Warning bijak membaca!!!
Rangga adalah seorang pemuda yang gemar membuat syair, hingga pada suatu malam dia bermimpi dikejar oleh seseorang kakek misterius yang mengaku sebagai titisan pendekar syair berdarah, sejak itu semua syair yang tercantum menjadi sebuah mantra sakti. dilarang keras untuk mempelajari atau menghafalkan syair yang ada di novel ini, karena semua hanya imaginasi author saja
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hafit oye, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Wilona Yang Cantik
" Jika tidak ada lagi hal lagi, kalau begitu saya pamit pah. " Rangga kemudian berujar untuk berpamitan kepada Ferdinand. untuk menyebut seorang Ferdinand dengan sebutan papah, menurutnya tidaklah terlalu sulit.
" Aku rasa cukup Rangga, sekarang kamu sudah bisa meninggalkan ruanganku, aku berharap kamu bisa melindungi anak kesayanganku, karena sekarang aku percaya sama kamu. Kamu mampu melindungi anak kesayangan ku. " Setelah ada ucapan seperti itu dari Ferdinand, Rangga hanya tersenyum, lalu melangkah menuju kearah pintu.
" Aku jalan ya pah, daahh.. " Wilona pun mengikuti Rangga berjalan keluar ruangan papahnya. melambaikan tangannya
" Dah, sayang... " Ferdinand membalas lambaian tangan putrinya itu, hingga mereka menghilang dibalik pintu, dia pun baru duduk kembali, hatinya cukup puas dengan melihat kehebatan Rangga. dia akan bisa melindungi putrinya itu. Sepertinya anak itu bisa diandalkan untuk mencari keberadaan istriku, ucapannya dalam hati seraya mengulum senyum.
" Tadi kamu minta apa? " Tanya Rangga. kini mereka sudah berada didepan lift. Sejenak Wilona terlihat seperti sedang mengingat ingat sesuatu yang diucapkannya tadi, tak lama kemudian dia pun ingat akan permintaannya pada Rangga tadi sewaktu masih berada diruangan papahnya.
" ohhh, aku minta dibuatkan syair. Menurutku syair kamu bagus. " Ucapnya
" Syairku itu berbahaya, apa kamu yakin meminta hal itu? " Ucap Rangga.
" Bukan syair yang mematikan seperti tadi, tapi syair yang bisa membuat aku melambung tinggi. " Ucap Wilona seraya memutar tangannya keatas lalu menurunkannya lagi, seperti membentuk sebuah lingkaran.
" Kamu yakin? walau itu membuat kamu tersiksa? "
" Tersiksa bagaimana? syair dan puisi itu indah tahu, aku suka kalau ada laki laki yang mengirim aku sebuah puisi. " Ucap wilona, langkahnya sudah memasuki area lobby, walau tak lagi menggandeng lengan Rangga keduanya masih terlihat mesra, semua yang melihat hanya diam menunduk, karena mereka selain sangat menghormati Wilona, selepas 10 orang tadi turun mereka menceritakan siapa sebenarnya Rangga, yang punya kekuatan diluar nalar, jadi semua menunduk dengan rasa takut.
" Baiklah kalau kamu menginginkan aku membuat sebuah syair untukmu, nanti aku tuliskan untukmu. Kalau belum sempat nanti aku ucapkan saja langsung padamu. " Ucap Rangga, ide konyol Rangga terlintas dipikirannya. hingga sedikit menyunggingkan senyumnya.
" Jadi...sesuai perjanjian, kamu harus menemani kemana pun aku mau. " Ucap Wilona.
" Tidak harus hari ini juga kan? aku harus pulang dulu Wilona, pasti mamahku sangat khawatir. "
" Ternyata kamu anak mamah? hahahaha.. " Wilona tertawa lebar, satu tangannya menutupi mulutnya yang sedang tertawa lebar itu.
" iyaa, bagaimana lagi, mamahku memang begitu. " Seperti dirinya salah berucap ke Wilona, Rangga terlihat menggaruk kepalanya.
" Tapi tidak apa apa lagi, berarti mamah kamu itu sayang, iya tidak beda jauh dengan papah ku, dia selalu mengkhawatirkan aku, kemana mana harus selalu dikawal, semenjak mamah aku hilang, sampai sekarang belum ketahuan dimana keberadaannya. " Wilona dengan spontan menceritakan tentang mamahnya yang hilang itu.
" Hilang! " Terdengar nada ucapan Rangga sedikit terkejut.
" iya mungkin itu ulah pesaingnya papah. Tapi belum ketahuan siapa pelakunya. " Ujar wilona seraya menggerak gerakan mulutnya.
" Mudah mudahan cepat diketemukan mamah kamu, aku turut prihatin. " Ucap Rangga, dipikirannya ada terlintas ingin membantu menemukan ibunya Wilona.
" Terus jadinya kamu mau pulang? " Ujar Wilona memasang muka sedih.
" Aku harus pulang Wilona, besok aku akan menemui mu lagi, sesuai perjanjian aku akan menjadi body guard kamu. Mengawal kemana pun kamu mau. " ucap Rangga menatap wajah Wilona seraya memegang dua bahunya.
