Allesia Cestaro adalah gadis seorang siswi kutu buku sekolah yang mengalami sebuah tragedi di malam perpisahan sekolah. Ia sengaja di beri racun gairah oleh teman-temannya untuk sekedar menjadikan momen perpisahan yang unik.
Tidak di duga ia akan di selamatkan oleh pria nomor 1 di sekolah dengan kekayaan keluarga mencapai triliunan, ia adalah Zigga Wirelless Allison.
Zigga membawa Allesia menjauh dari anak-anak nakal menggunakan mobilnya ke sebuah pinggiran sungai besar yang berada di sudut kota.
"Kamu tidak pernah minum, kenapa minum?" tanya Zigga.
"Calista bilang kalo ingin mendapatkan kamu aku harus bisa minum!" jawabnya malu-malu.
"Tolong aku?" lanjutannya dengan lirih gelisah.
"Dasar wanita bodoh!" Zigga melepaskan kemeja putihnya. "Alle, ingat satu hal, aku akan menolong mu tetapi aku tidak akan bertanggung jawab apapun yang terjadi ke depan!?" tegas Zigga.
Bagaimana nasib Alle selanjutnya, tragedi kenikmatan akankah membawa malapetaka atau keindahan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mamaperi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Resiko menjadi tangan kanan Ziga
Di sebuah gedung grup ALLSO nampak seorang yang berpengaruh sangat disegani dan di hormati.
Zigga berjalan layaknya sang pemegang nyawa. Semua petinggi menundukkan kepala mereka dan terlihat raut wajah ketakutan dan ada beberapa yang gemetar hebat.
Di dalam ruangan kerja Zigga yang nampak besar terlihat para petinggi berdiri berjejer di depan meja kepunyaan Zigga.
Presiden muda anak dari sang empunya perusahaan raksasa membuat para bawahan kewalahan apa bila CEO utama dan presiden mereka sedang tidak akur atau sedang dalam perselisihan hebat.
Meskipun Tuan Dutro masih seorang CEO utama, namun saham terbesar grup ALLSO kini berada di tangan anaknya, yaitu Zigga.
Kegilaan Tuan Dutro membuat Zigga tepaksa membiarkan ayahnya menduduki posisi nomor satu di perusahaan.
Zigga menatap beberapa bawahan yang masih tertunduk di depannya.
Zigga memainkan sebuah asbak di atas meja kerjanya dengan salah satu tangannya yang tidak terluka. Sedangkan tangannya yang terluka terlihat masih terabaikan dan belum di obati, terlihat tangan kirinya kini mulai membengkak.
"Hmmm ... Aku tidak mau tahu, urus kelompok Dunes dan aku mau kelompok Dunes yang tersebar di negeri ini di binasakan semua. Aku tidak mau dengar ada kelompok Dunes di setiap kota-kota besar yang ada di negeri ini. Satu lagi, grup Gumbler, aku mau kalian membuatnya sahamnya turun meskipun itu hanya sebesar 2%!" titah Zigga melirik tajam bawahannya.
Karena kerusakan parah di markas selatan yang berkecimpungan dalam bisnis minyak gas membuat para bawahan gemetaran karena tidak dapat menghalau serangan.
"Tuan, butuh dana besar untuk menggulingkan grup Gumbler sebesar 2%. Tuan Dutro juga akan mendapatkan dampaknya, dan itu akan di rasakan oleh kita juga." jelas sekertaris Xenia yang baru masuk dengan membawa beberapa berkas di tangannya.
Zigga benar-benar merasa muak sekali mendengar ayahnya yang selalu terlibat banyak dalam hal kotor ketika menjalani sebuah bisnis.
Zigga mengerutkan keningnya dan memijatnya dengan kesal. "Urus saja dulu kelompok Dunes, baru kita pikirkan grup Gumbler!" ujarnya geram karena ia belum dapat memikirkan jalan selanjutnya.
Bawahannya dengan sigap langsung menjalani perintah Zigga. Sedangkan sekertaris Xenia, ia nampak cemas melihat luka di tangan Zigga yang nampak sudah membiru.
"Tuan, dokter Serka akan segera tiba, aku akan membantu membersihkan darahnya terlebih dahulu?" ucap Sekertaris Xenia dengan hati-hati.
Zigga hanya diam menengadahkan kepalanya ke atas tanpa memperdulikan sekertaris Xenia yang kini mencoba untuk membantu membersihkan darah yang sudah mengering di tangannya.
Kepada sekertaris Xenia, Zigga nampak tidak was-was dan ia tidak mempermasalahkan sekertaris Xenia memegang tangannya.
Meskipun sekertaris Xenia mendapatkan perlakuan spesial dari Zigga, namun sekertaris Xenia tidak pernah memanfaatkan kesempatan apapun, semua karena sekertaris Xenia tulus mengabdi kepada Zigga sampai sisa hidupnya sebagai pelayannya.
Sekertaris Xenia dengan sangat hati-hati dan meniup tangan Zigga.
"Tuan, lukanya sangat parah, apa kita perlu ke rumah sakit?" tanya Sekertaris Xenia.
"Biarkan Serka yang mengurusnya," jawab Zigga masih di posisi yang sama.
"Tuan, saya hanya ingin sedikit memberi saran, menurutku kita harus memisahkan nona Alle dan tuan muda Alga. Aku curiga jika Tuan Dutro sedang menyuruh seseorang untuk mengawasi Nona Alle, jika sampai Tuan Dutro mengetahui anda memiliki seorang anak, aku takut-"
Sekertaris Xenia tidak dapat membayangkan drama yang cukup besar.
Zigga masih terdiam namun ia juga memikirkan hal yang sama. Namun anaknya adalah orang yang mewarisi keras kepala dari keluarganya, masih tidak mudah memisahkan seorang ibu dari anaknya.
