Dibuang Suami, Diratukan Adik Ipar

Di rumah sakit, lebih tepatnya di dalam ruang rawat inap VVIP tempat Selena berada. 

Saat ini, Kevin sedang membantu Regina makan malam, menyuapi Selena dengan bubur. 

"Makanlah pelan-pelan, nanti kau tersedak," ucap Kevin yang melihat Selena tampak makan terburu-buru. 

Selena tersenyum, mengabaikan ucapan Kevin dan memilih berkata, "aku sangat bersemangat karena besok aku akan mendapatkan donor hati, jadi aku harus makan lebih banyak karena besok Subuh sudah harus mulai berpuasa. Tolong tambahkan lebih banyak bubur."

Kevin tersenyum mendengar ucapan Selena, dia senang melihat perempuan yang ia cintai tampak bahagia. 

Kevin pun mengikuti ucapan Selena dengan menambahkan bubur ke mangkuk perempuan itu dan kembali menyuapi Selena sambil berkata, "Kau tidak perlu khawatir apapun, segala sesuatu yang diperlukan akan ku urus, dan memastikan operasi berjalan dengan lancar."

Selena mengangguk puas, "tentu, tapi aku masih tidak menyangka bahwa orang yang akan mendonorkan hatinya untukku adalah Regina, Apakah--"

"Dari mana kau tahu?" Kevin terkejut dan Selena pun berpura-pura terkejut karena keceplosan. 

Selena menutup mulutnya dengan sebelah tangannya lalu kemudian berkata, "Maafkan aku, ini salahku.  Aku sangat penasaran siapa yang akan mendonorkan hati padaku, dan sangat ingin berterima kasih padanya, jadi aku mengancam seorang perawat untuk memberitahuku," suara Selena tampak mengandung penyesalan yang begitu besar, hal tersebut membuat Kevin malah merasa bersalah. 

Kevin meletakkan buburnya, Lalu naik ke tempat tidur membawa Selena ke pelukannya, "kau tidak bersalah, itu wajar saja jika kau sangat ingin mengetahuinya dan ingin berterima kasih. Kau adalah orang yang lembut dan penuh perhatian, aku tahu kau sulit untuk menerimanya, tapi ini demi kebaikanmu, jadi jangan halangi siapapun yang ingin mendonorkan hati padamu. Aku juga telah berbicara dengan dokter, dan katanya hanya perlu satu bulan dan paling lama 3 bulan untuk pemulihan kondisi setelah mendonorkan hati, jadi tidak ada salahnya bagi Regina untuk mendonorkan hati nya padamu. Aku juga akan memberikannya kompensasi yang begitu besar dan tidak akan membiarkannya kekurangan uang ketika kami bercerai nanti. Jadi tolong jangan merasa bersalah, fokuslah pada penyembuhan mu," kata Kevin. 

"Aku mengerti, tapi bagaimana kalau besok Regina berubah pikiran dan memutuskan untuk tidak jadi mendonorkan hatinya padaku? Aku hanya pikir bahwa terlalu aneh jika Regina mau mendonorkan hatinya padaku secara tiba-tiba, Padahal baru kemarin saja kita bertengkar dengannya dan--"

"Ssstt!" Kevin meletakkan jari telunjuknya di bibir Selena, "Jangan pikirkan masalah itu, pokoknya operasinya tetap akan berjalan besok. Besok pagi aku sendiri yang akan pergi untuk menjemput Regina dan membawanya ke rumah sakit, jadi tidak ada alasan baginya untuk mundur di tengah jalan," ucap Kevin yang tidak ingin memberitahu Selena bahwa sebenarnya Regina belum mengetahui apapun tentang donor hati yang akan dilakukannya itu. 

Kevin merasa cemas Selena mungkin tidak akan setuju menerima donor hati yang diambil secara paksa sehingga dia harus berjaga-jaga dan memastikan Selena hanya berpikir positif saja sampai cangkok hatinya selesai dilakukan. 

