5 anggota geng pembuli baru saja lulus SMP dan kini mereka berulah lagi di SMK!
Novel ini merupakan serial pertama dari "5th Avenue Brotherhood". 5th Avenue Brotherhood atau yang sering dikenal dengan FAB adalah geng motor yang terdiri dari 5 orang remaja dengan latar belakang yang berbeda-beda.
Jesika. Seorang gadis yang merupakan anak kandung dari kepala sekolah dan adik dari pendiri FAB itu sendiri. Sayangnya, Jesika tidak suka berteman sehingga tidak ada yang mengetahui latar belakang gadis ini, sampai-sampai para member FAB menjadikannya target bulian di sekolah.
Gimana keseruan ceritanya? Silakan baca sampai bab terakhir 🙆🏻♀️ Yang setuju buat bikin sekuel atau lanjut vote di grup chat author ya 🙏 masih berlaku untuk hadiah saldo Dana untuk gift terbanyak bulanan. bisa gift lewat iklan juga ya 🥰 maksimal 10 iklan/hari = 100 dukungan. Hadiah akan diberikan pada dukungan terbanyak dalam setiap bulan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BellaBiyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
5. Lo Kenapa?
"Iyalah! Gila aja gue bawain tas lo semua. Segitu resenya sama gue! Cuma Toleh yang nggak gangguin gue!" oceh Jesika pelan sembari berlari ke parkiran.
Sesampainya Jesika di parkiran, ia menaruh tas Toleh di motor yang tepat. Hal itu membuat Haris sedikit heran.
"Kok lo bisa tau yang mana motornya Toleh? Kan motor kita berlima sama," ucapnya.
"Gue bisa bedain. Motor Toleh plat nomernya 2506," jawab Jesika dengan pasti.
"Lo hapal?" tanya Toleh mengambil alih tasnya dari genggaman Jesika.
"Gue nggak hapal, cuma inget aja. Soalnya 2506 itu tanggal lahir gue. Tanggal 25 bulan Juni," jawab Jesika sambil menatap pria si empunya motor.
Mata mereka bertemu. Terlihat jelas mata Toleh membesar begitu mendengar penjelasan Jesika. 2506. Itu adalah tanggal lahir pujaan hatinya yang meninggal dunia. Kenapa bisa sama dengan tanggal lahir Jesika?
"Kenapa?" tanya Jesika membuat lamunan Toleh membuyar.
Toleh sedikit mendorong gadis itu untuk menjauh dari motornya dan melaju jauh terlebih dahulu.
"2506 itu tanggal lahir mantannya Toleh," ucap Zaki.
"Ya mana gue tau. Tanggal lahir gue juga 2506. Emangnya cuma mantan dia yang hidup di bumi pas tanggal itu?" balas Jesika.
"Mantannya meninggal kecelakaan bareng dia," ucap Angga sambil mengenakan helmet di kepala.
"Biasa aja kagetnya! Muka lo jadi imut kalo kayak gitu!" omel Wandra.
"Apaan sih lo!" balas Jesika.
"Gue suka cewek imut. Jadi lo jangan imut!" tegas Wandra.
"Ya serah lo! Bukan urusan gue!" Jesika menggeber motor maticnya sebagai ejekan untuk para anggota FAB. "Senggol dong!" ucapnya sambil tertawa dan melaju kencang meninggalkan parkiran sekolah.
Wandra malah tertawa bersama Angga dan Zaki. "Beat Mber! Ha ha!" ejek mereka.
Mulai sejak saat itu, Wandra sering menggoda Jesika meski dibalut dengan candaan.
***
"Ya kenapa harus gue? Kan temen lo banyak!" omel Jesika pada ponselnya di malam itu.
"Temen gue tolol semua," jawab seorang pria dari balik layar 6 inci yang Jesika genggam.
"Iishhh! Gue juga tolol, Wan!" teriak Jesika kesal.
"Tapi lo Mbels kita!" ancam Wandra.
Jesika terdiam. Dia belum mendapat informasi lebih lengkap dan belum mendapati prilaku yang berlebihan dari anggota FAB. Itu sebabnya tidak mudah untuk melaporkan kasus pembulian kepada sang ayah selaku kepala sekolah.
"Pokoknya gue tunggu besok pagi tugas Bahasa Inggris harus kelar!" ucap Wandra mengakhiri panggilan tersebut.
"Halo! Wan! Wandra! Anjir!" teriak Jesika kesal. "Oke! Main-main lo sama gue? Gue buat lo nyesel nyuruh gue bikin tugas! Lo kira gue bayar sekolah cuma buat ngerjain tugas orang?!"
Jesika begadang semalaman demi menyelesaikan tugas pribadinya. Sementara tugas milik Wandra diisi dengan ......
(#-#+#;$(2!
***
"Nih!" Jesika menghempas sebuah buku di hadapan Wandra.
Pria itu membukanya dan melihat tugas yang telah dikerjakan oleh Jesika. Ia tersenyum sebentar sembari menggeleng-gelengkan kepala. Tanpa peduli, ia menaruh buku itu ke dalam tas.
"Buku apaan tuh?" tanya Zaki.
"Wandra nyuruh gue ngerjain tugas Bahasa Inggris," jawab Jesika duduk di tempatnya.
"Kenapa lo bilang gitu? Ntar yang lain juga pada ikutan nyuruh lo bikin tugas!" bisik Cia.
"Tenang," balas Jesika mengedipkan sebelah mata.
Pelajaran Bahasa Inggris di mulai dan 45 menit dihabiskan mereka untuk mengerjakan tugas baru sementara guru menilai hasil tugas mereka kemarin.
"Dibagikan sesuai absen aja ya. Angga!" panggil guru dan Angga mengambil bukunya yang sudah tertera angka dengan goresan tinta merah bertuliskan 43.
