“Kata mami, dilimu dikilim mami untuk menolongku dan papi. Apa dilimu ibu peli yang baik hati ? “
“A–aku ?! “
Ucapan anak laki-laki itu membuat Alana terkejut, dia tidak mengerti maksud dari perkataan anak tersebut.
Namun, siapa sangka kehadiran Alaska membuat Alana masuk ke kehidupan keluarga mereka dan siapa yang menyangka bahwa papi yang dimaksud Alaska adalah pria yang selama ini Alana tunggu kehadirannya.
Bagaimana dengan kisahnya ? Jangan lupa mampir !
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dlbtstae_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pergi ke pasar
Melihat ketidaktahuannya Papi Varen membuat Araska yakin bahwa pria paruh baya itu tidak tahu apa-apa tentang perlakuan anak dan istrinya terhadap Alaska.
“Yakin kamu nggak tahu, tuan Varen ?” tanya Papa Regan penuh selidik bahkan dia mengintimidasi Papi Varen.
Kening Papi Varen mengerut, dia bingung dengan pertanyaan besannya.
“Bahkan saya saja bingung kalian ini sebenarnya kenapa ?” ucap Papi Varen membuat Papa Regan menghela nafasnya.
“Kita duduk dulu saja,”
Araska dan Papa Regan duduk di seberang Papi Varen sementara Mami Tea dan Cessie duduk di sebelah Papi Varen dengan wajah bahagia sekaligus gugup.
“Kami akan menyebutkan maharnya, besan ! Bukan begitu pih,” kata Mami Tea menyenggol lengan suaminya.
“Mahar apa ? Kamu nggak dengan Araska dan papanya bilang apa ?” tanya Papi Varen heran dengan pendengaran istrinya.
Kapan Araska dan besannya bilang akan menikahi putri mereka untuk menggantikan posisi Cassandra ? Bahkan dia tidak menyetujui hal itu. Dia tidak ingin Araska turun r4nj4ng hanya karena Cessie adalah kembaran Cassandra dan menjadikan Cessie sebagai istri Araska.
Dia tahu tabiat putrinya itu, dia tidak ingin cucunya tak diurus selayaknya anak sendiri dan putrinya itu hanya tahu menghamburkan uang serta tidak bisa melakukan pekerjaan rumah.
“Loh, bukannya kedatangan mereka untuk melamar putri kita, Cessie ?” tanya Mami Tea heran pasalnya dia dan putrinya datang ke kediaman mereka untuk meminta agar Araska mau menerima Cessie sebagai pengganti Cassandra.
“ Tapi sayangnya, kedatangan kami harus membuat harapan kalian pupu !”.
“Apa maksud anda besan ? Bukannya kalian setuju maka dari itu kalian datang ke kediaman kami ?” tanya Mami Tea bingung.
“Sejak kapan saya mau menyetujui permintaanmu itu, Tea ! Bahkan kami sebagai orang tua tidak mau menjodohkan putra kami dengan adik mendiang istrinya,”
Perkataan tegas Papa Regan membuat Mami Tea tak terima. Dia menatap tajam besannya, “ kenapa tidak setuju ? Bagaimanapun juga Alaska membutuhkan sosok ibu ! Kalian jangan egois ! Alaska juga perlu bahagia !”
“ Kebahagiaan Alaska tidak dengan putraku harus menikahi putrimu !”
“Aku setuju, biarkan Araska mencari ibu untuk Alaska. Kita tidak bisa memaksa kehendak !” timpal Papi Varen bijak.
“Papiiii ?! Papi gimana sih, pi ! Cessie anak papi loh ! Kenapa papi nggak bujuk Bang Aras buat nikahin Cessie !!” protes Cessie kesal dengan sikap papinya.
Papi Varen menggelengkan kepalanya. Dia tahu putrinya sangat ingin mendapatkan apa yang dia inginkan. Tapi dia tidak bisa menerima keinginan putrinya, bagaimanapun juga tidak baik jika saudara menikah dengan pria yang sama.
“Pokoknya aku mau bang Aras menikahiku tanpa persetujuan papi !!”
“Aku tidak akan menikahi wanita sepertimu ! Kamu sebagai tantenya saja berani memukul putraku hingga lebam, lalu alasan apalagi haa !!”
Degh !!
Cessie dan Mami Tea tersentak kaget. Papi Varen menatap menantunya bingung,” Memukul ? “
“Iya, papi tau putrimu dan istrimu sudah menyakiti putraku “
“A–apa ?!” ucap Papi Varen terkejut.
“Ti–tidak ! Ma–mana mungkin, aku sangat menyayangi cucuku. I–iya pi, mami sangat menyayangi cucu kita. Mana mungkin melakukan seperti yang dituduhkan Aras,”
“Be–benar, mana mungkin begitu !” elak Cessie panik.
Araska tersenyum sinis. Melihat senyuman Araska membuat Cessie salah tingkah.
“Nggak mungkin kan ketahuan ?”
“Sayangnya, perlakuan kalian sudah saya kirim ke kantor polisi. Bahkan hasil visum hari ini akan keluar. Kalian akan pertanggung jawabkan semuanya dibalik jeruji !” ujar Araska tegas.
Bahkan ternyata, Araska sudah menghubungi polisi sejak mereka tiba sehingga di waktu itu juga Cessi dan maminya di gelandang polisi.
