NovelToon NovelToon
Identity Of Mistress : GAIRAH PEREMPUAN SIMPANAN

Identity Of Mistress : GAIRAH PEREMPUAN SIMPANAN

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Selingkuh / Cinta Terlarang / Pengantin Pengganti / Crazy Rich/Konglomerat / Pelakor
Popularitas:2.6k
Nilai: 5
Nama Author: anyaaang

Kanaya terdiam terpaku melihat pemandangan yang ada di seberang dia. Galan - lelaki yang sudah menjalin hubungan selama dua tahun dengan dirinya tengah menggandeng mesra seorang perempuan. Galan Farrabi Altezza, dia adalah lelaki yang sama sekali tidak memiliki cacat dalam mengkhianati kepercayaan apalagi dia selalu menghargai perasaan yang dimiliki oleh Kanaya.

"Kita nikah tahun depan ya setelah kamu lulus kuliah." ucapan Galan masih terngiang jelas dalam pikiran Kanaya.

Masa depan yang selalu dia ungkapkan hanya untuk membahagiakan dirinya dan impian memiliki anak-anak yang lucu. Tapi rasanya semua itu menjadi petaka mimpi buruk untuk seorang Kanaya Shanifah Galianna Lubov.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon anyaaang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Galan Yang Aku Sayangi ...

Tujuh menit dari video call yang dimatikan oleh Galan sudah membuat pintu apartemen Kanaya yang diketuk-ketuk. Pasti Galan ngebut banget untuk dia bisa sampai ke apartemen. Padahal biasanya perjalanan waktu dari tempat kerja Galan ke apartemen Kanaya memakan waktu paling cepat sekitar lima belas menit. Suara ketukan pintu terdengar semakin kasar. Kanaya menarik nafasnya dalam-dalam dan berjalan membuka pintu.

Brakkk! Pintu langsung ditutup dengan setengah bantingan yang kasar. Bikin Kanaya kaget tapi dia sudah tahu kalau Galan akan datang dengan marah-marah. Rasanya ini akan jadi keributan pertama yang cukup besar selama dia berhubungan dengan Galan dua tahun ini. Pertama juga Kanaya lihat Galan semarah ini.

"Dianterin siapa kamu?!" tanya Galan yang langsung menatap Kanaya dengan tajam.

Baru ingin Kanaya membuka mulutnya, hp Kanaya berbunyi. Kanaya melihat hp dia yang dia letakkan di atas meja setelah video call bersama Galan di atas tadi. Galan langsung berjalan ke arah meja dan mengambil hp Kanaya. Membaca chat yang masuk ke dalam hp Kanaya.

"Ohhhh! Jadi ini alasannya?!" Galan memperlihatkan layar hp Kanaya ke arah Kanaya yang masih berdiri di dekat pintu.

Kanaya jadi penasaran karena dia juga nggak tahu siapa yang Galan maksud. Kanaya menghampiri Galan yang masih memperlihatkan layar hp dia. Dari Dafandra lagi ternyata. Dia mengirimkan chat ke Kanaya yang bilang kalau dia benar-benar kangen sama Kanaya. Padahal jelas dari tadi Dafandra chat pun sama sekali nggak bikin Kanaya balas.

"Ketemuan kamu sama dia?! Sampe nggak bisa angkat telepon atau balas-balas chat aku hah?!!"

"Aku nggak ketemuan sama dia. Bales chat dia pun aja nggak pernah."

"Belajar kelompok apa ketemuan kamu sama dia tadi! Nggak usah bohong!" Galan semakin terlihat marah apalagi dia membaca chat dari Dafandra yang terlihat mesra.

"Aku nggak bohong. Aku bukan kamu!"

"AKUUUU?!!!" nada Galan menjadi tinggi. Dia sama sekali tidak menyangka kalau ucapan seperti itu bisa dikeluarkan oleh Kanaya. Apalagi Kanaya jelas-jelas sudah menaruh curiga dari saat di video call.

Kanaya hanya diam mendengar nada Galan yang jadi meninggi. Benar-benar merasakan pertama kalinya bisa bertengkar dengan Galan sampai melihat dia yang teriak dengan kekesalannya. Kanaya ingin masuk ke dalam kamar tapi Galan langsung menahannya. Membuat Kanaya tetap berdiri di hadapan Galan.

