Hanita Ralingga Ayu Mahendra dan Satya Prawira Arya Dewantara, keduanya menikah karena saling mencintai setelah mereka menghabiskan waktu selama 10 tahun pacaran. Keduanya adalah cinta pertama untuk satu sama lain. Mereka sama-sama berasal dari kalangan atas, Hanita adalah seorang Psikiater terkenal sedangkan Satya pewaris dari perusahaan keluarganya
Tapi setelah menikah, cinta mereka justru berubah. Hubungan keduanya yang semula hangat menjadi sangat dingin. Hanita dan Satya sama-sama tidak dapat menemukan kecocokan meski 2 orang anak telah hadir diantara mereka. Kesalahpahaman mengelilingi keduanya
Hingga suatu ketika, Satya harus mengalami sebuah kondisi yang tidak pernah dia bayangkan sebelumnya. Akankah kondisi baru Satya akan membuat Hanita luluh dan memperbaiki hubungan mereka? Atau justru akan meninggalkan Satya yang tak lagi sama?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PRINCESSNOVITA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jangan Membuatku Membencimu
Sementara itu, Satya memilih untuk masuk ke dalam kamar kedua anak kembarnya. Suster Elia masih disana, menjaga Kenzie yang rupanya belum terlelap
"Tuan Satya..." sapa Suster Elia ramah
Satya hanya membalas dengan anggukan pelan, ia mengambil tempat disamping ranjang kedua buah hatinya
"Kenzie kok belum tidur, sayang?" Tanya Satya lalu segera mengangkat tubuh sang putra
"Ppapa...Papa" sahut Kenzie
"Tuan Kecil sepertinya belum mengantuk,Tuan" sahut Suster Elia
Satya mengangguk paham, ia mengecupi pucuk kepala Kenzie dengan gemas. "Apa Kenan terbangun tadi? Dia menangis?"
"Tidak, Tuan. Menurut pelayan yang berjaga, Tuan Kecil Kenan terlelap sejak anda dan Nyonya Hanita pergi. Dia tidak terbangun sampai sekarang" sahut Sister Elia
Satya bisa menerima penjelasan Suster Elia dengan baik. Lelaki itu meminta agar Suster meninggalkan dia dan kedua anaknya, Satya mengaku kalau dia yang akan menunggui si kembar.
Lelaki itu juga mengusap lembut pipi gembul Kenan, putra bungsunya. "Tidur yang nyenyak , anak Papa. Papa akan menemani Kenzie dan Kenan malam ini." Bisiknya
Satya masih berusaha untuk menidurkan Kenzie, hingga akhirnya sang putra melalui terlelap dalam gendongan hangat Satya.
Senyuman hangat terbit diatas wajah tampan Satya, lelaki itu lalu mengecup lembut kening sang putra. "Papa mencintaimu,Nak. Jangan takut dan khawatir, Papa akan selalu berada disampingmu. Papa tidak akan meninggalkanmu."
Satya lalu meletakkan Kenzie kembali ke atas ranjangnya, tidak lupa menutupi tubuh kedua putranya menggunakan selimut
Setelah itu, Satya merubuhkan tubuh ke atas sofa yang berada disamping ranjang si kembar. Satya terlihat sangat lelah, ia menatap hampa langit-langit kamar. Tiba-tiba saja, Satya merasa terusik pada ucapan Hanita tadi. Tentang perlakuan yang istrinya itu terima dari Mama dan Kakak perempuan Satya.
"Kurasa, Mama tidak pernah berbuat buruk terhadap Nita. Justru Papi yang selalu merundungku."
Satya berdecak kesal, "Kenapa dia tidak bisa mengerti perasaanku sedikit saja? Aku hanya ingin dia lebih fokus pada kedua anak kami. Sesulit itukah?" Monolog Satya
Dua jam kemudian, Hanita keluar dari dalam kamar karena ia mencari keberadaan Satya. Jam dinding menunjukkan kalau sekarang adalah pukul 00.45 WIB
Hanita juga sudah menggunakan gaun tidurnya, suasana dalam mansion sudah sangat sepi. Para pelayan memang telah mengistirahatkan tubuh mereka
"Kemana dia?"
