Alea dan Radit baru saja merayakan ulang tahun pernikahan mereka yang pertama, keesokan harinya Radit ditugaskan keluar kota. Siapa sangka kepulangan Radit dari luar kota merubah kebahagiaan Alea menjadi air mata.
Radit meminta Alea untuk membantu membiayai kebutuhan rumah tangga mereka dan juga membantu membiayai hidup ibu Radit yang belum lama ini menjada, dengan alasan usaha yang dia jalani sedang dalam masalah dan Radit hanya mengandalkan gajinya sebagai pegawai negeri.
Alea yang memiliki peghasilan tidak keberatan membantu sang suami. Tanpa Alea tahu, jika sebenarnya Radit telah menduakan Alea dengan Hana, teman satu kantornya.
Radit berubah menjadi suami yang dingin, menimbulkan kecurigaan bagi Alea.
Alea mencari tahu penyebab Radit berubah, Alea akhirnya menemukan fakta jika Radit menduakan cintanya.
Apa yang akan dilakukan Alea setelah tahu Radit berselingkuh?
Yuk ikuti ceritanya di Setelah Suamiku Berselingkuh, Aku menjadi Kaya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
28. Pemimpin Baru
Kepemimpinan Bagas dikantor cabang tempat Alea bekerja berakhir hari ini. Alea yang diminta untuk menggantikan posisi Bagas telah mengajukan penolakan satu minggu yang lalu, dia juga menolak untuk dipindahkan ke kantor pusat. Alea lebih memilih tetap menjadi karyawan biasa. Kenapa?
"Ada apa sama kamu Lea?" protes Reina saat tahu Alea menolak posisi yang banyak diinginkan orang itu.
Alea hanya tersenyum pada saudaranya itu. Banyak hal yang Alea pertimbangkan sehingha dia menolak kesempatan baik ini. Dia memang berencana untuk memantas kan dirinya bersanding dengan Bagas, tapi bukan berarti mengantikan posisi Bagas adalah hal yang tepat.
Karyawan di minta berkumpul di aula kantor, siang ini akan diadakan acara perpisahan dengan Bagas. Tidak sedikit karyawan menyayangkan keputusan Bagas yang mengundurkan diri, tidak sedikit juga yang memaklumi keputusan Bagas. Sebagai pemimpin Bagas dikenal sangat baik dan sangat memahami keinginan setiap karyawannya, menurut mereka, sikap Bagas itu belum tentu ada pada pemimpin yang baru. Hal itulah yang membuat mereka merasa kehilangan.
"Bu Tuti akan tetap menemani kamu disini." ucap Bagas menatap wajah wanita yang dicintainya.
Mereka baru saja selesai makan malam bersama seperti biasanya, tapi Bagas harus segera pulang ke kediaman keluarga besarnya.
"Terima kasih." jawab Alea. Dia memang membutuhkan teman seperti bu Tuti yang kehadirannya bisa mengantikan sosok ibu yang Alea rindukan.
"Jaga dirimu baik-baik." pesan Bagas, karena mulai besok mereka tidak bisa bertemu setiap hari seperti biasanya. Alea mengangguk.
Untuk pertama kalinya Bagas mengecup kening Alea, sebelum dia pamit pulang. Tidak dipungkiri ada perasaan berat yang dia rasakan karena harus berjauhan dengan Alea.
Bukan hanya Bagas, Alea pun merasakan hal yang sama. Beberapa bulan terakhir ini mereka banyak menghabiskan waktu bersama, terutama waktu sarapan pagi dan makan malam. Tentu saja Alea akan merasa kehilangan.
"Selamat bekerja ditempat yang baru." ucap Alea.
"Cepat menyusul." jawab Bagas yang menghadirkan senyum dari keduanya.
Itulah mengapa Alea menolak menggantikan posisi Bagas dan juga menolak dipindahkan ke kantor pusat. Alea di minta langsung oleh oma Sundari untuk membantu Bagas di perusahaan miliknya.
Pagi ini Alea kembali mengendarai mobil miliknya, mobil tua peninggalan sang ayah. Tiba di ruangannya, dia segera di minta Jaya untuk berkumpul di aula kantor.
"Alea, sini." panggil Reina agar Alea duduk di dekatnya.
"Mau perkenalan pimpinan baru ya Mbak?" tanya Alea setelah duduk disamping Reina.
"Hemm, sepertinya begitu." jawab Reina.
Seorang laki-laki yang asing bagi karyawan masuk kedalam aula didampingi seseorang yang selama ini menjadi asisten Bagas. Pria tampan itu langsung berdiri dihadapan semua karyawan lalu menyapa mereka yang hadir disana.
"Selamat pagi, Assalamualaikum. Senang bisa bertemu dengan bapak, ibu sekalian di kesempatan yang baik ini." ucapnya membuka pertemuan ini.
Sibuk dengan ponselnya, Alea tidak memperhatikan kedatangan pimpinan baru di kantornya. Begitu mendengar suara yang tidak asing baginya, barulah Alea memperhatikan siapa orang yang berbicara dihadapan karyawan saat ini, dia ingin meyakinkan jika suara itu adalah milik orang yang dia rindukan.
"Perkenalkan saya Riki yang akan memimpin di kantor ini menggantikan pak Bagas." ucap Riki memperkenalkan diri.
"Alea kamu baik-baik saja?" tanya Reina yang juga tidak percaya melihat siapa yang akan menjadi pemimpin mereka mengantikan Bagas.
