Dinda harus menulikan telinga ketika ia selalu disebut sebagai perawan tua karena di usia yang sudah menginjak 36 tahun tak kunjung menikah bahkan tidak ada tanda-tanda dia punya pacar hingga membuat spekulasi liar bahwa dia adalah seorang penyuka sesama jenis! Dinda geram dengan ocehan orang-orang tak tahu menahu soal hidupnya hingga akhirnya semesta memertemukan dia dengan Alexander Dunn, seorang brondong berusia 25 tahun dari Skotlandia yang kebetulan saat itu menginap di hotel yang sama dengannya. Apa yang akan terjadi pada hidup Dinda selanjutnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Serena Muna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pelukan Dari Bunda
Alex dan Dinda terbangun ketika Melvin memarkirkan mobilnya di rumah. Alex dan Dinda mengucek mata mereka dan berusaha mengenali di mana mereka saat ini.
"Ini di mana?" tanya Dinda.
"Rumah," jawab Herlin yang akan membuka pintu mobil.
"Bunda? Kok ada Bunda?" ujar Dinda kaget.
Herlin menggelengkan kepalanya sambil tersenyum sekilas, ia kemudian turun dari dalam mobil dan berjalan membukakan pintu rumah sementara Alex dan Dinda ikut turun dari dalam mobil membantu Melvin menutup pintu pagar dan membawakan koper yang ada di bagasi.
"Koper kalian berat banget," keluh Melvin.
"Iyalah orang bawaannya jadi banyak," ujar Dinda.
"Aku dapet apa?" ujar Melvin tak sabar mendapati hadiah dari kakaknya.
Dinda dengan entengnya memberikan gantungan kunci pada Melvin dan Melvin menerima dengan tak percaya gantungan kunci tersebut.
"Itu hadiah kamu."
"Apa?! Gantungan kunci doang?!" seru Melvin tak terima.
"Apa sih Vin? Kenapa teriak-teriak?" tanya Herlin heran.
"Bunda, masa aku dikasih gantungan kunci doang sama Kakak?!" adu Melvin.
"Kalau dikasih orang itu kamu harusnya bersyukur Vin," ujar Herlin yang membuat Melvin kesal namun tak mengatakan apa pun.
Alex menggelengkan kepalanya melihat kelakuan Dinda dan Melvin yang kini seperti anak kecil tak mencerminkan usianya yang sudah menginjak kepala 3. Alex membuka koper miliknya dan memberikan beberapa kemeja dan celana panjang untuk Melvin.
"Ini untuk kamu," ujar Alex.
"Ah? Bukannya ini punya kamu,?" tanya Melvin.
"Bukan, ini pemberian papaku. Aku belum sempat memakainya. Kamu bisa ambil kalau mau," jawab Alex.
"Kamu serius?" tanya Melvin masih ragu.
"Kalau nggak mau ya sudah."
"Siapa bilang gak mau? Maulah."
Melvin dengan senang menerima pakaian itu dari tangan Alex, tak lupa ia berterima kasih pada kakak ipar yang usianya 5 tahun lebih muda darinya. Melvin langsung naik ke kamarnya yang ada di lantai atas untuk mencoba pakaian barunya.
"Ini untuk Bunda," ujar Dinda memberikan beberapa pakaian dari dalam kopernya untuk diberikan pada sang bunda.
****
Dinda dan Alex bergabung saat makan malam berlangsung, saat ini mereka masih menyesuaikan jam tidur mereka di Indonesia setelah sebelumnya ada perbedaan waktu hampir 7 jam.
"Jadi bagaimana bertemu dengan mertuanya? Sukses?" tanya Herlin penasaran.
"Iya Bunda."
"Syukurlah kalau begitu, mertua kamu baik nggak?"
"Baik kok Bunda dan ...."
"Dan apa?" tanya Melvin penasaran.
Dinda melirik Alex sebentar yang mana saat ini Alex juga tengah menatapnya namun kemudian Dinda melanjutkan kalimatnya yang tadi sempat dijeda.
"Ternyata suamiku ini anak orang kaya, Bunda. Rumahnya orang tua Alex itu mansion luas banget bangunannya klasik khas abad pertengahan di dalamnya itu banyak barang-barang antik pokoknya cantik banget."
"No pict, hoax," ujar Melvin.
Dinda pun memperlihatkan beberapa foto yang ia sengaja ambil diam-diam lewat kamera ponselnya di mansion keluarga Dunn dan Herlin serta Melvin tercengang bahwa Dinda ternyata tak bohong.
"Bener Lex apa yang kakakku katakan kalau sebenarnya kamu ini anak orang kaya?" tanya Melvin penasaran.
