NovelToon NovelToon
Pengantin Untuk Calon RI 1

Pengantin Untuk Calon RI 1

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Murni / Romansa
Popularitas:7.7k
Nilai: 5
Nama Author: Sirchy_10

Seorang Duta Besar Republik Indonesia yang bertugas di Belanda, diperintahkan pulang oleh pimpinan Partai, untuk dicalonkan sebagai Presiden pada Pemilu 2023. Dialah Milano Arghani Baskara. Pria mapan berusia 35 tahun yang masih berstatus single. Guna mendongkrak elektabilitasnya dalam kampanye, Milano Arghani Baskara, atau yang lebih dikenal dengan nama Arghani Baskara, diminta untuk segera menikah. Tidak sedang menjalin hubungan dengan wanita manapun, Argha terpaksa menerima Perjodohan yang diatur oleh orang tuanya. Dialah Nathya Putri Adiwilaga. Wanita muda berumur 23 tahun. Begitu Energik, Mandiri dan juga Pekerja keras. Nathya yang saat ini Bekerja di sebuah Hotel, memiliki mimpi besar. Yaitu melanjutkan pendidikan S2 nya di Belanda.

Akankah cinta beda usia dan latar belakang ini bersemi?
Mampukah Nathya menaikkan elektabilitas suaminya dalam berkampanye??

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sirchy_10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 5

Jam sudah menunjukkan pukul 9 malam. Namun Ratu Orion belum juga mengistirahatkan tubuhnya. Wanita paruh baya itu malah merepotkan diri malam- malam untuk membuat adonan kue. Melihat sang Bunda sibuk seorang diri, memaksa Nathya untuk membantu. Meski sang bunda tidak meminta tolong padanya. Anggap saja bala bantuan ini datang, sebagai permintaan maaf karena sudah meninggikan suara saat bicara dimeja makan tadi.

Nathya pun mengambil alih, adonan yang ada di tangan bundanya lalu mulai menekan- menekan adonan tersebut di dalam baskom, tampa menggeluarkan suara. Beberapa saat, suasana terasa hening. Yang terdengar hanyalah suara TV dan suara jangkrik, dari luar rumah.

Namun, hal itu tidak berlangsung lama. Ratu Orion penguasa rumah Adiwilaga, mulai membuka suara. Namun pembahasannya itu- itu saja.

"Dik Argha itu tampan ya kak. Bunda ngefans berat."

Nathya yang sedang mengaduk adonan, hanya bisa menghela nafas beratnya berkali- kali. Pelet apa yang digunakan laki- laki dominan yang bernama Argha itu. Sehingga mampu membuat tante- tante seperti bundanya mengalami puber kedua. Apa jangan- jangan bundanya sama saja dengan ibuk- ibuk penjabat yang ternyata haus akan belaian berondong?

Please, jangan sampai bundanya benar seperti itu. Meski mereka sering bertengkar dan adu pendapat, Nathya tetap percaya bundanya adalah wanita baik- baik. Bundanya tidak pernah macam- macam di dunia Real Ataupun di dunia sosial. Tidak pernah juga terayu oleh rayuan bapak- bapak FB yang terkadang mengirim-i bundanya pap- pap yang tidak jelas.

Nathya tahu pasti, karena ia membajak semua akun persosmed-an bunda maupun ayahnya. Sebagai anak tertua, Nathya memiliki peran mengawasi kedua orang tuanya dari bahaya Media Sosial.

Seperti sebuah pesan yang masuk ke DM ayahnya. Janda cantik nan genit, berusaha menggoda ayahnya, dengan mengirim pap sebuah foto seksi, yang hanya menggunakan kutang dan dalamam. Nathya pun segera membalas pesan tersebut.

"Berani genit- genit jual murah sama ayah saya, foto ibuk bakal saya Screenshot, lalu saya sebarkan di Balck Market. Biar akun ibuk kena hack, lalu foto- foto telanjang ibuk dijual hingga keluar negeri."

Begitulah cara Nathya mengancam janda gatal yang ingin merayu ayahnya. Padahal kenyataannya, Nathya tidak tahu cara masuk ke pasar semacam itu. Yang penting mah, harus dramatis dulu kalau mau mengancam agar terlihat meyakinkan.

"Bun, gak kasian sama ayah? Nanti kalau ayah sakit hati dengarnya gimana?"

"Gak papa. Saya hanya ajudan bagi Ratu Orion. Gak bakal sakit hati," balas sebuah suara stereo dari ruang TV.