Absen terus berjalan hingga akhirnya Wandra maju dan mengambil bukunya. Setelah melihat nilai tersebut, ia menghempas buku itu ke atas meja Angga. Pria itu ikut penasaran dengan nilai Wandra yang tugasnya dikerjakan oleh Jesika.
"Seratus, Anjir!" pekik Angga dan membuat Jesika tak percaya.
Gadis itu bangkit dari duduknya dan merampas buku milik Wandra. "Hah?! Kok bisa?!"
Ia menoleh pada Wandra. Pria itu mengedipkan sebelah matanya.
"Suer, Ci! Gue yang ngerjain tugas dia semalem! Gue jawabnya asal-asalan! Masa dia dapet 100?! Gue yang udah begadang ampe jam 2, malah dapet nol!" omel Jesika.
"Nilai paling rendah di kelas adalah Jesika dan Cia. Kayaknya kalian terlalu banyak ngobrol, makanya nilai jadi nol. Mulai pelajaran berikutnya, setiap mata pelajaran saya, kamu pindah duduk sama Wandra. Biar belajarnya bisa mencontoh Wandra, dengar, Jesika!" ucap guru Bahasa Inggris.
"Hah?! Anjirlah!" gerutu Jesika dengan jengkel.
"Sabar!" bisik Cia.
"Nggak bisa, Ci! Seminggu ada 3 kali pertemuan Bahasa Inggris. Itu artinya gue harus duduk sebangku sama Wandra sebanyak 3 kali dalam satu minggu? Gila apa?!" oceh Jesika dengan suara pelan.
"Lagian ya, Wandra emang pinter, Jes. Dulu di SMP aja dia juara umum 6 semester berturut-turut," ucap Cia.
"Kalo dia pinter, ngapain nyuruh gue kerjain tugas?"
"Dia cuma mau gangguin lo."
"Rese banget, Sialan!"
***
Jam istirahat pertama, Jesika berlari mengejar Cia yang lebih dulu sampai kantin. Tepat di depan WC kelas 12 ....
~Byuurrr!! "Aarghhhhh!!" pekik Jesika berjongkok memegangi kepalanya.
Seember air membasahi tubuh Toleh. Ia berada tepat di depan sumber kakak kelas yang berniat menyiram Jesika.
"Hah?!" Jesika menarik napas dengan terengah-engah akibat terkejut. "Tol! Kenapa lo basah?!"
Jesika melihat dua orang perempuan memegang ember di depan pintu WC. Tanpa ragu Jesika merampas ember tersebut dan memukul wajah kedua gadis itu dengan ember tanpa ampun. Dar*h segar mengalir di wajah mereka.
Sementara Toleh tak menahannya dan membiarkan apa yang Jesika ingin lakukan.
***
Kejadian itu berakhir dengan Jesika dan Toleh yang dihukum membersihkan halaman belakang sekolah.
Toleh menyapu dedaun kering tanpa berkata-kata. Sedangkan Jesika enggan membersihkan apapun karena merasa tidak bersalah. Ia malah memanjat pohon akasia dan duduk di salah satu dahan sambil memerhatikan Toleh dengan rasa bosan.
"Kenapa sih lo mau nyapu-nyapu gitu? Kan capek!" oceh Jesika. Toleh hanya diam, fokus pada hukumannya.
"Padahal kan mereka yang nyiram lo duluan! Kalo gue sih ogah! Puas banget gue bisa bikin muka mereka jadi hancur. Biar nggak sok kecantikan di sekolah. Segala mau nyiram lo pake aer! Lo tuh dengerin gue nggak sih, Tol?!" teriak Jesika kesal.
"Denger," jawab Toleh singkat.
"Ya ngomong dong kalo denger! Biar gue tau kalo ini komunikasi dua arah! Bukan gue doang yang ngomong!"
"Gue nggak suka ngobrol," jawab Toleh.
"Ya terus lo sukanya apa? Masa iya sih ada manusia yang nggak suka ngobrol di bumi ini?"
Toleh kembali berdiam diri. Jesika bertambah kesal dan hendak turun dari pohon. Namun, belum sempat ia turun, tangannya malah tergelincir dan jatuh dari pohon.
"Aarghhhhh!!!" teriak Jesika dan mendarat di gendongan Toleh dan terjatuh bersama. Sialnya ....
Bibir Toleh dan Jesika bertemu. Mata mereka membesar bersamaaan. Ciuman yang tak terduga. Degup jantung mereka tidak terkendali. Kedua tangan Jesika terkilir dan tidak bisa mengubah posisi tubuhnya.
Ia memutar pandangan hingga bibirnya menyentuh pipi Toleh. "Aw! Tangan gue ...," bisiknya.
Mata Toleh membulat sempurna. Kalimat terakhir yang pernah diucapkan Jenita (mendiang mantan kekasihnya) sama persis dengan yang diucapkan oleh Jesika beberapa detik yang lalu.
Muncul suatu perasaan yang tak bisa Toleh kendalikan. Ia berusaha menahan perasaan tersebut. Namun, semakin ditahan, semakin bergejolak. Hingga akhirnya.
~Hup! Toleh memeluk Jesika dan membenamkan wajahnya di gumpalan rambut gadis itu.
"Aaaaawww!" teriak Jesika yang hampir menangis karena tangannya sangat sakit. "Lo gila ya?! Tangan gue keseleo!"
"Aaww!" ringis Jesika lagi. Seperti biasa, Toleh tak memberikan respons apapun.
Namun, kali ini berbeda. Jesika sadar 100% bahwa Toleh sedang memeluknya dan pria itu menangis tanpa suara.
"Lo kenapa?" tanya Jesika.