"Aku meeting dari tadi dan kamu tau itu! Bisa-bisanya kamu nuduh aku, Nay kayak gini?! Padahal jelas yang hilang dari tadi dan nggak mau di jemput itu kamu! Tiba-tiba aja kamu udah di apartemen kayak gini. Apa Dafandra abis dari sini sampai kamu nggak mau di jemput sama aku?!" tanya Galan yang masih menahan tangan Kanaya. Tatapan yang Galan berikan benar-benar tajam. Tidak pernah Kanaya melihat tatapan dari Galan yang semengerikan ini.

"Ini nggak ada hubungannya sama dia! Gue nggak pernah ketemuan sama Dafandra!" bentak Kanaya akhirnya. Kesal karena Galan yang membawa-bawa nama Dafandra. Padahal Kanaya sama sekali sudah tidak pernah memikirkan Dafandra sama sekali.

"TERUS KENAPA LO NGGAK MAU DI JEMPUT SAMA GUE?!!" Galan balik membentak Kanaya dengan lebih keras.

Kanaya sampai mengangkat bahu dia saking kagetnya. Bentakan Galan bikin Kanaya jadi meneteskan air matanya seketika. Tidak pernah dia merasakan dibentak oleh siapa pun sama sekali. Apalagi itu diberikan oleh Galan.

Galan langsung menghela nafas dan tertunduk. Dia sampai hilang kontrol melepaskan marah dia sama Kanaya seperti ini. Tidak pernah ada niat sedikit pun untuk membuat Kanaya menangis satu kali aja. Apalagi dia juga tidak pernah melihat Kanaya yang sampai menangis selama sama dia.

"Lepas!" Kanaya langsung menghempaskan genggaman tangan Galan yang memang dia mau lepaskan juga. Kanaya berjalan masuk ke dalam kamar.

"Nayyy!" Galan buru-buru menghampiri Kanaya yang sudah masuk ke dalam kamar.

Dilihatnya Kanaya yang duduk di atas tempat tidur dan meneteskan air mata dalam sandarannya. Galan langsung menghampiri Kanaya dan duduk di hadapannya.

"Maafin aku ya udah bentak-bentak kamu tadi. Tapi aku nggak suka liat kamu kayak tadi, Nay. Kamu nggak pernah kayak gini sekali pun. Tapi kamu yang malah terkesan nuduh-nuduh aku tanpa alasan. Kamu curiga aku nggak meeting?" tanya Galan yang sudah berusaha meredakan emosinya.

Kanaya hanya diam tanpa mau menatap Galan. Dia masih meneteskan air matanya. Kenapa hati dia jadi sakit merasakan luka yang teramat perih. Kenapa perempuan yang Kanaya lihat tadi masih begitu melekat jelas dalam pikirannya? Kenapa jadi sulit menjelaskan apa yang Kanaya lihat tadi pada saat Galan sudah berada di hadapannya?

"Kamu mau telepon ke kantor? Tanya sama semua staff-staff aku disana kalo aku hari ini ngapain aja. Nanti aku kasih nomor vendor aku juga yang sempat meeting sama aku. Kamu silahkan tanya apapun tentang aku yang beneran meeting apa nggak sama dia." Galan menambahkan penjelasannya. Nada dia yang meyakinkan bikin Kanaya menatap dirinya.

Memang tidak bisa dipungkiri kalau dia juga tidak percaya atas Galan yang mengkhianatinya. Apalagi sekedar berbohong sama Kanaya setelah apa yang dilakukan oleh Galan terhadap hidup Kanaya. Rasa sayang yang diberikan oleh Galan begitu jelas dan juga besar.

Galan merogoh hp dia dan mengutak-atik sesuatu. Dia menyodorkan sama Kanaya ke dalam pangkuannya.

"Itu nomornya kamu boleh telepon dan tanya sama dia apa aku beneran meeting apa nggak."