Bahu Nathya yang semula tegak, melorot seketika saat mendengar jawaban ayahnya. Kedua orang tuanya, betulan cosplay menjadi Ratu Peri penguasa galaksi dan pengawalnya. Setelah sebelum ini, cosplay menjadi Vampire dan layangan.

Nathya jadi kagum pada adiknya si compeni. Mentalnya sungguh kuat, tinggal bersama suami- istri yang berbagi sel otak yang sama. Hebatnya lagi, Narayu tidak terpengaruh. Padahal, usia- usia Narayu ini sedang gampang- gampangnya dipengaruhi pergaulan.

...----------------------------------...

"Besok, ada tamu kakek yang mau datang kemari kak," ucap ayahnya, pada Nathya yang sedang bermain ponsel di meja makan, seraya menunggu kue yang ia buat bersama bundanya tadi, matang.

"Tumben," jawab Nathya seadanya.

"Gak tau juga, kak. Tiba- tiba aja tadi pagi, ayah ditelepon asistennya. Besok mereka mau berkunjung katanya. Sekalian ziarah ke makam kakek dan nini kamu."

Nathya memilih tidak menimpali ucapan sang ayah karena menurutnya, ia tidak mendapatkan kejelasan informasi. Ia kembali sibuk dengan benda pipih yang ada di tangannya.

"Besok pakai baju yang bagus ya kak. Soalnya agak penting ini temannya kakek," ucap ayahnya lagi. Setelah itu, meninggalkan Nathya sendiri di meja Makan.

Nathya pun mengerutkan dahinya, heran. Kenapa harus memakai pakaian bagus segala, kalau yang datang hanyalah teman kakek dan nininya. Toh kakeknya hanyalah seorang petani. Sudah pasti temannya juga berada dilingkungan yang sama. Berpakaian rapi saja kan sudah cukup.

Pantas saja Nathya merasa ada yang aneh, dengan tatanan rumahnya sedari tadi. Tak biasanya sang bunda mengenakan Gorden elegan klasik yang harganya lumayan mahal di hari biasa, selain di hari- hari besar. Dan Sofa di ruang tamu, juga sudah beralaskan karpet permadani Turki asli, yang harganya juga lumayan mahal. Dan pantas saja bundanya membuat kue malam- malam. Ternyata akan ada tamu. Nathya pun jadi penasaran. Siapa sih sebenarnya teman kakek dan nininya ini, sehingga membuat sang bunda menyambut dengan begitu baik.

...^^^------------------------------^^^...

Sudah disebutkan sebelumnya bahwa yang normal di keluarga Adiwilaga ini, hanyalah Nathya dan Narayu. Untuk pertemuan ini, Nathya hanya menggenakan dres simple selutut berwarna Biru denim. Sementara Narayu, juga menggenakan dres selutut, dengan motif bunga.

Namun lihatlah pasangan bapak Adiwilaga dan ibuk Seruni ini. Keduanya berdandan heboh. Sang ayah mengenakan Batik Pekalongan Favoritnya. Dipadu dengan celana dasar berwarna hitam. Tidak lupa memakai totopong berwarna senada.

Sementara Bundanya, memakai kebaya ala- ala ibu penjabat. Yang selendangnya tersampir di bahu. Tidak lupa menyanggul rambutnya, dan menyelipkan tusuk konde antik, milik nininya. Nathya yang melihat dandanan bundanya, merasa sesak sendiri.

"Sunda Pride, kak," ucap sang ayah saat Nathya menatap aneh pada dirinya dan juga pada sang istri. "Ayah bunda mau memberikan kesan baik, dengan mengenalkan budaya Sunda pada temen kakek," lanjut bapak Adiwilaga menjelaskan.

"Nar, mau kakak bayarin kostan gak?"

Nathya mengacuhkan ucapan sang ayah, dan beralih pada sang adik yang juga tampak frustasi melihat kerandoman orangtuanya.

"Mau, kak. Kalau bisa siang ini juga," balas Narayu cepat

Mentalnya turut tertekan, sama seperti sang kakak. Nathya dan Narayu tak habis pikir, dapat ide darimana kedua orang tuanya ini dalam berpakaian. Padahal, yang datang itu hanya teman kakek dan nininya. Meski mereka tidak tau, sosok teman mendiang ini orang yang seperti apa.

"Sedia payung sebelum hujan."

