Mencintai atau dicintai?
Tapi kenyataannya memang tidak seindah dalam khayalan.
Antara mementingkan perasaan atau ego yang didahulukan.
Tapi cinta memang tidak pernah salah. Karena cinta bisa hadir di hati siapapun , kapanpun , dan di manapun.
Entah itu di sengaja atau tidak disengaja , cinta akan bersemi walaupun terpaksa.
Tapi , bagaimana dengan cinta yang terpendam?
Ego yang tinggi itu apakah bisa terhempas oleh kekuatan cinta?
Let's go , follow my story...
Dan kamu akan tau , betapa rumitnya kisahku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ErvhySuci, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps 005
Waktu sudah menunjukkan pukul 14.15 wib , Aera tak menyadari bahwa ternyata sudah selama itu ia berada di taman. Ia juga sempat bertemu dengan pak Darma tadi untuk berbincang-bincang dan beliau menceritakan tentang banyak hal.
Aera Masuk kembali kedalam rumah dan mengedarkan pandangannya ke sekeliling untuk mencari bosnya itu apakah sudah bangun atau belum. Dan ternyata masih belum ia lihat dimana sang bos.
"Kok belum turun juga sih pak Derry , katanya tadi cuma sebentar aja. Udah dua jam lebih dia di kamarnya." ucap Aera dengan kesal karena lelah menunggu.
Gadis itu menghabiskan minumannya sambil berfikir. Apakah ia akan membangunkannya atau tetap membiarkannya bangun dengan sendirinya. Namun , akan sampai kapan nanti?
"Ah gak mau lah gue bangunin dia. Tapi , gue capek kali nungguin dia tidur. Udah jam segini pula , nanti sampai rumah mau jam berapa coba? Pasti malem kan! Gue bangunin aja kali ya , gue coba ketuk dulu pintunya siapa tau dia udah bangun." ucap Aera yang kemudian lekas berdiri dan berjalan menuju tangga untuk naik keatas.
Berjejer lima kamar di lantai dua , dan ia ingat betul dimana bosnya istirahat. Di kamar nomor dua , karena kamar itu terletak di depan tangga.
Tok...Tok...Tok... bunyi pintu yang diketuk.
"Pak , bapak udah bangun apa belum?" ucap Aera bertanya.
Aera menunggu sesaat kira-kira sepuluh detik. Namun ternyata tidak ada sahutan dari dalam kamar itu. Ia pun mengetuk ulang pintu itu dengan ketukan lebih keras. Namun tetap saja didalam tampak sunyi sekali.
Dengan ragu-ragu , tangannya terulur ke daun pintu. Ia memutarnya dan pintu pun sedikit demi sedikit terbuka. Aera tampak menghela nafas panjang. Ia melihat lelaki itu masih terbaring dengan nyaman.
"Aduh pak , gimana sih! Pak , saya izin masuk ya." ucap Aera yang memberanikan diri masuk kedalam kamar.
Aera memandang wajah tampan bosnya yang sedang tidur teramat tenang itu. Ia berhenti di samping ranjang yang lebar itu. Ia mematung sejenak. Entahlah , rasanya seperti ada getaran di dadanya.
"Pak Derry , bangun pak." ucap gadis itu sembari mengulurkan tangannya dan menepuk pelan pundak Derry tiga kali.
"Pak , ayo bangun." ucap Aera lagi karena lelaki itu belum membuka matanya. Kali ini ia mengguncang pelan bahunya seperti anak kecil yang sedang merengek.
"Hemm... Apa sih?" ucap lelaki itu yang akhirnya membuka matanya perlahan. Pandangannya kemudian menangkap gadis cantik yang berdiri di samping ranjangnya.
"Maaf pak , saya harus bangunin bapak." ucap Aera dengan tersenyum setenang mungkin karena jujur saja ia takut jika bosnya akan marah.
"Jam berapa emang ?" ucap Derry sambil mendudukkan tubuhnya lalu mengusap wajahnya kasar.
"Sudah hampir setengah tiga pak." ucap Aera.
"Apa? Beneran ? Saya tidur selama itu , maafkan saya ya. Saya bener-bener nggak sadar tadi. Trus kamu dari tadi ngapain , kenapa nggak bangunin saya dari tadi?" ucap Derry yang wajahnya tampak langsung segar kembali.
"Ya maaf pak saya nggak berani dong bangunin bapak. Saya dari tadi di taman aja pak. Dan sempat ngobrol sama pak Darma juga." ucap Aera yang merasa lebih tenang sekarang.
Derry menarik nafasnya agak panjang.
"Oh ya. Memangnya kenapa gak berani? Saya tidak akan memangsamu." ucap Derry yang kemudian berdiri. Tanpa aba-aba , tangan lelaki yang panjang itu terulur ke belakang kepala Aera.
Tidak disangka-sangka , ternyata lelaki itu melepaskan jedai yang terpasang sedari tadi.
"Astaga , bapak mau ngapain?" ucapan Aera terdengar begitu kaget dan setengah panik yang kemudian memundurkan tubuhnya. Ia tidak berani menatap bosnya itu.
"Jangan dijedai. Saya nggak suka." ucap Derry dengan menatap Aera dan sedikit menekan kata-katanya.
Saling beradu pandang membuat Aera merasa kalah. Ya , hatinya yang kalah. Ia takut perasaan yang ia tekan itu kali ini akan lebih besar.
"Eemm , ya baiklah. Saya tidak akan mengulanginya lagi." ucap Aera dengan tersenyum setenang mungkin.
