SEASON 2 NOT CONSIDERED
Melewati masa kritis karena tragedi yang menimpanya, membuat seorang Elina trauma pada penyebab rasa sakitnya. Hingga dia kehilangan seluruh ingatan yang dimilikinya.
Morgan, dia adalah luka bagi Elina.
Pernah hampir kehilangan, membuat Morgan sadar untuk tak lagi menyia-nyiakan. Dan membuatnya sadar akan rasa yang rupanya tertanam kuat dalam hatinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon WILONAIRISH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 3
Bukan hanya Morgan yang tersentak mendengar perkataan Elina, tapi semua orang yang berada di ruangan. Semua tampak berpikir apa yang sebenarnya terjadi pada Elina.
Begitupun juga Morgan, yang tersentil mendengar perkataan Elina yang dengan tegas mengusirnya. Itu artinya Elina tak mengharapkan kehadirannya.
Dalam kebingungan yang mereka semua alami, Papa Elina dengan sigap segera memanggil tenaga medis untuk mengecek kembali apa yang sebenarnya terjadi pada putrinya.
Sementara Morgan yang masih membeku dengan rasa terkejutnya, langsung tersadar saat suara Mama Reta yang memintanya untuk keluar dari ruangan. Morgan mengulas senyum yang terkesan dipaksakan, sebelum akhirnya pergi meninggalkan ruangan Elina setelah menatap lekat wajah cantik kekasihnya.
Morgan memutuskan menunggu di depan ruang rawat Elina. Tak lama ia melihat dokter datang kembali ke ruangan Elina bersama dua perawat. Lumayan lama Morgan menunggu di luar, sebelum akhirnya Viola keluar dan menemuinya.
"Morgan, El dinyatakan amnesia. Kemungkinan dia gak inget sama lo" jelas Viola dengan nada prihatin.
Deg
Morgan tersentak mendengar kabar itu. Lagi? Cobaan apa lagi ini, setelah dirinya hampir kehilangan Elina. Kini ia harus menghadapi kenyataan bahwa Elina tak mengingat dirinya.
Baru saja dokter menjelaskan kondisi Elina secara keseluruhan, dan Elina memang dinyatakan amnesia. Akibat benturan pada kepala yang cukup parah, pada kecelakaan yang terjadi. Membuat Elina kehilangan ingatannya.
"Boleh gue temui dia sebentar?" tanya Morgan dengan penuh harap.
Viola menggeleng pelan. "Gue bersyukur karena berkat lo akhirnya El bisa bangun. Tapi ngeliat El yang kayaknya gak mau ada lo. Gue takut bakal berpengaruh sama kondisi El, kalau sampai lo maksain buat ketemu sama El." Jelas Viola dengan hati-hati, ia ingin Morgan memahami kekhawatirannya. Namun tak ingin membuat Morgan tersinggung.
Morgan mengangguk paham, berusaha mengerti apa yang semua orang khawatirkan. "Hm. Untuk sementara gue gak akan ganggu El dulu. Tapi nanti kalau keadaannya membaik, gak ada yang bisa halangi gue." Tegas Morgan kemudian berlalu meninggalkan Viola.
Morgan memutuskan untuk pulang, setidaknya hatinya sudah lega sekarang. Karena kekasihnya sudah sadar. Tak ada yang lebih membuatnya bahagia selain kenyataan bahwa Elina sudah sadar dari koma. Meskipun Elina kini tak mengingat dirinya.
"Gue bahagia, meskipun lo gak inget gue, El." Gumam Morgan sebelum benar-benar meninggalkan rumah sakit.
***
"Sayang, akhirnya kamu sadar. Mama bahagia kamu mau bangun, kemarin Mama khawatir. Mama takut kamu gak mau bangun untuk ketemu sama Mama Papa lagi, El." Jelas Mama sembari memeluk Elina dengan tangisan haru.
Elina membalas pelukan Mama dengan erat. Meskipun ingatannya hilang, namun ia dapat merasakan kenyamanan dalam pelukan wanita yang mengaku sebagai ibunya itu. Ia yakin wanita yang memeluknya itu memang mamanya.
"Ma, maafin aku." Ujar Elina, entah mengapa ia merasa bersalah melihat kesedihan mama yang begitu membuat hatinya merasa tak nyaman.
"Iya, Sayang. Kamu gak perlu minta maaf sama Mama, kamu bangun aja udah buat Mama dan Papa bahagia." Ujar Mama lagi dengan rasa lega yang membuncah dalam dadanya.
Kini giliran Bianca dan Viola setelah Papa Elina juga ikut memeluk Elina dan mengutarakan rasa bahagianya. Bianca dan Viola tak bisa menyembunyikan rasa bahagia di hati mereka.
"El, gue pikir gak akan ketemu lo lagi. Tapi ngeliat lo sekarang udah sadar, gue seneng. Gue gak mau kehilangan lo, El." Tutur Viola dengan isak tangisnya.
"Gue kangen sama lo, El. Lo tega ninggalin kita di sini. Tapi sekarang, gue gak akan biarin lo kenapa-kenapa." Ujar Bianca menimpali ucapan Viola.