" Kamu nggak mau mengajak aku kerumah kamu, aku mau kenal sama mamah kamu. Boleh ya? " Wilona terus memasang muka sedihnya, berharap Rangga memenuhi keinginannya.
Rangga terlihat menegakan badannya, melihat kearah langit langit, seperti sedang memikirkan sesuatu, sebelum akhirnya dia berkata pada Wilona,
" Baiklah kalau begitu, aku akan mengajakmu kerumahku, tapi tolong untuk soal kecelakaan tadi, kamu jangan menceritakan ke mamahku, aku tidak mau melihatnya khawatir. "
" Ya! aku janji. " Wilona mengancungkan jari kelingkingnya tanda berjanji sama Rangga. Lalu Rangga menempelkan jari kelingkingnya pada kelingking Wilona, kedua kelingking itu saling mengait, setelah akhirnya satu sama lain melepaskannya.
Setelah Wilona menelepon supir untuk menjemputnya dilobby, hanya membutuhkan waktu kurang lebih satu menit, mobil berjenis sedan dengan merk Aston Martin dengan seri Rapide S meluncur sedikit cepat kearah lobby dan berhenti tepat didepan Wilona dan Rangga.
" Kamu bisa menyetir mobil kan? " bisik Wilona sedikit menjinjitkan kakinya karena Rangga lebih tinggi darinya, Rangga hanya mengangguk pelan. kemudian wilona menghampiri sang sopir yang sudah siap membukakan pintu itu.
" Pak! mobil biar saya yang bawa, bapak boleh kembali ketempat ya. " Ujar Wilona menunduk diantara kaca mobil yang sudah terbuka.
" Baik non. "Ujar Sang supir seraya menyerahkan kunci, setelah kunci diterima, Wilona pun memberikannya kepada Rangga, terlihat Rangga menarik nafasnya dan menghembuskannya dengan cepat. tentunya bagi Rangga baru pertama kali mengendari mobil semewah itu, tapi walau seperti itu, Rangga berusaha bersikap untuk tetap terlihat elegan. mudah mudah aku bukan termasuk cowok matre Tuhan!! aku mulai mencintainya! Teriak Rangga dalam batinnya,
Kemudian mobil melaju perlahan meninggalkan lobby gedung FF sigaret, setelah dijalar raya mobil pun langsung melesat dengan cukup kencang.
•••
Sebuah mobil mewah memasuki pekarangan rumah dua lantai, melihat ada mobil mewah masuki pekarangan rumahnya, Shopia yang tengah berada didalam rumah, dimana dia sedang menanti cemas anaknya yang belum kunjung pulang, dengan cepat dia pun keluar untuk melihat mobil siapa yang memasuki pekarangan rumahnya, begitu melihat Rangga dan satu orang gadis turun dari mobil, langsung memburu Rangga dan memeluknya.
" Kamu kok baru pulang? ini bawa mobil siapa Rangga? terus motor kamu dimana? Terus jaket sama celana kamu mana? " Shopia lalu memberondong dengan banyak pertanyaan, terlihat wajahnya yang memang sangat mencemaskan Rangga, terlihat Wilona menyembunyikan senyum gelinya melihat adegan didepannya itu, seorang laki laki bertubuh kekar sedang dielus elus bagai kucing.
" Mamah tenang dulu ya, ini mobil Wilona, nah itu orangnya. " Ucap Rangga menjelaskan seraya menunjuk kearah Wilona.
" Sore tante. " Sapa Wilona dengan tersenyum saat Shopia sudah menoleh padanya.
" Sore, cantik sekali...nama kamu siapa sayang? " Shopia kemudian menghampiri Wilona, dengan pandangan tak berkedip mengarah kearah Wilona.
" Iya, makasih tante, tante juga masih terlihat cantik kok. " ujar Wilona tersipu.
" Ya sudah ayo masuk, kebetulan tante sudah masak, pastinya kamu belum makan kan? " Ucap shopia seraya menggandeng tangan Wilona untuk masuk kedalam rumah, Rangga terlihat memutar bola matanya, seraya mengikuti langkah mereka dari belakang. Shopia melupakan tentang satu hal, kalau Rangga belum menjawab pertanyaannya, karena langsung terkagum oleh kecantikan Wilona.
" Kamu siapanya Rangga, Kenapa tidak jadi pacar Rangga saja, sebulan kemarin dia baru putus loh sama pacarnya, dia selingkuh. " Ucap Shopia pada Wilona, ucapan itu terdengar oleh Rangga yang berjalan dibelakang mereka, sepertinya Shopia tertarik dengan Wilona, selain cantik dia seorang gadis yang sopan.
" Mamah! " Rangga meneriaki pelan mamahnya yang terdengar ceplas ceplos itu. mungkin Shopia berpikir jika mereka sudah lama kenal.
Terlihat Wilona hanya tersenyum geli menoleh kearah Rangga.
Rangga pun menurunkan kedua bahunya. Mamah selalu saja membuat aku malu, ucap Rangga dalam hati.