Muda, cantik dan seksi, tidak melulu membuat hidup seseorang baik. Buktinya Berta harus melakukan banyak hal gila agar bertahan hidup, mulai dari pura pura kesurupan, jadi wanita murahan sampai wanita tidak punya adab.
Tapi takdir mempertemukan dirinya dengan Wildan, Pengacara muda, tampan dan sukses tapi terjerat dengan kehidupan tiga keponakannya yang harus dia besarkan.
Simak kegilaan mereka bersama yok!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon khorik istiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5
Hidup itu jangan terlalu ber-ekspektasi~
Jantung Berta berdetak sangat kencang ketika berada di depan pintu kelas tersebut. Kelas itu ada di pojokan bangunan paling ujung. Di sekolah yang luasnya 20 Ha tersebut, Kaki Berta rasanya pegal karena harus berjalan jauh menggunakan sepatu hak tinggi.
Perasaan Berta sudah tidak enak ketika dia di suruh pergi ke kelas langsung pada hari ini. Berarti posisi tersebut sangat di butuhkan.
Klek... Begitu pintu dibuka, suara riuh itu pun terdengar lebih keras lagi. Semua murid yang berisikan 20 orang itu tidak memperdulikan guru yang baru saja masuk.
Ada yang melempar kertas, memainkan gitar, sedang memakai make up, push up bahkan di sudut sana, ada yang tengah berciuman tanpa tau kondisi dan lingkungan.
Berta kaget melihat seorang anak laki laki dan perempuan yang tengah berciuman di dalam kelas. Iya, di dalam kelas!
Wajah Berta memerah.
Sejak awal, Lelga sudah memberitahu Berta bahwa kelas tersebut adalah kelas bagi murid murid yang mengalami masa percobaan , Yah ibarat kata itu adalah kelas buangan. Sudah ada sejak sekitar sebulan yang lalu. Tapi sudah ada 14 guru yang mengundurkan diri karena kelakuan semua murid tersebut. Tak jarang mereka membully sang guru, menyiksa mental mereka hingga kondisi nya sedikit terguncang.
Tapi kalau menyerah di awal bukan Berta namanya.
"Yah dimana tempat memang sudah ada neraka!" dia bergumam pelan. Sesusah mengatur nafasnya, Berta berjalan menuju tempat guru.
Setelah sampai, Berta mengatur mikrofon dan menyetel suara berdenging dari mikrofon. Sontak semua siswa dan siswi itu memegang telinganya yang kesakitan mendengar suara tersebut. Mereka semua diam dan melotot ke arah Berta. Seolah telah mendapatkan target baru.
setelah hening sesaat, semuanya kembali ke rutinitas dan ribut kembali. Sungguh keadaan yang tidak akan mudah dia takhlukan.
Berta kembali membuat suara berdenging kembali. Setelah diam lagi kemudian dia mulai bicara .
"Hai..." Kata Berta sembari melambaikan tangannya tanda perkenalan.
Bedanya Berta dengan guru lainnya. Berta lebih modis, tidak kaku dan fleksibel, cerdas dan gampang menyesuaikan keadaan . Dia hanya kurang beruntung saja mengajar di kelas buangan seperti ini.
Ekspektasinya tidak tinggi, makanya ketika semua nya mengabaikannya dia tidak kecewa .
"Yah persis seperti dugaanku."
Seorang siswa nakal yang tidak mengancingkan seragamnya dengan benar menghampirinya . Bermaksud menggoda Berta. Gurunya ini masih muda, cantik dan entah kenapa image nya seksi, jadi membuat nya tergoda.
"Hai cantik." Siswa tersebut mencolek dagu Berta.
Berta dengan tatapan hendak mematahkan tulang tangannya itu melotot ke arahnya.
"Galak amat sih!" Katanya lagi dengan senyum sinis.
Huh... Berta menghela nafas kesal nya.
"Mau bermain nanti malam?" Kali ini sang siswa membisikkannya di telinga Berta dengan suara rendah. Membuatnya tergelitik dan juga sangat menjijikkan. Berta teringat dengan Kenn sepupunya yang kurang ajar. Dulu Berta sempat menendang tepat di tengah kemaluannnya, makanya Kenn cukup berhati hati jika berhadapan dengan Berta. Tapi siswa ini tidak tahu, makanya dengan berani menggoda Berta.
Berta memaikan ponselnya lalu meletakkan kembali.
"Mau bermain katamu?" Berta bertanya sembari mendorong siswa tersebut ke belakang, Berta melangkah maju.
Beberapa orang sudah memperhatikan interaksi mereka berdua .
Steven, nama siswa tersebut dengan lancang memegang dan meremas pantattt Berta sembari tersenyum mengejek.
Berta spontan memelintir tangan Stevan dan melakukan smack down menyebabkan Stevan jatuh.
"Aaaaaa...." Pekik Stevan kesakitan.
