Dokter Heni Widyastuti, janda tanpa anak sudah bertekad menutup hati dari yang namanya cinta. Pergi ke tapal batas berniat menghabiskan sisa hidupnya untuk mengabdi pada Bumi Pertiwi. Namun takdir berkata lain.
Bertemu seorang komandan batalyon Mayor Seno Pradipta Pamungkas yang antipati pada wanita dan cinta. Luka masa lalu atas perselingkuhan mantan istri dengan komandannya sendiri, membuat hatinya beku laksana es di kutub. Ayah dari dua anak tersebut tak menyangka pertemuan keduanya dengan Dokter Heni justru membawa mereka menjadi sepasang suami istri.
Aku terluka kembali karena cinta. Aku berusaha mencintainya sederas hujan namun dia memilih berteduh untuk menghindar~Dokter Heni.
Bagiku pertemuan denganmu bukanlah sebuah kesalahan tapi anugerah. Awalnya aku tak berharap cinta dan kamu hadir dalam hidupku. Tapi sekarang, kamu adalah orang yang tidak ku harapkan pergi. Aku mohon, jangan tinggalkan aku dan anak-anak. Kami sangat membutuhkanmu~Mayor Seno.
Bagian dari Novel: Bening
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Safira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11 - Empat Sehat Lima Sempurna
Pagi hari suasana di kediaman Mayor Seno tampak biasa-biasa saja. Seolah semalam tak terjadi ketegangan apa pun. Mereka bertiga yakni Mayor Seno, Aldo dan Aya telah duduk manis di meja makan bersiap untuk sarapan. Sedangkan Dokter Heni masih berkutat di dapur. Membereskan sisa yang ada bersama Mbok Jum.
Lidah ketiganya begitu menggiurkan ketika melihat tampilan meja makan yang berubah seratus delapan puluh derajat berbeda antara sebelum kedatangan Dokter Heni di rumah ini jika dibandingkan setelahnya. Bahkan sangat jauh kondisinya ketika Manda masih menjadi istri Mayor Seno. Sebab, Manda tak bisa memasak.
Sebelumnya, pagi-pagi sekali saat Aya baru selesai mandi dan Dokter Heni belum pulang dari pasar bersama Mbok Jum, Aldo langsung beralasan pada Papanya untuk mengajak Aya jalan-jalan naik motor sejenak. Karena nanti sore, Aldo sudah harus pulang ke asrama Akmil. Ia mengatakan rindu bermain sama Aya. Mayor Seno pun mengizinkannya.
Aldo membonceng Aya untuk pergi ke mini market bernama Suka-Suka. Jika memakai motor dari rumah dinas, sekitar 20 menit untuk sampai di sana. Sebab, minimarket ternama yakni Indoapril belum menjamur di sana. Sehingga paling terdekat dari rumah dinas hanya minimarket Suka-Suka.
"Kenapa Kak Aldo bawa Aya ke sini? Padahal Aya mau siap-siap bantu Bunda buat masak sarapan,"
"Kakak mau belikan kamu es krim," jawab Aldo sengaja beralasan. Ia tak mau secara langsung mencecar adiknya.
"Ah, di kulkas sudah banyak es krim. Kemarin Bunda sudah belikan aku banyak sama buatin puding rasa coklat dan stroberi juga. Masih ada sisanya kok di kulkas. Kak Aldo wajib coba. Dijamin ketagihan," jawab Aya.
"Kenapa kamu setuju Papa menikah sama dia?" tanya Aldo terdengar ketus seraya kedua tangannya bersedekap di depan dadanya.
"Aku sayang, Bunda. Soalnya Bunda itu orangnya baik, cantik terus rela berkorban buat aku," jawab Aya dengan riang gembira dan senyum terpancar di wajahnya.
"Rela berkorban bagaimana? Tipuan kali,"
"Ih, Kak Aldo. Aya tahu mana orang yang baik sama enggak. Bunda tulus kok sayang sama Aya, Papa dan juga Kak Aldo." Aya terus membela Dokter Heni di depan Aldo sesuai kenyataan yang sudah dirasakan oleh gadis mungil ini sejak mengenal sosok bundanya tersebut.
Lalu mengalir lah cerita Aya tentang pertemuannya dengan Dokter Heni baik di acara sekolahnya saat membaca puisi serta Dokter Heni yang menolongnya di jalanan ketika akan terserempet motor.
"Kalau Bunda bukan orang baik, ngapain baca puisi di kertas kosong milikku. Teman-teman pasti mengejekku karena enggak bisa buat puisi tentang ibu kalau Bunda enggak membantuku saat itu. Aya enggak tahu gimana rasanya disayang sama Mama," ucap Aya lirih di ujung kalimatnya dan terdengar sendu. Kepalanya langsung tertunduk lesu dan matanya sudah berembun.
