatkan jarak dan sudut pandang lebih baik untuk memetakan posisi ketiga makhluk tersebut. Tiba-tiba, kristal ungu di atas altar itu bersinar dan mengeluarkan cahaya yang menembus tubuhnya.
> **[Peningkatan Instan: Kekuatan Tubuh +1]**
> Anda mendapat peningkatan sementara selama ujian berlangsung. Gunakan kekuatan ini dengan bijak.
Merasa kekuatan barunya mengalir ke seluruh tubuh, Arka turun dari altar dan kembali menghadapi ketiga makhluk tersebut dengan lebih percaya diri. Kini, setiap pukulan yang ia layangkan terasa lebih kuat, memberikan dampak yang lebih besar pada makhluk pertama yang bertubuh besar itu. Dalam beberapa pukulan lagi, makhluk itu tersungkur, tak bisa bangkit kembali.
Namun, saat makhluk pertama tumbang, dua makhluk lainnya bergerak cepat dan mengepungnya dari kedua sisi. Makhluk kedua, yang memiliki ketahanan tinggi, melayangkan pukulan keras yang hampir membuat Arka terpental, tetapi berkat peningkatan kekuatan, ia berhasil menahan diri dan membalas serangan dengan dorongan penuh ke dada makhluk itu. Di saat yang sama, makhluk ketiga dengan kecerdasan tinggi mulai bergerak di belakangnya, mencoba menyerang titik buta Arka.
Dalam situasi terjepit, Arka memanfaatkan **Memori Visual** yang ia miliki, memanggil kembali setiap detail yang telah ia perhatikan dari gerakan ketiga makhluk itu. Ia menyusun strategi dengan cepat, memanfaatkan ruang sempit di sekitar altar untuk memancing kedua makhluk itu saling bertabrakan. Dengan gerakan cepat, ia berputar menghindari serangan makhluk ketiga, membuatnya tak sengaja menabrak makhluk kedua.
Kedua makhluk itu terdorong mundur, memberi Arka sedikit celah untuk menyerang. Ia fokus pada makhluk yang memiliki daya tahan tinggi, melancarkan serangan bertubi-tubi ke titik-titik lemah yang ia ingat dari serangan sebelumnya. Tak butuh waktu lama sampai makhluk kedua tumbang, meninggalkan hanya makhluk ketiga yang masih berdiri, menatapnya dengan mata merah menyala penuh kebencian.
Namun, makhluk ketiga ini berbeda. Ia tampak lebih pintar dan tak langsung menyerang. Arka memutar otaknya, berusaha mencari cara mengalahkan makhluk ini tanpa terkena serangan balik. Setelah merenung sejenak, ia menyadari satu hal penting: makhluk ini selalu menyerang ketika ia lengah, mencoba menyerang titik butanya.
Arka memutuskan untuk berpura-pura lelah, menundukkan kepala dan mengatur napas seolah-olah ia kehabisan tenaga. Sesuai perkiraannya, makhluk itu langsung menerkamnya dari belakang, melayangkan cakar tajam ke punggungnya. Tepat sebelum cakar itu menyentuhnya, Arka berbalik dan memukulnya dengan seluruh kekuatan yang ia miliki, tepat di wajahnya. Makhluk itu terjatuh, terkejut oleh serangan tiba-tiba itu.
Tak ingin memberi makhluk itu kesempatan untuk bangkit, Arka segera menghujamkan pukulan terakhir yang mengakhiri pertarungan itu. Dengan napas terengah-engah, ia berdiri di atas ketiga makhluk yang kini tak lagi bergerak.
Terdengar suara tepuk tangan pelan di sekeliling ruangan. Pengawas berjubah hitam yang sejak tadi memperhatikan akhirnya mendekat, menunjukkan ekspresi yang sulit ditebak di balik topeng peraknya.
“Selamat, Pembalas,” katanya dengan nada dingin, “Kau telah melewati ujian pertama ini dengan baik. Tetapi jangan senang dulu. Apa yang baru saja kau hadapi hanyalah permulaan dari misteri yang lebih besar.”
Pengawas itu melambaikan tangan, dan altar kristal kembali bersinar. Dari dalam cahaya itu, sebuah pintu besar muncul di tengah ruangan, terbuka sedikit dengan kegelapan yang dalam di baliknya.
“Jika kau ingin terus maju dan menemukan rahasia Sistem, kau harus memasuki pintu itu. Namun, ingat, setiap langkah yang kau ambil akan semakin membawa dirimu ke dalam jurang ketidakpastian. Kau mungkin tidak akan kembali dengan selamat,” ujarnya.
Arka menatap pintu itu dengan tatapan penuh tekad. Di satu sisi, ketakutan menderanya, tetapi di sisi lain, rasa penasaran dan keinginan untuk memahami alasan di balik kekuatan yang diberikan Sistem terus menggerakkan dirinya.
Sebelum ia sempat melangkah,