Semua siswa yang awalnya tertawa karena melihat guru barunya di permalukan dan dilecehkan itu awalnya tidak menduga kalau dia akan membalas stevan. Sungguh guru yang berani.
"Masih mau bermain?"
"Hei ... Kau tidak tau ya siapa orang tuanya?"
Berta melotot ke arah perempuan yang memberi tahunya.
- Siapa yang perduli dengan latar belakang orang tuanya. Jika aku di lecehkan aku harus melawan.
Berta kemudian melangkah ke meja tempat dia menaruh ponselnya. Dia tadi mereka adegan dimana dia dilecehkan dan membanting Stevan.
"Dia tidak akan selamat!"
"Besok juga kita akan dapat guru baru."
Suara ejekan dan cekikikan itu terdengar sangat keras.
Stevan yang masih mengerang kesakitan segera menelpon orang tuanya .
Pengaruh orang berkuasa itu nyata , Berta juga tau itu.
Tak lama kemudian Berta sudah ada di ruang kepala sekolah.
Nyonya Vin, Ibu Stevan sedang meradang.
"Bagaimana sistem sekolah ini sehingga membuat orang bar-bar seperti ini menjadi guru." Tangannya menuding Berta.
"Stevan anak laki laki saya sangat berharga, bagaimana mungkin saya bisa tenang menyekolahkan anak saya disini."
Meluapkan segala kekesalannya kepada Berta.
Stevan tersenyum mengejek tanda kemenangan.
-Tunggu sampai aku benar benar mematahkan tulangnya. Lihat saja nanti.
"Saya tidak tahan! Saya akan polisikan dia!"
Punya duit itu memang menakutkan. Apalagi menggunakannya dengan sewenang wenang.
Berta setelah menahan segalanya, mengeluarkan ponselnya. Lalu mulai memutar video .
Kini gantian Nyonya Vin yang wajahnya memerah. "Kamu!"
Lelga sang kepala sekolah dari tadi diam. Dia tahu betul bahwa sebagian besar semua siswa dan siswi di kelas percobaan itu adalah anak anak orang berduit dan berkuasa. Sebagain besar menyumbang danna paling besar untuk sekolah swasta tersebut .
Setelah mengetahuinya dari dua sisi, Lelga menjadi penengah bagi keduanya. "Setidaknya itulah yang bisa dia lakukan." Dia hanya kepala sekolah, bukan yang punya yayasan.
Dengan adanya bukti tersebut. Terbukti Stevan lah yang salah. Dengan wajah mesumnya, dia melecehkan sang guru .
"Saya akan menutup kasus ini." Nyonya Vin masih saja sombong. Suaminya Denata adalah seorang politisi ternama, kalau video itu beredar Stevan lah yang akan tamat menjadi bulan bulanan kemarahan sang Ayah.
"Maaf?" Berta sudah tau trik untuk orang orang sombong berduit itu. Tapi dia tidak mau mengalah.
Bukannya meminta maaf tapi dengan sombongnya bilang akan menutup kasus tersebut.
"Saya lah yang dirugikan disini."
Merasa kalah Nyonya Vin akan marah kembali .
"Kalau kasus ini di teruskan, Ibu bisa tahu siapa yang akan salah bukan?" Tindakan Berta memang salah, tapi bisa jadi itu dijadikan alasan pembelaan diri.
Stevan diam tak berkutik. Guru barunya itu cukup cerdas dalam bertindak.
Berta sebagai orang biasa harus punya pertahanan diri yang bagus. Dia tidak suka di injak injak, menjunjung tinggi nilai keadilan.
"Saya minta maaf Bu." Kalau Stevan tidak segera bertindak, dia takut ini akan berakhir panjang. Terlebih Ayahnya, tidak akan segan mentolerir kesalahannya kali ini. Baginya nama dan martabat sangat penting. Meski Stevan sembrono, tapi dia kadang juga harus tau kapan harus bertindak. Kali ini dia memang keterlaluan. Dulu dia banyak melecehkan sesama siswi tapi mereka semua diam dan tidak berani berbicara. Berbeda dengan Gurunya ini. Dia percaya diri dan tau harus bertindak dengan benar.
Berta sebetulnya tidak mau kasus ini berakhir. Tapi kalau buntut nya panjang, dia harus mencari pekerjaan baru lagi. Gajinya disini lumayan, jadi dia tidak mau mencari pekerjaan baru lagi.
"Hanya jangan ulangi lagi."
Lelga bernafas lega, setidaknya semuanya sudah berakhir. Hanya saja, Nyonya Vin masih tidak terima. Dia merasa kalau anaknya meminta maaf adalah merendahkan harga dirinya. Bisa bisanya anaknya yang berharga harus meminta maaf. Tapi karena sudah begini, tanpa mengatakan sepatah katapun, Nyonya Vin langsung berdiri dan pergi . Diikuti Stevan.
Berta bernafas lega.
Lelga tersenyum kearahnya.
"Good Job Miss."
di tunggu kelanjutannya ya 😊
semangat 💪🏼👏🏼