Arya, seorang pria yang memiliki istri yang sangat cantik dan juga memiliki seorang putera yang masih balita harus menelan pil pahit saat mengetahui sang istri dijodohkan oleh keluarganya dengan pria kaya raya.
Hal yang menyakitkannya, sang istri menerima perjodohan itu dan berniat melangsungkan pernikahan meskipun mereka belum sah bercerai.
Semua itu karena Arya dianggap pria miskin dan tak layak mendampingi Tafasya yang cantik dan memiliki body sempurna.
Akan tetapi, dibalik semua itu, ternyata Arya sedang menyembunyikan jati diri yang sebenarmya. Siapakah Arya,?
Bagaimana kisah selanjutnya, maka ikuti novel ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti H, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KSYT-5
Bondan menghentikan mobilnya didepan sebuah hotel dan ia membuka pintu dengan tak sabar.
Wanita berusia 25 tahun itu turun dari mobil dengan wajah sumringah dan seketika Bondan merengkuh pinggang ramping tersebut menuju ruang kamar yang sudah ia pesan secara online.
Setibanya didalam kamar, pria itu seolah begitu sangat lapar dan ingin menerkam wanita dihadapannya, lalu menyantapnya dengan rakus.
Ditempat terpisah, terlihat seorang pria berperawakan tinggi dengan rambut lurus sebahu yang ia ikat kebelakang, dan sebuah topi yang selalu ia pakai untuk melindunginya dari panas mentari tampak sibuk berbicara dengan seseorang.
Tak jauh dari tempatnya berdiri, terlihat barang dagangannnya berupa bakso pentol yang hampir terjual habis dan ia terlihat sangat terburu-buru, seolah ada sesuatu hal yang harus ia selesaikan dengan segera.
Ia memutus panggilan teleponnya, dan kembali menghubungi nomor yang lainnya. Ia tak lain adalah Arya yang saat ini mencoba menelpon istrinya untuk menanyakan apakah putera mereka sudah dijemput atau belum.
Berulang kali ia menghubungi, namun tidak tersambung, dan Arya menghubungi pengajar yang ada dikelas puteranya, ternyata kelas sudah bubar sedari tadi, akan tetapi Rayan masih berada disekolah dan belum ada yang menjemputnya.
Seketika nalurinya sebagai seorang ayah tak dapat ia kendalikan, ia bergegas memacu kendaraannya untuk menjemput puteranya.
Sementara itu, Fasya sedang asyik bergumul mesra dengan pria barunya yang sudah memberikan uang dalam hitungan detik saja. Maka wanita itu memberikan semua apa yang diinginkan oleh pria paruh baya dengan suka rela.
"Mungkin jika aku jadi istrinya pak Bondan, aku akan hidup enak dan juga memiliki barang mewah, benar juga kata ibu, hidup dengan mas Arya hanya akan membuatku menderita, seumur hidup dengannya itu terlalu lama," wanita itu berguman dalam hatinya ditengah rintihan menjijikkan dari pria yang sudah membayarnya saat mencapai puncak surgawinya.
"Beda 25 tahun gak masalah, yang penting aku hidup bahagia," Fasya kembali berguman. Ia sepertinya sudah merencanakan sesuatu hal kedepannya. Baginya uang adalah segalanya..
Arya tiba didepan pintu gerbang. Suasana sudah sangat sepi, dan puteranya sedang menunggunya didalam gerbang dengan perasaan campur aduk.
Setelah memperlihatkan kartu penjemputan, security mempersilahkan Rayan keluar dan bocah itu berlari menghampiri ayahnya.
"Ayah, kenapa lama sekali, aku takut." dekapnya dengan erat. Ia seolah mendapatkan perlindungan dan ketenangan saat berada disisi pria itu.
"Maafkan ayah. Tadi sibuk berdagang, dan ibu tak menjemputmu mungkin tidak mendapatkan angkot, tetapi ayah sudah membelikan motor baru dan sore nanti akan datang, agar ibu lebih mudah menjemputmu," sahut Arya yang mencoba menutupi kesalahan istrinya, ia tak ingin puteranya membenci ibunya.
Rayan menganggukkan kepalanya, lalu keduanya menuju pulang dengan motor yang mengangkut gerobak bakso.
Hal yang membuat Arya begitu senang, puteranya tidak gengsi untuk diantar menggunakan motor butut, meskipun teman-temannya diantar ke sekolah menggunakan mobil mewah ataupun motor gede.
Setibanya dirumah, Arya mendapati rumah sedang terkunci. Ia merasa bimbang, akan tetapi mencoba berfikir positif, mungkin saja sang istri berbelanja ke warung.
Pria itu menggunakan kunci cadangan, lalu membuka pintu dan membawa puteranya untuk berganti pakaian dan makan, lalu istirahat.