Hanita melangkah, dia tahu dimana Satya berada sekarang. Benar saja, dia menemukan sang suami yang sudah terlelap diatas sofa yang berada tepat dismaping ranjang bayi kembar mereka
Dengan pelan dan hati-hati, Hanita masuk mendekati Satya. Suhu terasa dingin tapi Satya tidak menggunakan selimut untuk menutupi tubuhnya. Hanita pun mengeluarkan selimut berukuran sedang dari dalam lemari lalu menutupi tubuh sang suami menggunakan itu
Dia diam sambil mengamati Satya dengan lekat. Hanya saat lelaki itu tertidur saja, Hanita bisa menatapnya sedekat ini dengan tenang. Tanpa teriakan atau pertengkaran apapun diantara mereka
Tangan kanan Hanita terulur, hendak mengusap wajah tampan sang suami yang sebetulnya sangat dia rindukan. Tapi tangan kirinya dengan cepat menghentikan gerakan itu
"Apa yang kamu lakukan, Hanita? Dia itu membencimu" gumam Hanita
Hanita memutuskan untuk beranjak, kini ia berdiri disamping ranjang kedua anak kembarnya. Menatap mereka dengan sorot mata yang berbinar
Mengusap wajah mereka satu persatu, kedua anak kembar itu sangat mirip dengan Satya, Papa mereka.
"Mama mencintai kalian" bisik Hanita
Wanita itu kembali menolehkan kepala ke arah Satya, Papa dari kedua anaknya. "Mama tidak akan melepaskan Papa demi kalian berdua, sayang. Jangan takut. Kalian tidak akan kehilangan keluarga yang utuh."
Hanita melipat kedua tangannya di depan dada, tatapannya terlihat dingin. "Tolong jangan membuatku membencimu,Sat. Kamu tahu, aku menakutkan saat membenci suatu hal." Gumam Hanita sepelan mungkin
***
Beberapa Hari Kemudian,
"Jadi, suami anda adalah sumber utama dari permasalahan yang saat ini anda rasakan?" Tanya Hanita pada wanita muda di depannya
Wanita muda itu mengangguk dengan lemah dan samar, "Itu benar sekali,Dokter. Kami bahkan bertengkar setiap saat, kami juga tidak pernah bertegur sapa selain berteriak marah satu sama lain." Adu wanita itu
"Bisa anda ceritakan? Apa penyebabnya? Pasti ada alasan, sampai dua orang yang semula saling mencintai jadi seperti itu" pinta Hanita
Wanita muda itu menghela nafas berat, kedua matanya mulai mengembun. "Pada intinya, tidak ada kecocokan diantara kami, Dokter. Saya dan suami, kami tidak ada yang mau mengalah. Entahlah saya bingung."
Hanita mengangguk-anggukkan kepala sebanyak 2 kali, dia mencatat keluhan pasien pada buku miliknya. Lalu kembali meminta wanita muda itu untuk menceritakan masalahnya dengan sedetail mungkin.
Wanita muda itu pun kembali menceritakan semuanya. Dia menangis dan dadanya sesak saat mengungkit dan mengungkapkan seluruh permasalahan rumah tangganya.
"Saya tidak tahan lagi,Dokter. Saya hampir saja bunuh diri beberapa hari lalu, untung saja bayi saya menangis dan berhasil menggagalkan tindakan bodoh saya itu."
Entah mengapa, tapi Hanita merasa tersentil. Cerita rumah tangga dari pasiennya ini ternyata sama persis dengan apa yang dia dan Satya hadapi sekarang.
"Saya sudah meresepkan obat ini, minumlah tiap kali anda merasa gusar. Selebihnya, cobalah untuk tenang tanpa bantuan obat. Demi kesehatan anda juga" pungkas Hanita
"Terimakasih,Dokter'' sahut wanita muda itu
Lalu dia pun pamit keluar, meninggalkan ruang praktet Hanita. Setelah kepergian pasiennya, Hanita langsung memijat pelipisnya yang terasa sangat pusing.
Disaat yang bersamaan, Dokter Sean masuk ke dalam ruang kerja Hanita. Dokter lelaki itu terkekeh melihat sang sahabat
"Han, what's wrong with you?"
"Nothing'' sahut Hanita singkat
Dokter Sean menaik turunkan alisnya, "Biar kutebak, pasti kamu habis kedatangan pasien yang masalahnya sama denganmu,kan?"
Hanita berdecih sinis, tidak membantah juga tidak mengiyakan dan itu membuat Dokter Sean terkekeh dengan kencang.