Dokter Serka datang dan dengan malas meletakan koper obatnya di atas meja.
"Ayolah Zigga, mau sampe kapan kamu bermain-main sama tubuhmu itu, apa kamu pikir tulang yang patah bisa selalu di sambung! Kemarin-kemarin kamu hanya beruntung, bagaimana kedepannya kalo kamu gak beruntung!" Dokter Serka terlihat uring-uringan sendiri.
"Tugas anda adalah menyembuhkan, anda tidak ditugaskan untuk mengatur tuan kami!" sahut sekertaris Xenia memperingati.
"Sekertaris Xenia, sebaiknya kamu cari kerjaan lain saja, paling tidak anda tidak perlu jadi tangan kanan Zigga, jadi karyawan biasa saja, itu akan menyelamatkan nyawa anda!" ketus Serka. Entah mengapa kali ini dokter Serka terlihat kesal dan uring-uringan.
"Jaga ucapan anda! Nyawaku ada di tangan tuan Zigga, aku tidak akan mundur untuk selalu berada di samping tuan Zigga!" sahut Sekertaris Xenia.
Zigga nampak memejamkan mata dan tidak memperdulikan sekertaris dan temannya berdebat. Dokter Serka sudah memberikan bius supaya Zigga tidak kesakitan ketika ia akan membenahi tulang jarinya yang bergeser sedikit.
"Sekertaris Xenia, Zigga hanya pernah menyelamatkan nyawamu sekali, tetapi kamu sudah membalasnya berkali-kali! Apa kamu tidak memikirkan hidup mu ke depannya!?" Dokter Serka terlihat kekeuh ingin sekertaris Xenia untuk mundur menjadi tangan kanan Zigga.
"Dia menyelamatkan nyawaku ketika aku sekarat, jadi sebelum aku sekarat maka aku sama sekali belum membalasnya dengan setimpal!" sahutnya.
Setelah memperban tangan Zigga, dokter Serka pun langsung berdiri dan mendekati sekertaris Xenia yang berdiri di samping Zigga.
Zigga membuka matanya dan melihat Xenia dan Serka yang nampak saling mendelik.
Dokter Serka terus maju sedangkan sekertaris Xenia berjalan mundur.
"Apa, kamu mau ngapain? Berhenti atau aku akan mematahkan tanganmu!" ancam sekertaris Xenia.
Namun dokter Serka terus maju dan dengan keras merobek kemeja sekertaris Xenia, dan memperlihatkan sebuah perban yang membalut luka sekertaris Xenia.
PLAK!
Sekertaris Xenia langsung menampar dokter Serka. Bahkan sekertaris Xenia langsung menodongkan pistolnya ke arah dokter Serka.
"Anda telah melewati batas, dokter Serka!" sekertaris Xenia nampak geram dan berusaha menutupi lukanya.
Zigga melihat perban yang cukup besar di pundak sekertaris Xenia.
"Sekertaris Xenia, apa itu? Kapan kamu terluka?" tanya Zigga terkejut.
"Tuan, ini bukan apa-apa," jawab sekertaris Xenia.
"Zigga, itu adalah bekas tembak, beruntung tadi malam aku datang ke rumahnya untuk memberikan stok obat penawar." jelas dokter Serka.
"Xenia, siapa yang melakukan ini padamu!?" tanya Zigga nampak menahan api di dadanya.
"Tuan Dutro," jawab sekertaris Xenia tertunduk.
Zigga benar-benar kehabisan nafas saat ini. Lagi dan lagi ayahnya benar-benar telah menggila.
"Sekertaris Xenia, apa yang dia cari dari mu?" tanya Zigga.
"Beliau mencari tahu tentang nona Alle." jawabnya.
"Dan?" Zigga tidak percaya jika itu hanya tentang Alle.
"Tidak ada," jawab sekertaris Xenia dengan tegas. Namun, sebenarnya memang ada hal lain tetapi kini ia belum bisa memberi tahu siapapun.
"Zigga, dia seorang wanita, bukankah kamu harus berfikir seribu kali untuk menjadikan dia sebagai tangan kananmu?" Dokter Serka memperingati Zigga.
Zigga melirik dokter Serka dengan tajam. "Setiap pekerjaan ada konsekuensinya, aku memberikan dia gaji yang besar." Zigga nampak tegas namun kini ia sendiri ragu atas pernyataannya.
"Masih banyak pria gagah yang memiliki skill yang lebih tinggi dari wanita ini!" cetus dokter Serka.
"Apa maksud anda, dokter Serka? Apakah menurut mu aku yang seorang wanita ini tidak pantas berada di posisiku ini? Aku pernah berada di tempat yang lebih berbahaya dengan gaji yang cukup jauh dari yang tuan Zigga berikan padaku. Serka, sebenarnya apa masalahmu padaku!?" tanya Xenia nampak kesal dengan sikap dokter Serka yang tiba-tiba posesif padanya.
"Tempat ini tidak kalah berbahaya dari tempatmu sebelumnya, bahkan tempat ini memiliki sejuta bahaya yang selalu mengintai nyawamu." Dokter Serka masih kekeuh ingin Xenia lepas menjadi tangan kanan Zigga.
"Serka, katakan padaku, apa sebenarnya yang menjadi permasalahan mu?" tanya Zigga kini bersama dengan Xenia menatap tajam ke arah dokter Serka.
Dokter Serka nampak ragu, namun ia memilih untuk mundur dan pergi tanpa mengatakan sepatah kata pun.
Zigga dan Xenia menatap punggung dokter Serka yang sudah keluar dari ruangan Zigga.
.......
jangan lupa bantu like and follow akun author. Terima kasih.