'Xannia Clowin'
Gadis cantik berusia 22 tahun yang selama menjalani hidup baru kali ini dia mengetahui pengkhianatan sang ayah kepada ibunya .
Sejak Xannia berusia 2 tahun ternyata sang ayah sudah menikah lagi bahkan wanita itu sedang mengandung anaknya.
Awal mula terbongkar pengkhianatan ayahnya itu ketika sorang gadis yang tak jauh beda dari usia xannia datang,gadis itu langsung menemui ibu Xannia dan mengaku sebagai anak dari istri kedua suaminya,
semenjak kejadia itu ibu xannia sering sakit-sakitan dan 5 bulan kemudian sang ibu meninggal dunia.
Dari kejadian itu menimbulkan rasa dendam dan sakit hati Xannia kepada ayah dan kelurga istri keduanya,sehingga Xannia bertekat membalaskan dendam atas rasa sakit dan pengkhiantan ayahnya yang sampai membuat ibunya tiada,bahkan dia rela menjadi istri kontrak miliader yang ingin memiliki keturunan , dan dari situlah Xannia ingin memanfaatkan pria itu untuk membalaskan dendamnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon VHY__, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16
Keesokan paginya Xannia sudah bersiap untuk pergi ke perusahaan seperti biasanya, mengingat kemarin dia tidak masuk dan hanya meminta izin lewat Airin.
Tapi yang membedakannya kali ini, Xannia akan pergi ke kantor dari mansion Davendra.
"Good morning," sapa Xannia dengan ramah saat melihat Davendra sudah ada di ruang makan.
"Hmm..." sahut Dave.
Pria itu langsung mendudukan dirinya di kursi meja makan.
"Kau ingin sarapan dengan apa? Biar aku yang ambilkan," kata Xannia.
"Duduklah, biar pelayan yan melakukannya," ucap Dave dengan tegas.
Xannia melihat wajah tegas Davendra dan menuruti perkataan pria dingin itu.
'Wajahnya benar-benar tidak bisa santai sedikit, dia terlalu kaku dan menyeramkan, 'batin Xannia dengan tangan yang mengambil makanan yang ada di hadapannya.
"Aku sudah membelikan-mu mobil yang baru," kata Davendra.
"Lalu mobilku?" tanya Xannia.
"Mobilmu ada di rumah temanmu, aku akan menyuruh anak buahku untuk mengambilnya setelah pesta pernikahan kita," jawab Davendra.
"Aku akan mengambilnya hari ini saja, Airin mungkin akan membawa mobilku ke perusahaan nanti. Jadi, kau suruh saja anak buahmu untuk membawa pulang mobil baruku," kata Xannia.
"Terserah kau saja," sahut Davendra.
Mereka berdua pun melanjutkan sesi makan pagi dengan keadaan hening tanpa ada obrolan yang terlontar dari mulut mereka berdua.
"Aku berangkat duluan," kata Davendra yang sudah menyelesaikan makanannya.
"Aku akn menyusul nanti, aku harus ke rumah ayahku lebih dulu, ada yang ingin aku ambil di sana," ucap Xannia.
"Hmm," sahut Davendra.
Cup ...
Dan tiba-tiba saja Dave mencium bibir Xannia yang masih mengunyah makanannya.
Sontak saja itu membuat Xannia kaget dan langsung menelan makanannya dengan bola mata yang melebar karna terkejut.
Dave melepaskan ciumannya dari bibir Xannia dan melihat wajah yang sudah memerah itu.
"Bukankah ini yang sering di lakukan setiap pasangan suami istri," kata Davendra dengan datar seolah-olah tak terjadi apapun.
Pria itu langsung pergi begitu saja meninggalkan xannia yang masih melihat punggung Davendra yang semakin menjauh.
"Dia memiliki serangan-serangan yang mengejutkan," gumamnya.
Karna rasa terkejutnya tadi membuat selera makan Xannia hilang, apa lagi Davendra tadi menciumnya saat sedang mengunyah, dan itu membuat Xannia bergidik.
Ia langsung membereskan tas kerjanya dan mengambil kunci mobil pemberian Davendra yang ada di sampingnya.
Wanita cantik itu berjalan menuju garasi mobil milik Davendra.
"Wow," ucap Xannia takjub, setelah wanita itu melihat deretan mobil milik Davendra yang berjejer rapi.
"Ini terlihat seperti sebuah basement di banding dengan garasi, gumamnya.
Xannia menekan tombol yang ada di kunci mobil yang dia pegang.
Bip...
Bip...
Sebuah mobil dengan merek Toyota GR Supra berwarna putih menjadi mobil yang di pilih Davendra untuk di gunakan oleh Xannia.
"Lumayan, aku suka warnanya," gumam Xannia sambil berjalan menghampiri mobil barunya.
Ia mendudukan dirinya di kursi kemudi, wanita itu mulai menyalakan mesin mobilnya dan menjalankannya keluar dari garasi yang pintunya terbuka dengan otomatis setelah Xannia melewatinya.
Ia menjalankan mobil itu dengan kecepatan tinggi agar cepat sampai di mansion sang ayah.
