Siapa sangka, Vanya gadis cantik yang terlihat ceria itu harus berjuang melawan penyakitnya. Dokter mengatakan jika Vanya menderita penyakit ALS (Amyotrophic Lateral Sclerosis) yang terjadi akibat gangguan pada saraf motoriknya.
Segala pengobatan telah di upayakan oleh keluarganya, namun belum ada cara untuk bisa mengobati penyakit yang di derita Vanya. Ia yang sudah ikhlas menghadapi penyakit yang ia derita hanya bisa tersenyum di hadapan keluarganya. Walaupun begitu Vanya tetap melakukan aktivitas seperti gadis lainnya agar keluarganya tak terlalu mengkhawatirkan dirinya.
Siapa sangka pertemuannya dengan seorang pemuda bernama Shaka yang memiliki sikap dingin yang jarang berinteraksi dengan teman-temannya jatuh hati saat pertama kali melihat Vanya. Tanpa ia sadari wanita yang ia sukai sedang berjuang melawan penyakitnya.
Mampukah Shaka menjadi penyemangat Vanya di saat ia mulai down? Yuk nantikan kelanjutannya.
Siquel dari Novel yang berjudul "Cerita Kita"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Musim_Salju, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5
Malam kian larut, namun mata itu tak kunjung tertutup. Wajah cantik wanita yang membuat jantung Zehan berdebar terus hadir di ingatannya. Ia tersenyum mengingat wajah itu. Namun ia tak berani mendekatinya. Bukan karena takut di tolak, tapi masalahnya dengan gadis yang akan di jodohkan dengannya belum usai. Ke dua orang tuanya juga belum memutuskan apapun.
"Apa kamu pernah mengingat aku? Kita bertemu saat berada di LN. Aku tidak tahu ada urusan apa kamu di sana, yang jelas aku tak pernah lupa akan pertemuan kita." Zehan tersenyum tipis mengingat pertemuannya dengan Vanya saat di LN. Namun ia yakin jika Vanya melupakan pertemuan mereka. Karena pertemuan di antara mereka hanya sepintas.
Ia berusaha mencoba menutup mata, memasuki alam mimpi agar esok terjaga dalam ke adaan lebih segar. Hingga tak terasa entah di jam berapa ia terlelap.
......................
Sudah tiga hari berlalu masa pengenalan siswa. Hari ini Vanya mulai belajar seperti biasa. Ia sudah rapi dengan gamis berwarna hitam. Dan tak lupa ia membawa sepatu roda dan wireless miliknya. Sepertinya perjalanannya akan panjang ke depannya. Vanya menyemangati dirinya, ia pasti melewati semuanya tanpa harus menyusahkan keluarganya.
Vanya turun dari lantai dua menemui yang lain. Semua sudah duduk di meja makan. Vanya menyalim satu persatu anggota keluarga. Ia yang melihat sang Oma sudah bergabung dengan mereka langsung memeluknya erat.
"Oma, kapan Oma sampai? Anya kangen sama Oma"
"Oma juga kangen sayang. Cantik sekali cucu Oma. Sudah mau berangkat ke kampus ya nak?" Oma Balqis mengelus tangan cucunya. Anggota keluarga yang lain hanya memperhatikan dan tersenyum menatap interaksi dua wanita beda generasi tersebut.
Mereka sarapan pagi di pagi itu. Menu sarapan buatan ummah Khalisa memang menjadi andalan seisi rumah. Vanya yang ada jam pagi sarapan dengan terburu-buru. Ia langsung menyalim takzim baba, ummah dan omanya. Serta tos ala-ala si kembar.
"Hati-hati sayang, kabari ummah ya jika terjadi sesuatu di kampus." Ummah Khalisa selalu saja khawatir dengan kondisi putrinya itu. Namun Baba Daffa meyakinkan bahwa putrinya pasti baik-baik saja. Vanya sudah hilang di balik pintu. Vanka yang kebetulan tidak ada jam pagi terpaksa menelfon sepupunya untuk memperhatikan sang kembaran di kampus. Ia tahu jika Hasbi dan Hanan yang kuliah di semester tiga ada jam pagi seperti Vanya.
Sedangkan di kediaman lain. Zayn pun mempersiapkan segala keperluannya untuk mulai bekerja di cafe milik sang ayah. Bukan hanya cafe, tapi pusat oleh-oleh pun lengkap. Dan sudah memiliki cabang di mana-mana.
"Ibun, Ze berangkat ya sama Abin. Nanti kita ngobrol lagi. Assalamualaikum." Zehan selalu lembut dengan sang Ibun. Zehan juga berpamitan dengan dua saudara kembarnya. Hari ini sesuai permintaan sang Abin, Zehan langsung di suruh terjun di cafe cabang. Sebagai bukti jika Zehan serius ingin meneruskan usaha sang ayah.