Kanaya melihat sekilas hp Galan yang sudah ada di dalam pangkuannya beserta nomor vendor yang udah terpampang di layar hpnya. Jadi ingat kalau dia sempat menghubungi Galan tadi tapi Galan tidak mengangkatnya. Padahal dalam waktu yang bersamaan Galan juga sambil mengangkat telepon dari apa yang Kanaya sudah lihat sendiri.

"Nggak perlu." Kanaya mengembalikan hp Galan dan meletakkan di pangkuan Galan.

"Terus masih curiga?" tanya Galan memastikan. Dia mengamati raut muka Kanaya yang memang masih belum bisa menghilangkan kecurigaannya. Bukan kebiasaan Kanaya yang Galan lihat sekarang ini. Entah apa yang sedang Kanaya pikirkan sampai bisa melemparkan kecurigaan pada Galan yang tidak akan pernah mengkhianati dirinya.

Kanaya kembali diam dan membuang mukanya. Dia sudah meredakan tangisannya dan menghapus sisa-sisa air mata di wajah dia. Genggaman tangan Galan yang menggenggam tangan perempuan. Tangan Galan yang merangkul pinggang perempuan tadi dengan mesra bahkan dia mengecupnya. Siapa, siapa dan siapa?

Siapa perempuan yang ada di hidup Galan selain Kanaya? Apakah adik atau kakak dia? Tentu tidak! Karena Galan adalah anak satu-satunya di keluarga dia. Kanaya juga sempat mengobrol dengan orang tua Galan melalui video call. Mereka tinggal di daerah Yogyakarta. Tidak mau diajak Galan tinggal di Jakarta karena tidak betah kata mereka. Maklum aja namanya orang tua. Pernah diajak Galan buat menginap aja hanya betah dua hari dan setelah itu mereka minta pulang.

Galan sudah lama tinggal di Jakarta bersama tante dia sejak sekolah SMP. Tapi setelah Galan kuliah, dia memutuskan untuk memiliki tempat tinggal sendiri. Galan sempat ngekos selama dia kuliah dan setelah Galan kerja dia menyicil untuk membeli rumah. Sampai akhirnya sekarang dia memiliki satu rumah yang sangat besar di daerah Jakarta Selatan. Tantenya juga sering menginap di rumah Galan. Mengingat tantenya yang belum kunjung memiliki keturunan setelah menikah selama lima belas tahun. Jadi betapa dia sangat menyayangi Galan seperti anak sendiri.

"Kamu kenapa sih sayang? Kenapa kamu kayak gini? Aku nggak pernah bohong sama kamu, Nay. Hidup dan rasa aku sekarang cuma buat kamu dan kamu tau itu. Bahkan aku pun nggak pernah merasa kalo aku nggak ditakdirkan sama kamu." Galan meraih pipi Kanaya.

Ungkapan yang Galan lontarkan membuat Kanaya kembali meneteskan air matanya. Hati yang Galan miliki memang selalu Kanaya rasakan dengan segenap perasaannya. Bahkan tidak pernah Kanaya menaruh rasa curiga ke dalam hidup Galan meski setitik aja. Kanaya sangat mengenal Galan selama ini. Lima bulan pendekatan dengan Galan dan dua tahun berhubungan sebagai pacar sudah cukup rasanya dia tahu apa yang ada di dalam diri Galan.

Memang waktu lama atau sebentar dalam berhubungan dengan seseorang bukan lah jaminan. Kanaya tahu itu! Bahkan dia juga pernah mendapatkan cerita tentang pengalaman teman dekat dia yang sudah pacaran selama enam tahun tapi ternyata pacar temannya memiliki perempuan simpanan selama ini. Kisah teman-teman dekat dia atau pun dirinya sudah banyak memberikan dia pengalaman.

Tapi apa yang Kanaya jalani bersama Galan walau sudah dua tahun sudah membuat dia tahu siapa Galan. Dia selalu bersama Kanaya hampir setiap hari. Bahkan semua waktu Kanaya diisi oleh kehadiran Galan. Meski Kanaya pernah tidak bertemu dengan Galan sehari saja tapi dia tetap intens video call atau teleponan dengan Galan. Dan itu pun karena Galan ada gathering di hotel dia dan Kanaya tahu itu. Tidak pernah Kanaya memiliki ruang kosong tanpa sosok Galan.

