Allena , zevan,sean dan Neo bersahabat sejak bayi hingga umur masa remaja, ke empat nya erat bak perangko yang kemana saja selalu ber empat.
mampu kah mereka melewati semua ujian yang menerpa persahabatan mereka? atau mampu kah mereka melawan gejolak rasa yang semakin lama semakin tumbuh.
see you ❤️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon epayanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
nenek lampir
Sean , Neo dan allena menemani zevan di kamar nya , kamar yang bercat abu abu hitam itu nampak semakin kelam, dengan pemiliknya yang masih merenung menatap rembulan malam,
mereka baru saja pulang dari pemakaman, Allena melangkah mendekati zevan yang berdiri di depan balkon.
Di peluknya tubuh ringkih zevan, Allena tau sesakit apa temannya sekarang, dulu ia pun merasakan hal yang sama.
"gue temenin," ujar nya
zevan menoleh tangannya merangkul bahu Allena , air mata nya memang sudah tidak menetes lagi, namun hatinya masih menangis pilu.
"kenapa mama nggak jujur ke gue lea, mungkin gue nggak akan sesakit sekarang ini, gue emang nggak berguna, mama sakit keras aja gue nggak tau,"lirih, meluapkan segala sesak di dadanya.
Neo yang mendengar di belakang mereka mengusap setetes air mata yang menetes di ujung matanya,
"mungkin itu yang terbaik , mama pengen Lo jadi anak yang mandiri zevan,"jawab nya , matanya ikut menatap indah nya bulan.
Dokter Malik sudah menceritakan semuanya ,tentang sakit yang di idap mama Safira , tentang hubungannya dengan mama Safira , yang hanya sekedar dokter dan pasien nya , bukan selingkuhan yang seperti mama nya ucapkan dulu.
Awalnya zevan membenci dokter Malik dan menyangkal apa yang dokter Malik ucapkan , namun setelah flashdisk yang berisi rekaman perjalanan mama nya barulah zevan mengerti, zevan mengikhlaskan mama nya pergi, itu mungkin lebih baik daripada mama nya harus menahan sakit yang setiap hari terus menggerogoti tubuh nya.
Itu lah mengapa dulu mamanya enggan bertemu dengannya atau papa nya , lebih memilih berdiam diri di kamar atau pergi ke hotel saat sakit nya kambuh.
"satu persatu orang yang kita sayang pasti akan pergi , entah Besok gue atau pun yang lain , gue harap kita tetep sama sama , saling menguatkan." ujar Sean sendu, kenangannya dengan mama Safira juga begitu banyak dan terlalu indah untuk ia lupakan.
Mereka merangkul satu sama lain , menatap indah nya rembukan malam,.
***
di bawah , masih ramai sanak keluarga dari papa Zain, orang tua Sean, orang tua Neo, mami Allena juga,
"Safira tega banget ninggalin kita,"Isak momy Neo masih terisak , ia baru saja datang dan masih tidak percaya dengan kepergian sang sahabat.
"ikhlas nis, Fira udah nggak sakit lagi, sekarang tugas kita mengurus dan membimbing zevan," bunda Lisa mengelus bahu sahabatnya ,
bunda Lisa, momy Nisa , mama Safira dan mami lyli bersahabat sejak mereka sekolah.
Papa Zain diam merenung , separuh hatinya hilang dan pergi , tugas nya sekarang menyayangi zevan , mengurus zevan seorang diri. Ia harus kuat ada zevan yang masih membutuhkan nya .
Usapan pelan di bahu nya membuat ia menoleh,
mami Alexa tersenyum menguatkan padahal matanya juga masih sembap akibat terus menangis , menangisi kepergian sahabatnya.
"Lo harus kuat Zain , ada zevan yang masih butuh Lo, jangan pernah tinggalin atau terlantarkan zevan , atau zevan bakalan gue ambil," tegas nya , papa zevan mengangguk pasti,
"zevan anak gue udah pasti gue urus, dia kesayangan nya Safira , ngeliat zevan, gue kayak ngeliat diri Safira di sana," ucap nya tegas,
di sopa , mereka duduk , obrolan ringan dan bela sungkawa mengalir menguatkan papa zevan,
dari arah pintu depan datang sepasang sesepuh yang masih nyentrik di usia kedua nya yang sudah tidak muda lagi.