Cessie tak terima, dia terus meraung meminta dilepaskan begitu juga dengan mami Tea. Dia tidak mau dipenjara. Bahkan papi Varen tidak mengindahkan raungan mereka.
*
*
*
*
*
Sesuai dengan perintah mommynya, Acio dengan sangat terpaksa menemani Shireen pergi ke pasar bersama Arasyi yang tiba-tiba saja ingin ikut.
Kedua pria beda usia itu menatap geli pasar yang mereka datangi. Arasyi menarik ujung celananya sampai ke lutut.
“Celius, kita di pacal ?” tanya Arasyi yang merasa tidak sesuai dengan ekspetasinya.
“Iya dipasar. Ini namanya pasar tradisional “
“Lantai na nda pelnah di belcihkan ya ? Kotol benel, baunya juga bau combelan yang di got depan lumah..” kata Arasyi yang mencium aroma tidak sedap.
“Pindah ke tempat lain aja yok ! Disini bau, pasti barangnya juga nggak higienis” ajak Acio yang sudah tidak tahan ingin segera pergi dari sana.
“Aduh, tuan. Disini itu apa-apa semuanya nggak kalah lengkap dari swalayan versi orang kaya. Disini itu barangnya murah poll. Hemat di kantong orang kecil seperti kami !” jelas Shireen.
“ Tapi disini terlihat tidak bersih, Shireen !”
“Sudahlah tuan, hari semakin sore. Saya harus segera mencari singkong dan kentang, sebentar lagi pasarnya tutup !” bohong Shireen agar kedua tuannya tidak banyak protes.
Melihat kepergian Shireen, Arasyi memekik geli. Dia berjalan melangkah lebar agar tidak terkena percikan lumpur yang basah akibat hujan yang turun tadi siang.
“Kak Cilenggggg tungguuuu !! Laci geli, tolong !!” pekik Arasyi yang berjalan melangkah lebar terlihat seperti kingkong.
Shireen tertawa geli melihat tingkah tuan kecilnya. Dia tak memperdulikan Acio yang masih berdiri ditempat.
Kini keduanya tiba di salah satu stand kentang. Tumpukan kentang yang besar-besar membuat Arasyi takjub.
“Besalnaa, ih ?! Ada yang kecil !!! “ seru Arasyi heboh bahkan dia melepaskan kedua tangannya dari celana yang dia pegang.
“Eh, neng Shireen. Ini siapa neng ? Lucu benar ?” tanya bapak penjual kentang saat melihat Arasyi yang sibuk melihat kentang berukuran kecil.
“Oh ini pak, anak majikan saya. Lagi pengen ikut saya ke pasar,” jelas Shireen tersenyum sambil memilih-milih kentang yang berada di raknya.
“Wah, anak majikannya nggak sombong ya. Mau ikut ke pasar, benar-benar hebat !” puji bapak penjual kentang.
Senyum tipis terpatri di bibir Shireen. Keduanya sibuk berbicara tanpa menyadari kedatangan Acio dengan wajah datarnya.
“ Pak ! Pak ! Laci mau tentangna boleh nda ?”
“Ini namanya kentang, bukan tentang. Beda konsep itu,” ucap Shireen
“Ooo jentang,”
“Kentang nak kentang, jentang itu bahasa mana lagi ?” ucap bapak penjual kentang gemes.
“Bahaca Laci, pak”
“Panggil kakek saja, jangan pak !” ucap bapak penjual kentang itu kepada Arasyi.
Arasyi mengangguk. Dia kembali meminta kentang kecil itu. Acio yang berdiri dibelakang adiknya segera menegur.
“Kita disini belanja, bukan minta Rasyi..”
“Apalah abang ni, cewot telus. Nda bica bikin adek na cenang !” ketus Arasyi dan kembali fokus memasukan kentang kecil ke dalam plastik yang diberikan bapak penjual kentang.
“Kamu abangnya adik ini ?” tanya bapak penjual kentang.
“Ah, iya pak. Ini adik bungsu saya. Lahir susulan,” canda Acio garing.
Shireen menoleh menatap anak majikannya. “ Candanya garing, krik krik !” ledek Shireen.
Acio merubah wajahnya menjadi sangat datar membuat Shireen tertawa canggung. Setelah selesai memilih, seperti biasa Shireen membayar kentang miliknya dan juga milik Arasyi yang membeli setengah kilo kentang kecil. Entah apa yang ingin dia lakukan dengan kentang kecil itu.
“Kita mau kemana lagi ?” tanya Acio yang mulai melihat beberapa pedagang membereskan dagangan mereka.
“Beli singkong dulu, itu bahan utamanya”
“Hm baiklah,” jawab Acio datar.
“Ntal culuh mommy buat kelipik dendang lah, pacti nda kalah enak cama kelipik kakak cileng,” gumamnya pelan.
Tiba ketiganya kini di tempat penjual singkong. Sayangnya singkong yang ingin dibeli sudah di borong habis oleh orang lain membuat Shireen sedih.
“Sudahlah cuma singkong doang, janganlah sedih gitu.”
“Tanpa singkong keripik ku kurang afdol hiks. Terus besoknya saya jual apa tuan ? Sementara singkongnya di habisin orang hiks”
Acio menggosokkan kepalanya. Dia menatap sang adik yang berjongkok di depan mereka sambil memeluk kentang miliknya.
“Terus mau gimana ? Kan ibunya bilang singkongnya sudah di booking orang,”
“ Emang cikong bica di buking dulu ?” tanya Arasyi bingung.