Hari ini Arya terpaksa tidak lanjut berdagang, sebab tidak ada yang menjaga puteranya, dan ia memutuskan untuk berdagang dirumah, dan bersyukurnya para tetangga berdatangan untuk membeli baksonya hingga ludes, dan ia mengemasi semua peralatan kotor dam mencucinya.
Setelah selesai dengan pekerjaannya, ia merasa jika Fasya istrinya tak juga kembali. Ia mencoba menghubungi ibu mertuanya, mungkin saja sang istri berada disana, apalagi malam tadi sang ibu mertua memaksa untuk membawa istrinya pergi, dan ia berprasangka jika fasya terpengaruh oleh ibunya.
Berulang kali ia menekan nomor tersebut, tetapi tidak tersambung, dan sepertinya nomor miliknya telah diblokir.
"Yah, ibu kemana?" tanya Rayan tiba-tiba yang saat ini sudah bangun, sebab waktu sudah memperlihatkan pukul 16.00 wib dan tentu saja sangat wajar jika puteranya bertanya, sebab tak melihat ibunya sedari pulang sekolah.
Saat bersamaan, sebuah mobil pick up datang membawa satu unit motot matic gede yang sedikit menghebohkan pengantaran motor tersebut, apalagi komplek padat penduduk dan memiliki ragam budaya dan cara pandang dalam sesuatu hal.
Bisik-bisik tetangga dan mata yang mengintai tertuju pada benda matic berwarna silver kombinasi hitam.
Setelah semua penyerahan selesai, Arya kembali merasa aneh, sebab nomor ponsel milik sang istri juga tidak diaktifkan.
Sesekali ia menatap jalanan untuk melihat jika sang istri akan kembali, tetapi tak ada tanda-tanda yang menguatkannya. Semua lengang dan begitu sepi.
"Horeee, motor baru," teriak Rayan dengan riang gembira, sejenak ia melupakan tentang ibunya, sebab selagi masih ada Arya sang ayah, maka bocah itu merasa aman.
"Iya, Sayang, ini untuk antar dan jemput Rayan pergi ke sekolah, nanti ibu yang antar," Arya menjelaskan dengan begitu lembut.
"Memangnya ibu sayang sama Rayan?" tanyanya dengan begitu polos.
"Tentu donk. Buktinya kamu menginap diperut ibu selama 9 bulan dan memberi Asi kepada Rayan, hingga tumbuh setinggi dan sesehat ini, maka sudah jelas ibu menyayangi kita semua," Rayan mengangguk, namun kali ini ia meminta dibawa berjalan-jalan mengelilingi komplek dengan motor barunya.
Arya tak dapat menolak keinginan puteranya, meskipun hatinya saat ini sangat tidak tenang dan gelisah memikirkan sang istri.
Setibanya ditempat yang mereka tuju, yaitu sebuah taman bermain mini khusus untuk warga sekitar, Rayan meminta minuman yang ada dijual ditempat itu, dan Arya mencoba menuruti puteranya kali ini saja.
*****
Hari semakin senja, Arya mengajak puteranya pulang kerumah, dan ia berharap jika setibanya nanti disana sang istri sudah kembali.
Sesampainya dirumah, suasana masih sama, pintu terkunci seperti semula, itu tandanya Tafasya belum kembali, ia mencoba bertanya pada para tetangga, dan mereka menjawab tidak tahu, mungkin benar jika sang istri kembali ke rumah orangtuanya.
Ia bergegas memandikan Rayan, lalu berencana membawa Rayan untuk merayu Tafasya dan akan menjemput istrinya dirumah ibu mertua yang memakan waktu kurang lebih 1 jam lamanya.
"Ibu belum kembali, Yah?" tanya Rayan saat mereka sudah berada rumah dan semua terlihat sangat sepi..
"Nanti kita jemput dirumah Nenek ya," kilah Arya yang sebenarnya juga tidak tahu keberadaan sang istri saat ini. Ada dimana.
Rayan hanya dapat menganggukkan kepalanya dan mereka akan mandi bersama..
Sedangkan ditempat lain, Fasya masih melayani pria paruh baya itu, meskipun tubuhnya sangat lemah. Tampaknya Bondan tak pernah puas untuk menggarap wanita itu, hingga lemah dan terkulai tak berdaya, lalu tertidur karena begitu letih.
Setelah senja berakhir, Arya memakaikan jaket dan juga sepatu kepada puteranya. Mereka akan menjemput wanita yang merupakan istri sahnya. Ia akan membawa sang istri pulang ke rumah, itu tidak dapat ditolerir.
ini pas banget, ini menunjukkan jika tafasya yg sekr bukanlah tafasya yg dulu
terima kasih thor