Ayahnya terus memberi alasan pada kedua anaknya, agar Nayhya dan Narayu tidak merasa heran.

Nathya sudah tidak tahu lagi harus bagaimana menghadapi pasangan, yang masih berstatus orang tuanya. Kalau mereka sudah mengetahui secara pasti, siapa yang berkunjung, ya tidak apa- apa juga berpakaian seperti itu. Tapi jika hanya warga Sipil biasa seperti mereka, bukankah ini sangat berlebihan?

Tak lama kemudian, bunyi klakson menghentikan aura lelah Nathya dan Narayu pancarkan sedari tadi.

"Itu pasti mereka," sahut sang ayah dengan senyuman yang merekah. Beliau ini, tampak bersemangat sekali ingin menyambut tamu yang sudah di tunggu- tunggu.

Bunda Seruni pun berjalan sangat cepat menuju meja makan. Lalu menanyakan kelengkapan semua jamuan pada anggota catering, yang kebetulan adalah teman- teman 1 kompleknya. Karena tamu ini datangnya dadakan, Bunda Seruni tidak sempat untuk memasak. Dan akhirnya memilih menggunakan jasa Catering tetangganya.

Untung saja kenal baik, jadi bisa di pesan secara dadakan. Dan 3 anggota Catering yang datang membantu, juga ikut- ikutan memakai kebaya dan sanggul. Sepertinya sangat mendalami peran, sebagai mbok- mbok Sunda.

"Semua nya udah siap, ibuk Adi."

Bunda Seruni pun mengacungkan 2 jempolnya. Lalu meminta penilaian pada anggota Catering mengenai penampilannya.

"Sudah Ok Buk. Sudah sana, tunggu di ruang tamu saja. Bagian belakang biar kami yang urus," ucap Ibu Sri yang kebetulan keturunan Jawa.

Seruni pun, langsung menyusul Anak dan Suaminya yang lebih dulu berjalan ke depan pintu. Namun, ia terheran melihat Anak dan suaminya mematung di depan Pintu. Membuat Seruni mempercepat langkahnya, karena penasaran.

Ratu Orion itu akhirnya bergabung di barisan Anak dan suaminya. Berakhir ikutan bengong akan hal yang sedang dilihatnya.

"Kok ramai banget yang datang," gumam Seruni kaget.

Ia fikir, hanya 1 mobil yang datang. Paling tidak 2 sampai 3 orang saja. Namun yang terlihat, ada sekitar 5 mobil yang datang.

Sebuah mobil mewah jenis sedan, diikuti mobil- mobil berjenis SUV, memasuki halaman rumah mereka. Untung saja halaman mereka luas. Muat 5- 6 mobil untuk parkir.

Pintu mobil yang diperkirakan sebagai mobil pengawal itu, mulai terbuka satu persatu. Menampilkan sepuluh laki- laki gagah dengan pakaian serba hitam. Kesepuluh laki- laki itu, mengelilingi mobil sedan yang beda sendiri, lalu membukakan pintu.

Turunlah seorang yang mungkin lebih tua sedikit, dari ayah Nathya yang juga menggenakan Batik. Diikuti oleh seorang wanita yang juga mengenakan kebaya, rambut disanggul, sama seperti bundanya. Tidak lama setelah itu, seorang wanita muda, yang kira- kira berumur 24 tahun, lebih besar dari Nathya 1 tahun, ikut turun dari mobil sedan itu.

Ketiga tamu tersebut pun, berjalan mendekati tuan rumah. Sementara Nathya dan Narayu, tampak syok dengan mata yang tak berkedip sedari tadi. Setelah itu, saling menoleh berpandangan satu sama lain, seolah saling melempar pertanyaan melalui telepati.

Siapakah tamu- tamu yang terlihat seperti orang penting ini?

"Mas Bambang, mbak Dewina, apa kabar? Sambut kepala keluarga.

"Baik. Adi sekeluarga sehat?" balas laki- laki paruh baya yang Nathya perkirakan lebih tua sekitar 5 tahunan dari orang tuanya.

"Kami sekeluarga juga baik, mas. Ini Melani ya? Tanya Adiwilaga menyapa.

"Iya Di. Ini Melani"

"Sudah besar ya sekarang. Kamu bagaimana kabarnya?"