"Kamu lagi ada masalah, Nay? Masalah apa? Kuliah, teman atau keluarga kamu? Cerita sama aku sayang." Galan tersenyum kecil melihat Kanaya yang sudah menoleh ke arah dirinya.

Galan yang tidak pernah mau Kanaya memiliki beban sedikit saja. Dia pasti akan melakukan segala cara buat meringankan beban Kanaya atau menghilangkan semua masalahnya.

"Nggak ada." nada Kanaya masih terdengar pelan sekali.

Galan menghela nafas melihat Kanaya yang seperti membunyikan sesuatu. Tidak ingin membagi masalah padahal dia sudah sering berpesan sama Kanaya kalau apapun masalah yang Kanaya hadapi maka dia harus memberi tahu Galan. Wajib!

"Sini." Galan mendekatkan tubuh dia dan menarik Kanaya kesisinya. Dia memeluk Kanaya dan mengusap-usap punggung dia. Berusaha menenangkan Kanaya yang mungkin masih memiliki perasaan bimbang.

Tangan Kanaya melingkar di badan Galan. Dia membalas pelukan Galan dengan air matanya.

Anggap lah apa yang aku lihat memang salah. Jujur saja aku masih berusaha keras untuk menepis apa yang aku lihat. Aku sendiri sama sekali tidak yakin dengan perlakuan dia di belakang aku. Tapi aku juga yakin kalau dia tidak akan berperilaku demikin. Aku benar-benar sedang bermimpi buruk. Mulut aku seperti terkunci untuk mempertanyakan semuanya. Aku sampai bertanya-tanya pada diri aku. Kenapa aku tidak mau bertanya? Apakah aku takut mendengar dia yang akan berkelit? Atau apakah aku takut menerima kejujuran dia kalau dia memang memiliki perempuan lain? ~Kanaya

Aku sangat menyesal melepaskan emosi dengan sangat tidak terkendali. Tidak pernah aku melihat dia menangis dan sekarang dia malah menangis karena aku. Tapi sungguh, aku sama sekali tidak tahu kenapa dia bisa menaruh kecurigaan seperti tadi. Padahal jelas hidup aku hanya lah untuk dia dan bukan untuk siapa-siapa ~Galan

***

Kanaya menyeruput teh manis hangat yang dibuatkan oleh Galan. Sementara Galan lagi sholat magrib dulu di dalam kamar. Karena buru-buru menghampiri Kanaya tadi jadi lupa kalau dia belum sholat magrib di kantor. Untung aja masih belum telat. Pasti Galan sholat magrib langsung sama sholat isya mengingat dia sholat magrib di penghujung waktu.

Kanaya mengingat ucapan Galan tadi kalau dia benar-benar meyakinkan Kanaya tentang apa yang memang dia lakukan di kantor. Tidak ada kegiatan apapun yang dia lakukan kecuali Kanaya pasti mengetahuinya. Dan Kanaya berusaha mempercayai apa yang Galan ucapkan. Bagaimana pun dia tidak pernah meragukan apapun yang dilakukan oleh Galan.

Hp Kanaya berbunyi menandakan ada notif chat yang masuk. Tapi Kanaya masih membiarkannya. Dia meletakkan gelas minuman dia dan duduk bersandar di sofa ruang tengah. Sempat melihat keluar jalan kalau di luar ternyata sedang hujan deras. Bunyi chat berkali-kali membuat Kanaya mengambil hp dia yang ada di atas meja. Berisik! Siapa sih yang chat dia sampai berturut-turut?

Farand - cowok yang sangat menyukai Kanaya. Dia adalah cowok tampan, suka naik motor sport dan ketua BEM di kampusnya sekarang. Farand sudah lama menyukai Kanaya karena dia sempat satu sekolah sama Kanaya waktu SMA. Hanya saja Kanaya sudah berhubungan dengan Dafandra jadi bikin Farand mau nggak mau harus mundur juga. Waktu Kanaya sudah putus dengan Dafandra, Farand sempat mendekati Kanaya lagi tapi sayang aja Kanaya tidak intens menanggapi dia.