"Papaku yang kaya bukan aku," jawab Alex dengan nada tidak terlalu suka.
Dinda bisa paham suasana hati Alex kalau sudah disinggung mengenai keluarganya. Dinda baru ingin mengalihkan topik pembicaraan namun Alex langsung mencegahnya dan mengatakan pada Dinda bahwa ia akan mengatakan semuanya pada mertua dan adik iparnya.
****
Herlin dan Melvin nampak tercengang mendengar cerita Alex barusan. Sama sekali tak ada yang Alex coba tutupi dari ibu mertua dan juga adik iparnya.
"Aku minta maaf karena gak jujur sama kalian sejak awal namun Dinda juga baru tahu semuanya setelah kami tiba di sana."
"Apa yang Alex katakan benar, dia sama sekali tak mengatakan apa pun dan bikin aku terkejut ketika tiba di mansion mewah papanya."
Herlin dan Melvin tak mengatakan apa pun dan hal itu membuat Alex gelisah, mungkin saja sang ibu mertua jadi tak bersimpati padanya karena ia lahir dari rahim seorang wanita yang menjadi istri siri papanya.
"Alex."
Alex yang merasa namanya dipanggil oleh Herlin sontak mengangkat kepalanya dan menatap sang ibu mertua yang sedang tersenyum hangat padanya.
"Kalau kamu memang butuh figur seorang ibu yang tidak kamu temukan setelah mendiang mamamu wafat kan ada Bunda. Bunda ini juga ibu kamu, jadi jangan sungkan untuk datang dan berkeluh kesah dan kalau kamu butuh pelukan maka datang saja pada Bunda. Bunda akan memeluk kamu."
Alex tak bisa menahan air matanya untuk tidak tumpah, Alex kemudian menghampiri Herlin dan memeluk ibu mertuanya dan saat pelukan itu, ia merasa seperti sang mama yang tengah memeluknya. Ada perasaan tenang dan damai dalam pelukan itu, sesuatu yang sudah lama tidak Alex temukan.
****
Dinda masih belum masuk kantor karena ia masih punya stok cuti beberapa hari lagi dan saat ini pun dia masih ada di rumah bundanya belum kembali ke apartemen. Dinda tengah membantu memasak di dapur bersama Herlin bukan atas dasar paksaan melainkan karena inisiatifnya sendiri.
"Alex selalu menyiapkan sarapan untukku dan rasanya selalu lezat, aku jadi malu sama diriku yang perempuan tapi gak bisa masak selezat dia," ujar Dinda pada sang bunda.
"Memang selama ini dia menuntut kamu untuk bisa masak?"
"Nggak Bunda, dia sama sekali nggak nuntut aku jadi istri yang sempurna, dia malah suka lihat aku yang apa adanya sesuatu yang nggak pernah aku temui sebelumnya pada orang dari masa lalu aku atau mungkin dulu aku terlalu ingin terlihat bagus di matanya sampai-sampai rela melakukan apa yang sebenarnya tidak aku mau dan aku bisa hanya untuk membuatnya kagum? Aku nggak tahu," curhat Dinda panjang lebar.
"Kamu masih cinta sama mantan kamu?"
"Nggaklah, buat aku dia hanya masa lalu."
Herlin nampak tersenyum mendengar jawaban Dinda yang lugas, ia yakin bahwa Dinda pasti bisa menjaga diri dan hati untuk setia dalam mengarungi rumah tangganya bersama Alex.
****
Selesai acara sarapan pagi, Alex sudah membantu di dapur mencuci piring dan gelas kotor sementara Melvin sudah pergi bekerja. Dinda dan Herlin sebenarnya sudah melarang Alex melakukan itu hanya saja pria itu mengatakan bahwa ia ingin membuat sesuatu yang berguna hingga pada akhirnya Dinda dan Herlin tak bisa melarangnya.
"Kamu beruntung dapet Alex, masih muda, tampan, tapi dia bisa membantu kamu mengurus urusan rumah tangga walau katanya dia anak orang kaya."
"Dia kan memang udah hidup mandiri dari kecil Bund, nggak heran dia bisa melakukan semuanya sendiri."
Bel pintu rumah Herlin berbunyi dan gegas saja Dinda menuju pintu itu untuk membukakan pintu. Ketika pintu dibuka oleh Dinda, wanita itu nampak terkejut dengan tamu yang berdiri di depan pintu ini bahkan ia sampai nyaris jatuh andai kata tidak berpegangan.
"Dinda kamu baik-baik saja?"
bungkam tuh mulut bude Duri /Joyful/