"Baik Om," jawab Melani itu, dengan baik dan sopan selayaknya orang berpendidikan

Ayah dan Bundanya tampak akrap dengan Pak Bambang, ibuk Dewina dan juga Melani ini. Sementara Nathya dan Narayu malah bingung sendiri. Tidak tahu akan peran mereka diantara yang sudah kenal ini. Sehingga mereka memilih diam saja.

"Nathya dan Narayu, juga sudah besar ya sekarang."

Mulut Nathya gatal sudah, ingin sekali menjawab. "Ya iyalah sudah besar. Masa mau bocil terus. Kan di kasih makan." Namun akhirnya mengurungkan niat. Karena ia tidak mengenal tamu- tamu ini. Jangan sampai di cap sebagai anak yang tidak tau sopan santun. Asal jawab orang tua.

Nathya pun menjawab dengan bahasa yang baik dan benar namun sedikit kaku. Layaknya ia menyapa para tamu- tamu Hotel. Karena vibes keluarga pak Bambang ini, terasa seperti orang penting. Bukan orang sembarang. Terbukti dengan adanya pengawal didepan. Dan Mobilnya pun bukan mobil sejuta umat yang banyak dipakai orang biasa. Akan lebih baik menggunakan bahasa Formal.

"Betul bapak. Umur saya sudah dua puluh tiga tahun sekarang. Sedangkan Narayu sudah delapan belas tahun."

Dirasa cukup saling sapa menanyakan kabar, Adiwilaga pun mempersilahkan para tamu masuk ke rumahnya. Ruang tamu pun menjadi heboh seketika. Terdengar suara tertawa disela- sela pembicaraan itu. Agaknya para bapak- bapak ini, sedang Nostalgia dengan cerita masa lalu. Narayu yang tipikal mudah bergaul dengan orang baru, ikut menimpali dalam cerita tersebut. Sehingga ikutan tertawa bersama bapak- bapak dan ibuk- ibuk ini.

Sementata Nathya, hanya diam. Ia merasa tak nyambun**g dengan cerita ini. Begitupun dengan Melani. Wanita itu hanya diam. Sesekali melirik ke arah Nathya.

"Kamu kerja apa masih kuliah?" tanya Melani pada akhirnya. Namun dengan nada berbisik, karena tidak mau semua orang mengalihkan perhatian pada ia dan juga Nathya.

"Udah kerja."

"Kamu kayaknya lebih muda dari saya. Sebaiknya gunakan panggilan yang lebih hormat."

Nathya yang sebelumnya, ingin mengakrabkan diri pada Melani ini, mengurungkan niatnya dan malah jadi kesal sendiri.

Gila hormat kah? Sampai harus memanggil dengan hormat? Batin Nathya bermonolog.

Baru kali ini Nathya bertemu dengan Old Money yang arogan seperti wanita ini.

"Jadi, saya harus memanggil anda apa? Nyonya, nona, atau kakak?"

"Terserah," balas Melani singkat.

Nathya menelan ludahnya bersama umpatan yang sudah tertahan. Ingin sekali memaki orang sombong ini. Namun pembicaraan itu terputus, ketika mbak Sri dan 2 rekannya datang mengantarkan teh dan juga kue yang ia buat semalam.

"Cobain mbak Dewi. Kue ini Nathya yang bikin."

"Owh ya!" Jawab wanita paruh baya, yang seperti ibuk- ibuk Penjabat itu. "Boleh tante coba Nath kuenya?"

Nathya hanya tersenyum kaku, seraya menganggukkan kepalanya. Apa- apaan sih bunda ini, Batin Nathya. Padahal iya hanya mengaduk adonan yang sudah di takarkan bundanya.

Semua orang pun mencicipi kue tersebut. Termasuk Narayu dan juga Melani. Namun, entah mengapa Nathya merasa terintimidasi oleh Aura tamu- tamu ini. Ia merasa, seperti sedang di nilai.

"Mmm. Beneran enak lho dik Uni. Nathya pintar ya bikin kue nya. Kakaknya Melani pasti suka ni, sama kue buatan nak Nathya."

"Kalau Milan suka, nanti di bawa pulang aja mbak Dewi. Masih ada kok di belakang. Kapan- kapan, Milan nya diajak kesini dong mbak!"

Nathya yang tidak paham kemana larinya Konteks pembicaraan ibuk- ibuk ini hanya diam mendengarkan.

"Sibuk terus dik Uni, anak sulung ku itu. Sampai lupa, kapan terakhir ketemu sama dia."

"Maklumin aja mbak. Dinasnya Jauh," timpal ayah Nathya.