Apalagi hati dan pikiran dia masih tentang Dafandra. Tapi Farand tetap gigih mendekati Kanaya dan sempat antar jemput juga ke kampus dia beberapa kali. Dan Kanaya mulai menolak ajakan Farand lagi sampai akhirnya dia tahu kalau Kanaya sedang dekat dengan seseorang. Farand tahu kalau Kanaya tipikal yang sangat setia. Meski dia baru dekat dengan cowok tapi dia tidak akan kesana kemari. Sampai akhirnya dia tahu kalau Kanay sudah berhubungan dengan cowok bernama Galan. Cowok Kanaya yang selalu dipasang di profile picture chat Kanaya.

-

Nay apa kabar kamu?

Lama banget nggak ngobrol hehehe

Sombong nih kamu sekarang

Ngumpul yuk sama anak-anak

-

Kanaya membaca chat Farand yang berniat mengajak dia nongkrong sama teman-teman SMA dia. Meski Kanaya tidak pernah berhubungan spesial dengan Farand tapi Kanaya masih mau menganggap Farand sebagai teman layaknya dulu waktu sekolah. Hanya saja Kanaya memang sangat membatasi kedekatannya apalagi dia juga tahu kalau Farand sering mendekati dia dalam artian bukan sebagai teman biasa. Tapi Kanaya pikir, Farand adalah tipikal cowok yang sangat mengerti dan tidak akan mengganggu hubungan dia yang sudah bersama Galan.

"Siapa yang chat? Dafandra lagi?!" tanya Galan yang sudah keluar dari kamar Kanaya. Dia melihat Kanaya yang serius membaca chat. Jadi kesal kalau ingat Dafandra yang tidak henti-hentinya mengganggu Kanaya.

"Bukan. Ini..." belum sempat menyelesaikan kalimatnya, Galan langsung mengambil hp Kanaya dari tangan dia. Dia duduk sebelah Kanaya.

Galan membaca chat dari Farand. Tahu banget siapa cowok itu. Dia pernah melihat Farand beberapa kali waktu dia belum terlalu dekat dengan Kanaya. Suka melihat Kanaya yang diantar Farand waktu Kanaya datang mau staycation bertemu teman-teman dia yang sudah ada di hotel. Galan juga pernah mendapatkan Farand di kampus Kanaya waktu dia juga mau menjemput Kanaya saat masih pendekatan.

"Kamu mau ngumpul sama temen-temen SMA kamu?' tanya Galan yang sudah duduk menghadap Kanaya. Dia mau memastikan apakah Kanaya akan ikut dengan ajakan Farand.

"Aku lagi nggak pengen main."

"Kalo kamu mau main bilang sama aku ya. Biar nanti aku yang antar."

Kanaya masih menatap Galan dengan segala kata-kata dia. Galan yang begitu perhatian dan selalu mau memberikan kehangatan buat hidup dia. Padahal Kanaya yakin kalau Galan nggak suka sama Farand. Tapi dia mampu menurunkan ego dia jika Kanaya mau bertemu dengan teman-temannya yang dimana pasti akan ada Farand.

Kanaya menganggukkan kepala dia. Sudah pasti jika dia akan pergi pasti mengabari Galan. Cuma pertama kali aja tadi dia bersikap demikian.

"Kamu tadi pulang naik apa?" tanya Galan ingin tahu. Cemas juga melihat Kanaya yang pulang tanpa dia. Biasanya kalau sendiri pun pasti Galan yang memesankan taksi online atau ojek online buat Kanaya.

"Naik taksi. Aku juga tadi di coffee shop yang bukan aku bilang kemaren. Kita nggak jadi kesana karena takut berisik. Argesta milih di coffee shop lain yang tempatnya sepi dan cocok buat kerja kelompok."

"Dimana?"

"Di mall... Lippo Garden Village." Kanaya terdengar ragu tapi dia berusaha mengatakan yang sebenarnya. Mall Lippo Garden Village adalah mall dimana dia melihat Galan bersama perempuan tadi. Sekaligus Kanaya juga mau tau apa reaksi Galan setelah dia menyebutkan mall yang sama dengan tempat yang di datangi oleh dia.

Galan tersenyum kecil. Dia menatap Kanaya dengan lekat.

"Kamu lihat aku disana?"

***

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!