"Bagus. Berpenampilanlah seperti biasanya saat di kantor. Itu akan jauh lebih menarik." ucap Derry dengan tersenyum namun sulit untuk diartikan.
"Pak , jangan gitu kata-katanya. Itu kedengarannya sangat menakutkan ditelinga saya." ucap Aera yang kemudian mengalihkan pandangannya.
"Ini , ambil." ucap Derry menyerahkan jedai milik Aera.
Aera pun mengambilnya dan menyimpannya. Ingin sekali ia menghilang dari hadapan lelaki itu saat itu juga.
"Saya turun duluan ya pak." ucap Aera yang kemudian berlalu dari hadapan lelaki yang masih menatapnya itu.
Dapat Aera dengar , lelaki itu juga sepertinya mengikuti dari belakang. Sampai di pintu kamar , Aera pun tiba-tiba menengok kebelakang.
"Eh! Aduh maaf pak , maaf banget. Saya nggak sengaja." ucap Aera yang kini tampak salah tingkah seratus persen dan langsung menutup matanya.
Jelas saja , ia tiba-tiba menengok kebelakang itu justru malah tertabrak oleh Derry yang ternyata benar saja sedang berjalan di belakangnya tepat. Sontak saja tubuh gadis itu tertabrak dan membentur dada bidang Derry.
"Kamu kenapa ? Mau balik kedalam lagi ? Mau ngapain? " ucapan Derry yang justru tampak begitu santai itu membuat Aera semakin parno saja. Otaknya blank seketika oleh tatapan mata bosnya.
"Pak please deh , jangan mikir macam-macam. Saya cuma mau memastikan aja bapak itu ikut turun atau enggak." ucap Aera yang terdengar tampak kesal sekali.
"Loh kenapa kamu marah ? Saya cuma sekedar tanya baik-baik kan. Emang kamu pikir saya mikirin apa? " ucap Derry sembari tersenyum yang berhasil membuat Aera semakin kesal saja dengan perasaannya saat ini.
"Ah sudahlah." ucap Aera yang kemudian berlalu dengan cepat.
"Hati-hati turun tangga yang benar. Nanti jatuh." ucapan Derry membuat Aera kembali mengingat bahwa didepan pintu itu adalah tangga menurun.
Sesampainya di bawah , Aera duduk di sofa dan membereskan makanan yang masih tersisa.
Derry pun menyusul Aera dan duduk diseberang.
"Kita pulang sekarang aja." ucap Derry memerintah.
"Iya pak." ucap Aera dengan mengangguk mengerti.
Tiba-tiba saja ponsel Aera bernyanyi lagi dan menampilkan bahwa sahabatnya tengah menghubunginya.
"Iya Vio , ada apa ?" sapa Aera.
"Ra , Lo udah mau pulang belum ? Udah sampai mana ?" tanya Viona.
"Gue masih di Bogor nih , gimana emang?" ucap Aera.
"Ya ampun gue pikir udah mau sampai. Ya udah deh kalo gitu, gue ada acara ya Ra. Gue mau jalan dulu sama Arya hehehe..." ucap Viona yang terdengar terkekeh.
"Ah udah ketebak sih , pasti ada sesuatu. Kalian pacaran aja deh , udah yakin gue tuh kalo Arya tuh suka sama Lo. Lo aja yang nggak peka Vio." ucapan Aera membuat Derry memandangnya.
Aera tampak menyadarinya , lalu ia pun tersenyum sesaat.
"Lo ngomong apa Aera , jangan ngada-ngada ya. Kita itu teman baik. Lo jangan bikin gue berharap." ucap Viona.
"Yehh nggak percaya banget Lo sama gue , gue bakal lihat kedepannya bakal terjadi apa diantara kalian." ucap Aera.
"Terjadi apa emang ? Udah ah , gue mau siap-siap dulu deh. Oh iya , Lo tuh ngapain aja kok belum pulang ?" ucap Viona terdengar lantang sekali di telinga Aera.
"Apa sih , gue di villanya pak bos." ucap Aera sambil melirik bosnya. Ternyata sedang sibuk dengan ponselnya.
"Apa ! Wah bahaya nih , Lo nggak di apa-apain kan Ra , Lo baik-baik aja kan ?" ucap Viona yang membuat Aera geli mendengarnya.
"Lo mikir apa Viona! Gue baik-baik aja. Gue nggak ngapa-ngapain tauk. Udah deh lo mending buruan siap-siap deh. Gue juga lagi beres-beres mau pulang." ucap Aera.
"Kayaknya gue juga menerawang sesuatu di antara kalian deh hahaha tapi ntar aja di rumah. Gue bakal nungguin cerita dari Lo Ra. Sampai ketemu nanti di rumah. See youu sayang..." ucapan Viona lalu memutuskan sambungan teleponnya. Ucapan Viona membuat Aera mengerutkan keningnya. Ada-ada saja sahabatnya itu.
"Kalian udah lama tinggal barengan gitu?" ucap Derry .
"Ya udahlah pak. Mungkin dua tahun lebih ada , soalnya saya tinggal disana sejak awal saya datang ke Jakarta. Sejak saya selesai kuliah." Ucap Aera yang tampak mengingat.
"Oh gitu." ucap Derry.
"Sudah pak , mari kita berangkat." ucap Aera.
"Ayo." ucap Derry yang kemudian berdiri.
Derry dan Aera berangkat kembali kekota. Kembali ke tempat dimana mereka menghabiskan waktunya masing-masing untuk bekerjasama.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
...Next......