"papa turut berduka atas kepergian istri kamu Zain," ucap pria tua , ia papa nya Zain kakek dari zevan,
mereka semua bersalaman menghormati kakek zevan, mau tak mau mereka juga mengalami nenek tua dengan riasan heboh di wajahnya.
mami Alexa sampai bergidik melihatnya , sangat tidak pantas sudah tua masih berdandan, pakaian nya heboh.
"bagus lah , kamu bisa menikah dengan teman mama," bibir tipis berwarna merah gelap itu berucap pedas.
Mereka semua menatap nyalang, tak habis pikir.
"maa," tegur kakek zevan , mereka sudah duduk di sopa ,
"betul toh, kesempatan emas , dia punya bisnis besar." ucap nya lagi, tanpa rasa bersalah , mata nya berbinar.
"lebih baik anda pulang," sentak Zain menunjuk ke arah pintu, rahang nya mengetat , wajah nya mengeras.
"Zain!"bentak papa nya ,
suasana seketika menegang,
"bela terus , istri papa itu , pa aku lagi berduka , buat apa datang kesini kalau mau membuat kekacawan , aku masih menghargai papa sebagai orang tua aku, tapi dia nggak bisa menghargai aku," papa Zain sampai berdiri , emosi nya meletup menunjuk nyalang ke arah mama tiri nya ,
"jangan pernah bawa pelakor itu ke rumah aku, !" sentak nya , pergi meninggalkan ruang keluarga dan masuk ke kamar nya ,
BRAK!
Pintu kamar di banting nya keras, .
kakek mengusap kasar wajahnya, mendengus menatap istrinya yang malah duduk santai menopang dagunya.
Mami Alexa menatap nenek tua di depannya , tatapan keduanya beradu , menyeringai tipis."bitch"bibir nya begerak tanpa mengeluarkan suara.
nenek zevan melotot tajam, bibir nya hendak berucap,.
"sudah pulang lah," titah kakek zevan , sebenar nya ia sudah jengah dengan sipat istri nya ,
"mas pulang aku juga pulang," ucap nya melipat tangan di dada ,
momy Neo menutup mulutnya mual,
bunda Sean juga meringis geli,
mereka semua sudah tau bagai mana perangai mama tiri Zain, jadi sudah tidak heran jika mereka hanya menatap malas ke arah nya,
di atas sana Neo Sean zevan dan allena menatap ke bawah , genggaman tangan zevan mengeras.
Ia berbalik arah dan masuk ke kamar , malas dan marah melihat kakek dan nenek nya.
"dasar nenek lampir,"sengit Allena , ikut masuk ke kamar zevan,
Sean terkekeh sinis ia juga sangat membenci nenek zevan, betul kata Allena , kata yang pantas tersemat untuk dirinya adalah nenek lampir.
Mereka bertiga menginap di rumah zevan,
"lea tidur sini," panggil zevan ,yang ia butuhkan sekarang pelukan seorang yang ia sayangi.
Allena merangkak naik ke atas kasur, dan tidur memeluk zevan, Sean dan Neo memilih tidur di sopa, tidak mau mengganggu ketenangan zevan,
di hirup nya aroma tubuh Allena , mata nya terpejam , semoga dalam mimpi nya ia bisa memeluk mama nya kembali.
Allena mengusap pelan punggung zevan, mengulurkan kekuatan dalam dirinya.
"nyata nya gue sayang Lo van, jantung gue deg degan kalo Deket sama Lo gini," batinnya
"allena , gue sayang Lo, jangan pergi ninggalin gue , cukup mama."batin zevan , semakin erat memeluk Allena.
Di sopa Neo berbaring di samping Sean, sopa nya memang, besar cukup untuk berbaring dua orang.
Kedua nya belum tidur, menatap langit langit dengan tatapan kosong,
"lea , gue cemburu liat Lo sama cowo lain , tapi kenapa sana zevan nggak?," Sean meraba hatinya .
"Allena gue juga pengen di peluk Lo,"jerit Neo dalam hatinya.
bobo di pelukan zevan emang enak.
****
Sakit ya , cinta segi berapa ini?
See you ❤️
awas neo sama sean ikut penasaran juga rasanya🤭
lanjut thor 👍
jngn bosen up..up...trus
semangat💪