Selena terdiam sesaat dalam pelukan sang kekasih sebelum berkata, "Mungkin sekarang aku perlu menelponnya lagi dan berterima kasih padanya untuk--"

"Tidak perlu melakukannya, lakukan saja setelah operasinya selesai," ucap Kevin. 

"Tapi,,," wajah Selena tanpa khawatir, namun akhirnya dia tidak bisa melanjutkan ucapannya ketika bibir Kevin telah membungkam bibirnya. 

Cup....

Ciuman yang dalam itu membuat keduanya larut dalam gairah yang meluap-luap. 

Sementara di kediaman keluarga Taliban, saat ini semua orang telah berkumpul di ruang kerja tuan besar Taliban. 

Semua orang tampak tersenyum,m karena Arvin akan membicarakan tentang pernikahannya, dan mungkin saja akan segera mengungkapkan identitas perempuan yang akan ia nikahi. 

"Jadi, Apa Arvin yang berbicara lebih dulu atau Ayah dulu yang berbicara?" Christina menatap putranya dan ayah mertuanya secara bergantian. 

"Siapapun yang berbicara lebih dulu tidak ada masalahnya, karena semua yang akan kita bicarakan hari ini adalah sesuatu yang baik. Tapi biarkan yang lebih tua berbicara terlebih dahulu," ucap sang kakek membuat Christina tersenyum dengan tingkah ayah mertuanya. 

"Kakek silakan bicara lebih dulu," ucap Arvin. 

Tuan besar Taliban mengangguk, lalu dia mengambil benda yang sedari tadi disiapkan di sakunya. 

Itu adalah sebuah kotak perhiasan berbentuk persegi panjang, biasanya kotak perhiasan seperti itu diisi kalung atau gelang. 

Perhatian semua orang tertuju pada kotak tersebut saat tuhan besar membukanya dan meletakkannya di atas meja. 

Begitu isinya diperlihatkan, adalah sebuah kalung yang memiliki liontin berlian zamrud. 

Warna hijau pada berlian tersebut langsung memikat mata semua orang di sana. 

"Ini kalung peninggalan istriku, dia memintaku untuk memberikannya pada cucu menantunya kelak yang akan menjadi Nyonya keluarga Taliban. Oleh karena itu hari ini benda berharga ini akan diberikan pada Regina," ucap Tuan besar mengejutkan Regina. 

Mana mungkin dia pantas menerima benda itu? 

Apalagi saat ini setelah pembicaraan mengenai kalung berlian itu, mereka akan membicarakan tentang perceraiannya dengan Kevin. 

Lagi pula kalung itu seharusnya menjadi istri Kevin, dan Selena yang kelak akan mendampingi Kevin akan menjadi pemilik kalung itu sehingga Regina seolah tak mampu untuk berbicara tentang menerima dan menolak kalung itu. 

Arvin pun mengerti apa yang dipikirkan oleh Regina, jadi dia berkata, "kakek, sepertinya dengarkan dahulu Aku sebelum kita melanjutkan tentang kalung peninggalan nenek."

Tuan besar langsung menjadi tidak senang menatap Arvin, "apa sekarang kau berpikir karena kau akan membicarakan tentang perempuan yang akan menjadi istrimu, Jadi kau menghalangi kakek? Apa kau pikir istrimu lah yang akan menerima kalung berharga ini?" Kecurigaan langsung muncul di mata tuan besar melihat cucu bungsunya. 

Christina pun mengangguk, "Arvin, kalung itu sudah cocok dipakai oleh Regina, dia adalah menantu tertua di keluarga kita, jadi--"

"Tolong dengarkan aku dulu," Arvin menyela ucapan sang ibu lalu mengulurkan tangannya memegang tangan Regina membuat semua orang di sana terkejut. 

Apa yang dilakukan oleh Arvin? 

Kenapa malah memegang tangan Regina?