Hingga sang ayah menelponnya dan membaut Xannia memelankan laju mobilnya.
Ia memakai handsfree untuk mengangkat telepon dari ayahnya, mengingat dia sedang menyetir.
"Ada apa?" tanya Xannia tanpa basa-basi setelah mengangkat panggilan dari sang ayah.
"Pulanglah kerumah nanti malam karna kedua orang tua Arsen akan datang kerumah," kata Martin.
"Jangan sampai tidak datang, mereka akan membicarakan soal pernikahan kalian," lanjut Martin.
"Sudah aku bilang, nikahkan saja dia dengan anakmu itu, lagi pula mereka berpacaran," kata Xannia tak senang.
"Kedua orang tua Arsen tidak setuju dan tetap mau kau yang menjadi menantu mereka," sahut Martin.
"Daddy tidak mau tahu, kau harus tetap datang ke mansion," tegas Martin dan langsung mengakhiri panggilannya.
Xannia melepaskan handsfree-nya dengan kasar dan memukul stir mobilnya.
"Dia pikir, dia masih bisa mengaturku," gumam Xannia dengan kesal.
Ia kembali melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi.
Tak memerlukan waktu lama untuk sampai di mansion ayahnya, atau lebih tepatnya mansion sang kakek yang sudan beralih nama menjadi namanya.
Setelah memarkirkan mobilnya dengan asal, Xannia berjalan dengan cepat dan masuk begitu saja kedalam rumah mewah itu.
"Nona," ujar seorang pelayan yang terkejut karna Xannia datang mendadak dan membuka pintu dengan sedikit kasar.
"Dimana mereka?" tanya Xannia datar.
"Tuan, dan yang lainnya sedang di ruang makan,"
jawab pelayan tersebut yang sedikit takut dengan nona-nya yang tidak seperti biasanya.
Xannia berjalan begitu saja dan menaiki anak tangga menuju kamarnya.
Saat pelayan tersebut akan kembali melakukan pekerjaannya, Martin beserta Jenny dan juga Maria muncul dari ruang makan.
"Siapa yang datang?" tanya Martin.
"N-nona Xannia tuan," jawab pelayan itu dengan takut-takut.
Maria mengepalkan tangannya saat mendengar nama Xannia di sebut.
"Bukannya langsung menemui daddy, kakak malah langsung masuk ke kamarnya," kata Maria mencoba untuk memanas-manasi sang ayah.
Karna keberadaan Xannia di rumahnya, Martin tak langsung pergi ke perusahaan dan malah menunggu Xannia turun dari kamarnya.
Sementara itu di dalam kamar, Xannia berjalan masuk menuju walk in closet miliknya, dan membuka sebuah laci dengan ukuran sedang yang ada di balik pakaiannya yang menggantung.
Dia mengambil sebuah map berwarna biru yang selama ini di simpannya, dulu Xannia memang tidak terlalu membutuhkannya. Tapi, sekarang ia membutuhkan map itu untuk dirinya sendiri.
Setelah mendapatkan apa yang di carinya, Xannia keluar dari kamar dan mengunci pintunya, dia membuang kunci itu ke dalam guci besar yang ada di depan kamarnya.Xannia menuruni anak tangga dan setelah sampai di ruang tamu dia melihat ayahnya dan dua orang wanita yang sangat dia benci sedang melihat kearahnya.
""Kenapa tidak bilang pada daddy jika kau pulang,"Kata Martin tenang
"Aku hanya mengambil barang-ku yang tertinggal saja," sahut Xannia datar.
"Tapi, harusnya kau menemui ayahmu terlebih dahulu, timpal Jenny.
"Iya kakak, yang di katakan mommy benar. Harunya kau menemui kami dulu jika kau pulang," ujar Maria.
"Kenapa aku harus menemui kalian jika aku ingin masuk ke rumahku sendiri, bukankah begitu dad?" sungut Xannia menyunggingkan senyum miringnya.
"Apa yang kau ambil?" tanya Martin.
"Sesuatu yang harusnya aku ambil sejak dulu," sahut Xannia.
Maria mendekati Xannia untuk melihat apa yang di ambil Kakaknya itu.
"Kak, kau sudah sarapan? Ayo, aku akan menemanimu sarapan," kata Maria sambil menyentuh tangan Xannia yang memegang map.
Xannia menepis tangan yang digenggam oleh Maria.
"Jangan menyentuhku," kata Xannia dengan sinis.
"Xannia harusnya kau tak boleh sekasar itu pada adikmu, dia hanya berniat baik untuk mengajakmu sarapan," ujar Jenny yang menghampiri putrinya.
"Makanlah dulu sebelum kau pergi," kata Martin.
"Aku sudah makan," sahut Xannia.
Xannia menatap tajam pada Maria dan juga Jenny.
"Aku tidak pernah punya adik dan ibuku hanya melahirkan aku seorang, dan jangan seolah-olah merasa bahwa kau adalah adikku karna aku tidak merasa punya adik sepertimu," kata Xannia dengan tajam.Ia langsung keluar dari rumah itu dengan perasaan kesal dan mood yang buruk.
Bersambung.....