Elina tersenyum, tangannya terulur mengusap kedua punggung sahabatnya. Meskipun tak mengingat sedikitpun tentang mereka, namun ketulusan mereka dapat Viola rasakan.
"Makasih selalu setia nungguin gue sampai sadar. Meskipun gue gak inget sama lo berdua, tapi gue yakin gue juga sesayang itu sama lo berdua." Ucap Elina dengan tulus.
***
Hari berlalu, sudah seminggu sejak Elina siuman. Hari ini rencananya, Elina sudah boleh dibawa pulang. Elina akan menjalani rawat jalan, untuk pemulihan amnesia yang dialaminya.
Dan selama seminggu itu pula, Morgan selalu datang untuk melihat kondisi terbaru Elina. Meskipun tak memiliki kesempatan untuk menemui langsung kekasihnya, tapi tak membuat Morgan putus asa.
Selama masih bisa melihat wajah Elina dan dalam keadaan baik-baik saja, Morgan tak masalah. Meskipun harus mengawasi dari kejauhan, asalkan ia bisa memastikan keadaan Elina baik-baik saja.
Dan hari ini pun sama, Morgan juga datang untuk mendampingi kepulangan Elina meskipun tidak secara langsung.
Sementara Elina bersiap-siap dibantu oleh kedua orangtuanya dan kedua sahabatnya untuk kepulangannya. Di samping Elina ada Viola dan Bianca yang senantiasa membantu mengemasi barang-barangnya.
"Udah semua, Vi?" tanya Mama Reta.
Viola mengangguk mantap, "udah Tan, Bianca juga udah beresin yang kotor." Jelas Viola.
"Ya udah, yuk kita pulang ke rumah." Ajak Mama Elina dengan antusias, tentu saja karena akhirnya sang putri akan kembali ke rumah. Keinginan yang sejak lama ia inginkan.
Mereka pun meninggalkan ruang rawat Elina. Di tengah perjalanan menuju di mana mobil terparkir, Viola menyadari kehadiran Morgan yang tengah sembunyi di balik dinding.
Viola pun berpikir sejenak, hingga memutuskan untuk menghampiri Morgan. "Tan, aku ke toilet dulu sebentar. Tante sama yang lain duluan aja ke mobil, nanti aku nyusul." Ujar Viola, sebelum berlalu meninggalkan mereka.
Viola mendekat ke arah di mana Morgan berada. Dan Morgan menyadari kedatangan wanita itu.
"Ngapain lo kesini?" dengan wajah datar, Morgan bertanya. Tak ada keramahan di sana.
"Ck lo lupa siapa yang bantuin lo ketemu, El terkahir kali." Sarkas Viola yang kesal dengan respon Morgan yang tak ramah.
Morgan memutar bola matanya malas. "To the point." Ketus Morgan tak ingin berbasa-basi.
"Hm awalnya gue mau bantuin lo lagi buat ketemu El, tapi kayaknya lo udah gak minat." Ucap Viola dengan tersenyum sinis.
***
Hari ini, Viola dan Bianca kembali datang ke rumah Elina. Terhitung ini sudah tiga hari sejak kepulangan Elina dari rumah sakit. Sejak saat itu pula, mereka diminta bantuan oleh Papa dan Mama Elina untuk membantu membuat ingatan Elina pulih.
Bukan hanya Viola dan Bianca, tapi kedua orangtuanya pun juga melakukan upaya yang sama untuk kepulihan Elina berikut ingatannya yang hilang. Seperti mengajak ke tempat kenangan mereka, memperlihatkan album foto-foto mereka.
Sedangkan Viola dan Bianca membantu dengan mengingatkan momen-momen persahabatan mereka, kampus mereka, teman-teman mereka, dan banyak hal terkait yang terjadi diantara kehidupan persahabatan mereka.
Dan kali ini, mereka pun akan mengupayakan hal yang sama. Viola yang ingat janjinya untuk membantu Morgan, seketika teringat untuk membahasnya bersama Elina.
"El, Vi, gue ke toilet dulu ya. Kayaknya banyak makan pedes nih, gak enak perut gue." Ujar Bianca, kemudian berlari menuju toilet yang tersedia di rumah Elina.
Viola bersorak senang, sungguh kesempatan yang tepat. "El, Lo beneran gak ada yang inget siapa-siapa mantan lo gitu?" tanya Viola memulai topik yang ingin di target kannya.
Elina menggeleng. "Gue gak inget sama sekali, emang berapa mantan gue?" tanya Elina.
Viola terdiam sejenak. "Setahu gue cuma satu, hm ... mantan lo emang cuma satu kok."
Elina mengangguk-anggukkan kepalanya paham. "Siapa? Kenapa dia gak jenguk gue?" tanya Elina penasaran.
Fakta yang sebenarnya, bahwa mereka semua memang menutupi hubungan Elina dan Morgan. Karena tak mau sampai Elina kembali drop jika mengingat Morgan kembali. Maka dari itu, tak ada yang pernah membahas mantan ataupun kekasih Elina.
"Hmm ... cowok yang lo usir kemarin di rumah sakit, kenapa lo usir? Padahal lo gak inget siapa dia kan?"
Next .......