"Lea baik-baik saja Mbak Rei." jawab Alea tanpa berpaling menatap Riki. Pria yang pernah hadir dalam hidupnya lalu menghilang begitu saja tanpa kabar tiga tahun yang lalu.
"Pak Bagas banyak memberikan masukan kepada saya tentang karyawan yang ada dikantor ini." lanjut Riki ucapannya. Matanya melihat satu persatu karyawan yang ada dihadapanya. Laki-laki itu tersenyum saat matanya menemukan sosok Alea yang juga tengah menatapnya. Mata mereka bertemu, mata yang sama-sama memancarkan kerinduan.
"Menurut beliau, karyawan yang ada di kantor ini semuanya sangat profesional dan bisa diandalkan." lanjut Riki setelah memutus pandangannya dengan Alea.
"Lea, caranya menatap dan tersenyum padamu tidak pernah berubah." bisik Reina.
Dalam hati Alea menyetujui apa yang Reina katakan, senyum itu Riki berikan hanya untuk Alea. Laki-laki yang beberapa minggu ini kembali hadir dalam pikirannya tiba-tiba hadir di hadapannya. Alea yakin, Bagas yang mengatur semua ini. Bagas tahu, begitu Alea merindukan kehadiran Riki ada disampingnya.
"Jadi mari kita bekerja sama dengan terus meningkatkan kinerja kita semua." ucap Riki mengakhiri pidatonya.
Satu persatu karyawan meninggalkan aula untuk kembali ke ruangan mereka masing-masing. Begitupun Alea, dia segera keluar dari tempat itu.
"Mau kemana Lea?" tanya Reina sambil mengejar Alea yang berjalan cepat. Bukan menuju ruangannya, Alea menuju ruangan pimpinan yang biasa ditempati Bagas.
"Lea akan menunggunya didalam." jawab Alea.
"Kamu yakin ingin bicara dengan Riki?" tanya Reina lagi. Alea mengangguk.
Entah kemana Riki perginya setelah pertemuan di aula, sudah hampir tiga puluh menit Alea menunggu, laki-laki itu belum menampakkan dirinya. Alea berdiri hendak meninggalkan ruangan itu, tapi langkahnya terhenti saat seseorang menyapanya.
"Apa kabar Lea?" sapa Riki.
Bukan menjawab sapaan Riki, Alea berlari masuk kedalam pelukan orang yang dia rindukan itu. Riki menyambut Alea dengan senang hati, bukan hanya Alea, diapun merindukan sosok yang selalu membuatnya bahagia dan kuat.
Tidak dapat menahan diri untuk tidak menangis, Alea menumpahkan rasa rindu yang bertahun-tahun lamanya ia rasakan. Air mata Alea mengalir deras dalam pelukan Riki yang hanya bisa membalas dengan memeluknya erat.
"Maafkan Kakak, Lea." ucap Riki begitu Alea sudah cukup tenang.
"Ayah yang meminta kakak pergi bukan?"
"Maksud ayahmu baik, Lea." jawab Riki.
"Ayah kita." sahut Alea.
"Lea."
"Lea sudah tahu semuanya."
"Dari ayah?" tanya Riki.
Alea menggeleng, "Ayah belum sempat menjelaskan apapun pada Lea." jawabnya.
"Lalu?"
Alea memberitahu Riki dari mana dia tahu tentang Riki yang ternyata adalah kakak kandungnya. Selama ini kebenaran ini dirahasiakan sang ayah darinya, yang mengatakan jika Riki adalah anak angkat ayahnya.
Kotak yang Alea temukan dilemari, yang ada dikamar sang ayah, berisi semua dokumen penting keluarga mereka. Dari dokumen-dokumen itulah yang membuat Alea mengetahui banyak hal, salah satunya adalah tentang Riki yang terpaksa diminta pergi oleh sang ayah untuk menjauh dari Alea.
"Kenapa kaka tidak hadir waktu pemahkaman ayah?" tanya Alea.
"Kakak hadir, kamu terlalu sedih sehingga tidak memperhatikan kehadiran kakak. Apa Radit tidak memberi tahumu?" jawab dan tanya Riki.
"Jadi dimana kakak selama ini? Apa yang kakak lakukan?" tanya Alea beruntun.
"Kamu tidak pernah berubah jika ingin tahu sesuatu." jawab Riki sambil mengusap sisa-sisa air mata Alea.
"Banyak hal yang harus kakak selesaikan, Lea." jawabnya.
"Termasuk menerima tawaran jadi pemimpin disini?" tanya Alea lagi.
"Kamu pasti tahu mengapa kakak bisa ada disini."
"Bagas." ucap Alea menyebut nama tunangannya.
"Dia butuh orang yang bisa menjaga kamu. Siapa lagi yang bisa dia percaya selain kakak." jawab Riki membenarkan ucapan Alea yang menyangkakan Bagas yang mengatur semua ini.
"Hanya karena itu kakak kembali? Atau ada hal lain?"
"Tentu saja ada hal lain." jawab Riki lagi.
"Kamu butuh kakak untuk menjadi wali nikahmu, bukan?"
Alea tersenyum, dia langsung memberi tahu Bagas begitu tahu dia memiliki seorang kakak. Alea ingin kakaknya yang menjadi wali nikahnya, bukan sang paman yang mengajukan syarat pada Bagas untuk bisa menikahkan mereka.
...💔💔💔...
...Setelah Suamiku Berselingkuh, Aku Menjadi Kaya...