"Sudah aku suruh pulang Di," sahut Bambang

"Bagus itu mas. Sayang kalau kelamaan tinggal di luar negeri. Nanti lupa sama gula jawa." Jawaban Ayah Nathya, sukses mengundang gelak tawa.

Narayu dan Melani pun ikut tertawa mengimbangi. Namun Nathya hanya diam saja. Ia merasa tak ada yang lucu. Dan tidak mengerti juga dengan jokes bapak- bapak ini.

"Oh ya. Kalau Nathya sudah punya pacar?" tanya Pak Bambang.

Yang ditanya hanya tersenyum. Tidak lekas menjawab. Takut salah menjawab, yang mengakibatkan posisinya menjadi rumit sendiri nantinya.

"Gak ada yang mau sama Nathya, mas. Anaknya jutek. Lanang- lanang pada kabur semua."

Melihat sikap Nathya yang pendiam dari beberapa menit yang lalu. pak Bambang tidak setuju dengan ucapan Adiwilaga.

"Sama anak om aja lah kalau gitu, Nath. Mau gak? Masih single lho dia."

"Gak dulu om. Kasian anaknya om nanti. Saya orangnya moody. Kena mental yang ada sama saya."

Nathya menjawab dengan cepat tampa berfikir. Namun dengan nada yang santai. Bekerja di customer service, membuat Nathya memiliki kepekaan yang tinggi. Pak Bambang ini pasti ingin menyodorkan anak sulungnya yang bernama Milan Milan itu.

"Tapi, Ganteng lho Nath. Mapan--,"

"Om Adi. Ada makanan gak ya. Melan lapar nih!"

Melani sengaja memotong pembicaraan ayahnya. Merasa tak terima, sang ayah mengobral sang kakak di ruangan ini.

"Sudah lapar ya, Lan. Ayo ke meja makan. Kita makan."

Semua orang pun beranjak dari tempat duduknya, dan berlalu kemeja makan. Sementara Nathya, masih duduk di tempatnya. Gadis muda itu, tampak berfikir keras. Merasa ada yang mencurigakan sedang terjadi disini. Ia benar tidak bisa lagi berpikir positif. Firasatnya mengatakan, akan terjadi sesuatu. Namun ia belum bisa menelaah, hal apa itu. Semoga saja, tidak terjadi sesuatu dengan dirinya setelah ini.

Nathya mengucapkan Amin, paling kencang dalam hatinya.

1
sarytaa
seneng yaa,
dr kmren bolak balik nunggu up.

hah.. bru skrang

brasa cepat banget deh bacanyA..
Ririn Susanti
rekomen banget cerita nya, pemilihan katanya, enak banget dibaca
Anonymous
alur nya gak pasaran
sarytaa
sweet 😍😍😍
LV Edelweiss
Luar biasa
LV Edelweiss
Lumayan
LV Edelweiss
Sudah bisa ku bayang kan gmn kacau nya nathya 🤪
LV Edelweiss
ada bau2 promosi Partai di sini. kenapa gak Golkir aja dih thor... Atau Gilkor
Sirchy_10: gak kok kak. gak promosi partai. seriusan lupa plesetin yang satu ini
total 1 replies
sarytaa
up
sarytaa
hahahaha dikira mimpi ya tya?
srasa cepat banget bacanya, hehe.
Purnama Pasedu
thaya ngebleng
Purnama Pasedu
perjuangan istri
Purnama Pasedu: kembali kasih
Ayuni_ 93: makasih kk. 🤗
total 2 replies
Purnama Pasedu
anggap aj lagi ngedongeng y Nathya
sarytaa
suka dg ceritanya, wlaupun ada org bilang crita nya belibet,

cuma bgi aku up nya jngan lama² kaka, hehhehe
Sirchy_10: hehehe. maklumin kak, pemula. hrus bnyak blajar. trima ksh sudah setia membaca pengantin untuk calon RI 1🤗
total 1 replies
sarytaa
cepat bnget rasa nya wktu baca.
up lgi thor.
r
dr kmren nunggu nya
sarytaa
up lgi thor,
aku suka sma alur novelnya.
sarytaa
uo
sarytaa
aku mnunggu up slnjutnya, jngan lma² loh kk
sarytaa
yah habis lagi 😁😁😁
Sirchy_10: udh up kak.
total 1 replies
sarytaa
aku tunggu up slnjutnya thor!
seru ceritqnya, tau tau udh habis baca.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!