"Hanita, malang sekali dirimu. Disaat kamu sendiri tidak baik-baik saja, tapi kamu harus mendengarkan permasalahan orang lain. Kurasa, kamu juga butuh obat" celetuk Dokter Sean
Hanita menghunuskan tatapan tajam, kesal atas perkataan Dokter Sean barusan. "Aku tidak butuh obat. Aku ini kuat, Sean. Kamu tahu itu"
"Ya, kamu benar. Kamu memang tidak butuh obat tapi Satya. Dia yang kamu butuhkan" ucap Dokter Sean
Hanita tersenyum kecut, memang benar kalau Satya adalah apa yang sangat dia butuhkan. Tapi yasudahlah, hubungan mereka tidak akan kembali seperti dulu
"He hates me'' gumam Hanita
"Who?"
"Satya, my husband"
"Kurasa, dia juga menyesal karena menikahiku" gumam Hanita
Dokter Sean bersimpati mendengarnya, ingin menghibur tapi dia tahu kalau Hanita tidak membutuhkan dihibur oleh siapapun itu.
"Bicaralah dari hati ke hati, Han. Jangan mengedepankan gengsimu itu" tukas Dokter Sean
"Percuma, kami sudah terlalu rusak. Aku mempertahankan Satya hanya demi kedua anakku. Aku tidak ingin jika ada anak lain yang berani memanggil Papa dari kedua anakku dengan sebutan Papa" tegas Hanita
Dokter Sean menghela nafas pasrah. Menasehati Hanita memang sangat sulit, wanita itu terlalu keras dan tegas pada pendirinnya
Mendadak, Dokter Sean teringat akan sesuatu. Dia lebih dulu menelisik raut wajah Hanita
"Han..."
"Em, bilang saja. Aku tidak akan menghajarmu" sahut Hanita
"Bagaimana jika ternyata Satya menemui wanita lain di belakangmu? Kamu akan membiarkannya dan tetap mempertahankan gengsimu itu?" Tanya Dokter Sean hati-hati
Hanita menghentikan gerakan tangannya yang semula sibuk mencatat sesuatu pada salah satu aplikasi dari ponsel miliknya. Hanita mengeadahkan kepala, menatap lekat sang sahabat
"Kamu pikir, aku akan membiarkannya?" Hanita balik bertanya, dan Dokter Sean menggelengkan kepala sebagai jawaban
Sudut bibir Hanita terangkat ke atas, membentuk smirk tipis yang terlihat sangat dingin.
"Aku mungkin bisa memaafkan apapun kesalahan Satya, kecuali satu. Yaitu perselingkuhan, aku tidak akan pernah memaafkannya" sahut Hanita
"Kamu akan menceraikannya?" Tanya Dokter Sean
Hanita mengangkat bahu ke atas, tubuhnya ia sandarkan pada kursi kebesarannya. "Bukankah sudah kukatakan? Kalau aku tidak akan melepaskan Satya, kemudian membiarkan anak lain memanggilnya dengan sebutan Papa. Itu hanya milik Kenzie dan Kenan."
"Lalu?" Heran Dokter Sean
"Entahlah. Tapi kurasa, aku akan menghukum Satya dengan cara lain. Cara yang tidak akan pernah dia bayangkan untuk seumur hidup." Sahut Hanita
Sorot matanya terlihat sangat tajam dan dingin. Sean sangat yakin kalau Hanita tidak main-main dengan ucapannya barusan
"Kamu memang gila,Hanita. Kurasa wajar kalau Satya menyesal karena menikahimu" celetuk Dokter Sean
Hanita masa bodoh, wanita itu justru membuka laci meja kerjanya. Mengeluarkan foto dirinya bersama Satya, yang di ambil saat Hanita mengandung si kembar.
"Berani kamu mengkhianatiku, maka aku akan memberimu pelajaran yang sangat berharga..." gumamnya
Malam harinya,
Satya turun dari atas mobil mewah miliknya yang sudah dia parkirkan pada parkiran dari salah satu griya tawang mewah, lalu lelaki itu bergegas masuk ke dalam.
Entah apa, tapi raut dan eskpresi wajah Satya terlihat sangat baik. Sepertinya lelaki itu tengah sangat bahagia
"Setelah pertengkaran dengan Nita, memang ini waktu yang tepat..." gumamnya seraya melangkahkan kaki masuk ke dalam lift
.
Tbc
• Gimana pendapat kalian? Kritik dan saran sangat aku butuhkan demi cerita yang lebih berkualitas. Silahkan memberi pendapat dan saran kalian 😁😁😁
kasian hanita dapet barang bekas shanum terus😅