Mereka berangkat pagi itu menggunakan kendaraan roda empat, dan Zehan langsung yang mengendarai mobil itu.
Tak perlu waktu lama, karena mereka berangkat pagi, jalanan terlihat sepi. Namun di sana sudah ada seseorang lelaki yang sepertinya akan magang dan akan membuka toko. Mereka sempat berkenalan sebelum Zehan dan Abin Zayn memasuki ruangan mereka.
"Kamu yang kemarin bulan? Yang mau magang di cafe saya?" Abin Zayn ingat jika pemuda yang ada di hadapannya melamar pekerjaan dan langsung di interview oleh dirinya.
Zehan menatap si anak magang dari atas hingga bawah. Fisiknya sangat sempurna dan begitu tampan. Zehan yang memang tampan saja merasa insecure dengan ketampanan pemuda tersebut. Apa benar dia anak magang? dari wajahnya justru ia sangat cocok di sebut sebagai anak pemilik cafe. Ya walaupun ia mengakui jika dirinya tampan.
"Benar pak, saya Azam Hanif El Shaka, bapak bisa panggil saya Shaka. Sesuai interview kemarin, saya siap magang selama seminggu di sini. Jika pekerjaan saya bagus, besar harapan saya bisa menjadi karyawan di cafe bapak. Namun sesuai perjanjian kontrak kerja yang sudah saya tandatangani, saya akan tukar shift jika saya ada jam kuliah." Dari cara bicaranya terlihat seperti orang berpendidikan dan mapan. Namun Zehan tak mau terlalu ambil pusing. Kedepannya mereka juga akan bekerjasama. Baginya Shaka terlihat pemuda baik-baik. Dan sepertinya mereka juga seumuran.
"Ya benar, saya ingat. Saya harap kamu betah bekerja di sini. Dan terpenting tetap dahulukan pendidikan. Ini putra saya Zehan, dia yang akan meneruskan bisnis saya kedepannya. Maklum saya ini tidak lagi muda seperti kalian. Saya juga ingin berisitirahat di rumah."
Abin Zayn memang begitu baik kepada siapapun. Bahkan kepada orang yang baru di kenalnya. Shaka hanya tersenyum menanggapi setiap perkataan pemilik cafe tempat ia bekerja.
Zehan dan Shaka pun sempat berkenalan. Mereka saling berkenalan satu sama lain. Sepertinya mereka cocok menjadi teman. Karena saat Zehan mengikuti sang ayah ke ruangannya, ia menepuk pundak Shaka seperti teman lama. Shaka sendiri merasa betah bekerja di sana. Padahal awalnya ia tak berpikir akan di terima bekerja di sana.
......................
Vanya yang sore itu tidak langsung pulang ke rumah, ia memutuskan pergi ke toko buku bersama si kembar. Kebetulan Zelfa membutuhkan buku untuk tugas kuliahnya. Vanya senang karena sang bunda memberikan izin tanpa menolak seperti biasanya. Mungkin saja ummah Khalisa mencoba percaya dengan kondisi sang putri.
Saat tiba di toko buku, Zelfa langsung mencari buku referensi untuk tugasnya. Sedangkan Zenia dan Vanya mencari novel ke sukaan mereka. Vanya terlihat tersenyum riang melihat semua buku-buku yang tersusun rapi. Jemarinya yang lentik menyentuh buku-buku yang terpajang. Betapa bahagianya ia bisa berjalan-jalan seperti ini.
Mata Vanya melihat sebuah buku yang berjudul 'Ku mulai dengan bismillah'. Vanya sepertinya tertarik dengan judulnya. Namun posisinya yang ada di atas membuat Vanya kesulitan mengambilnya. Ia sampai jinjit untuk mengambil buku itu. Namun buku yang berhasil ia raih terlepas dan hampir mengenai kepalanya, dengan cepat seseorang meraih buku itu. Vanya yang menutup mata dan melindungi kepalanya dari buku yang akan mengenai dirinya terkejut dengan kehadiran seseorang yang sudah ada di belakangnya saat ia menoleh kebelakang.
"Eh, kamu! terimakasih."
Lelaki bermasker dan bertopi itu hanya menganggukkan kepala dan meninggalkan Vanya begitu saja.
"Aneh banget tu orang. Tapi sepertinya dia benar deh lelaki yang waktu itu menolong aku saat hampir terjatuh di taman. Penampilan mereka sama, sama-sama pakai masker dan topi. Atau aku salah ya." Vanya bergumam seorang diri, hingga tak menyadari keberadaan Zenia yang tiba-tiba datang mendekati dirinya.
"Kenapa Nya? kamu bilang apa?" "Vanya tersenyum canggung. Ia menggelengkan kepala dan mengajak Zenia menghampiri Zelfa.
......................
...To Be Continued...
kalau shaka anak siapa ya thor?