Aldo seketika bangkit lalu duduk di samping Aya dan memeluk adiknya. Ia mengelus lengan Aya penuh kelembutan khas seorang kakak pada adiknya. Ia merasa bersalah pada Aya karena tanpa sengaja membangkitkan kenangan pahit menjadi anak broken home dan ibu kandung mereka kurang memberikan kasih sayang yang layak dengan banyak menorehkan luka.
"Sudah, jangan nangis. Nanti Kak Aldo dimarahin Papa kalau Aya sampai nangis. Maafin Kak Aldo ya," ucap Aldo yang merasa bersalah karenanya Aya jadi teringat Manda, ibu kandung mereka.
Keduanya pun pulang ke rumah dinas. Aldo meminta Aya merahasiakan perihal pembicaraan empat mata mereka di mini market Suka-Suka dari siapa pun termasuk Papanya. Aya paham dan menganggukkan kepalanya. Kedua anak malang ini seakan dipaksa oleh keadaan untuk dewasa sebelum waktunya. Tanpa banyak membantah atau pun protes. Semua mereka lakukan demi rasa cinta dan sayangnya pada Mayor Seno selaku ayah kandung mereka.
☘️☘️
"Wah, sarapan kita empat sehat lima sempurna ya Bun." Aya begitu antusias.
"Iya, sayang. Biar nilai gizinya cukup. Apalagi Papa dan Kak Aldo punya tugas cukup banyak dan berat. Biar staminanya tetap kuat dan sehat," jawab Dokter Heni seraya mengelus rambut Aya lalu mendaratkan b0kongnya pada salah satu kursi di meja makan.
"Asyik..." teriak Aya.
"Setiap hari aku bakalan seneng banget dibuatin bekal sekolah sama Bunda. Aku mau pamer sama teman-temanku kalau sekarang aku punya Bunda yang jago banget di dapur," ucap Aya yang sangat terlihat bahagia.
"Ayo berdoa dulu sebelum makan," titah Mayor Seno.
Ia pun akhirnya memimpin untuk doa bersama. Lalu mereka berempat makan dengan lahap. Meja makan tak akan sepi karena Aya selalu berceloteh dengan riang.
"Bunda tahu banget sih kalau ayam kecap sama udang balado itu favorit Papa dan Kak Aldo. Kalau Aya favoritnya ini, hehe..."
Aya pun mencomot jamur dan telur dadar krispi lalu ia masukkan ke dalam mulutnya sambil tersenyum.
"Mbok Jum yang kasih tahu. Jadi Bunda masakin semua favoritnya Papa, Kak Aldo dan Aya yang cantik." Mendengar ucapan Dokter Heni barusan, Mayor Seno dan Aldo seketika menatapnya. Dokter Heni hanya melirik sekilas keduanya. Lalu ia memalingkan pandangannya dan lebih banyak berfokus pada Aya.
Soal rasa jangan ditanya. Sangat pas dan enak di lidah mereka berdua. Namun bapak dan anak ini jangan harap akan mengatakan makanan tersebut enak atau mengucapkan terima kasih pada Dokter Heni. Mereka tetap bersikap diam dan datar seraya tetap menyantap makanan tersebut hingga tandas.
☘️☘️
Hari ini kebetulan hari Minggu jadi mereka semua sedang bersantai di rumah. Mayor Seno, Aldo dan Aya tengah asyik bermain PS di ruang tamu. Dokter Heni sedang membereskan meja makan.
Tok...tok...tok...
Terdengar suara ketukan pintu dan juga bel rumah berbunyi. Mbok Jum berniat membuka pintu namun Dokter Heni mencegahnya.
"Biar aku saja, Mbok. Tolong ini bawakan ke dapur," ucap Dokter Heni seraya memberikan beberapa piring kotor pada Mbok Jum.
"Baik, Bu."
"Makasih, Mbok."
Lalu Dokter Heni berjalan menuju pintu utama dan ia pun segera membukanya.
Ceklek...
Dokter Heni melihat sosok laki-laki berseragam dinas kepolisian berdiri di depan pintu. Namun ia hanya melihat punggungnya karena laki-laki ini tengah menghadap ke jalan sambil mengutak-atik ponsel di tangannya. Dokter Heni belum melihat jelas wajahnya.
"Ehem,"
"Mau cari siapa ya, Pak?"
Seketika laki-laki itu pun membalikkan badannya. Keduanya akhirnya saling bertatap muka dan tampak jelas raut wajah mereka terkejut.
Bersambung...
🍁🍁🍁
eh salah hamil maksudnya