Follow IG : renitaaprilreal
Anna menikah di usia 20 tahun. Selama 5 tahun menjalin pernikahan, Anna masih belum di beri keturunan.
Dimas Narendra, suami dari Anna sangat menginginkan kehadiran seorang anak dalam rumah tangganya.
Anna sudah berusaha untuk melakukan segala cara. Namun hasilnya nihil, Anna masih belum bisa di beri keturunan.
Dimas lalu menikah lagi dengan seorang wanita yang sebaya dengan istrinya. Lisa adalah nama dari wanita itu.
Lisa teman satu kantor dari Dimas. Sebagai seorang istri, Anna berusaha untuk ikhlas menerima dirinya di poligami.
Di tengah keterpurukan, Anna berusaha untuk bangkit kembali. Dia berusaha untuk membalikan keadaan yang ada.
Sosok pria tampan bernama Rey hadir di tengah-tengah kekosongan hati Anna.
Note :
Harap bijak dalam membaca.
Menceritakan masalah poligami dan perselingkuhan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon renita april, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24
Semua tamu sudah pulang dari acara syukuran itu. Lisa mengurung diri di kamar. Dia begitu malu dan marah karna tamu yang hadir seolah menyalahkan dirinya.
Orang tua Dimas juga sudah kehilangan muka di depan para tamu serta kerabat yang hadir. Mereka juga tidak mengira jika Anna akan membuka aib rumah tangganya sendiri.
"Dimas ... kamu itu bisa tidak, mendidik Anna. Berani sekali dia mempermalukan keluarganya sendiri," hardik Ayah Dimas.
"Lisa dan ibu dulu yang mulai. Jika saja Lisa dan ibu tidak menghina Anna, pasti dia tidak akan mempermalukan kita," tutur Dimas.
"Kamu masih saja membela wanita tidak berguna itu. Ibu menyesal telah mengijinkan kamu menikahinya," ucap Ibu Dimas.
Dimas beranjak menemui Lisa di kamar. Dia malas untuk meladeni orang tuanya. Dimas membuka pintu kamar. Dia melihat istrinya yang sedang menangis.
Dimas memegang pundak Lisa. "Sayang ... kamu jangan bersedih lagi."
"Mas ... kamu tidak lihat, Anna sudah membuatku malu," ucap Lisa.
"Lis ... aku sudah bilang padamu. Jangan mencari gara-gara dengan Anna. Kamu saja yang tidak jera," kesal Dimas.
Lisa mengengam tangan Dimas. "Mas ... kamu harus balas perbuatan Anna. Dia itu tidak akan berani melawan. Kamu itu suaminya."
"Cukup Lisa! jangan menghasutku," kesal Dimas.
Lisa kesal lalu keluar dari kamar. Dia mengadu kepada mertuanya. "Ayah, ibu ... apa aku salah meminta Dimas membalas Anna?"
Dimas yang juga sudah berada di ruang keluarga mendelik akan sikap Lisa. Istrinya itu malah mengadu kepada orang tuanya. Ayah dan ibu Dimas melotot kepada putranya.
"Dimas ... yang Lisa katakan itu memang benar. Istrimu itu harus di hajar agar mulutnya tidak sembarangan berkoar," kesal ibu Dimas.
Dimas langsung saja pergi keluar rumah. Dia malas harus berdebat kembali dengan orang tua serta istrinya. Dimas melajukan mobilnya menuju rumah Anna. Dia juga kesal akan sikap Anna yang telah membongkar aib rumah tangganya sendiri.
Dimas sampai di perkarangan rumah Anna. Dia langsung saja masuk ke dalam rumah. Terlihat Anna yang sedang mewarnai kuku tangannya.
Anna diam saja melihat kedatangan Dimas. Dia sudah tahu pasti Dimas akan membahas kejadian di rumah mertuanya.
"Puas kamu ... apa kamu tidak punya malu. Kamu membongkar semua aib rumah tangga kita," kesal Dimas.
Anna berdecak. "Aib rumah tangga? aku merasa yang aku katakan memang benar adanya. Kamu memang tidak adil, kan?"
"Tidak seharusnya kamu mengatakan hal itu di depan semua tamu yang hadir," hardik Dimas.
Anna bersedekap dada. "Oh ... jadi aku harus diam saja, saat istri muda serta ibumu menghina dan mempermalukan diriku, begitu yang kamu mau?"
Dimas terkesiap akan ucapan dari Anna. "Bukan begitu Ann ... kamu sendiri tahu, di sana ada banyak tamu. Lebih baik diam saja daripada memperkeruh suasana."
"Seperti yang kamu lakukan. Aku di hina tapi tidak sedikit pun kamu membelaku. Kamu kira aku ini patung. Yang bisa di sakiti dan di pukuli hanya diam saja?" hardik Anna.
Anna mengacungkan jari dan mengerakannya ke kiri dan ke kanan di hadapan Dimas. "Aku bukan wanita alim yang kamu kira. Aku akan membalas setiap rasa sakit yang kamu torehkan di hatiku."
Anna langsung melangkah pergi ke kamarnya. Dia meninggalkan Dimas yang masih terpaku di tempatnya. Dimas terduduk di kursi sofa. Dia menengadahkan kepalanya di atas bahu kursi.
"Ann ... kenapa hubungan kita menjadi begini," lirih Dimas.
Cukup lama Dimas duduk termenung di kursi sofa. Dia melihat ke atas kamar Anna. Dimas menaiki anak tangga menuju kamar. Dia membuka pintu kamar Anna.
Terlihat Anna sudah tertidur dengan memeluk bantal guling. Dimas ikut berbaring di samping Anna. Dia juga memeluk istrinya itu.
Dimas hendak memejamkan matanya. Namun ponselnya berdering. Itu panggilan dari Lisa yang menyuruhnya untuk pulang. Dimas beranjak turun dari ranjang kasur. Dia keluar dari rumah Anna dan kembali menemui Lisa.
Anna bangkit dari tidurnya. Dia terbangun saat Dimas tadi memeluknya. Anna mengira Dimas akan menginap di tempatnya. Sekali lagi itu hanya khayalan Anna. Dimas tetap memilih Lisa.
...****************...
Di pagi harinya, pesawat telah mendarat dengan selamat. Reyhan dan Diki keluar dari pesawat pribadi tersebut. Keduanya juga sudah di sambut oleh para bawahan mereka.
Pintu mobil sudah di buka oleh salah satu bawahan. Diki dan Rey masuk ke dalam mobil. Diki sudah duduk di bagian kemudi. Di susul oleh Rey yang duduk di sampingnya.
"Rey ... kita mau kemana dulu?" tanya Diki.
"Ke kantor Dion ... aku mau lihat langsung wajah Dimas," jawab Rey.
Diki lalu melajukan mobilnya menuju perusahaan Dion. Rey ingin menatap langsung wajah dari rivalnya itu. Seperti apa wajah Dimas ketika di lihat dari jarak dekat.
Mobil telah sampai di depan kantor bertulisan DCORP. Rey dan dan Diki keluar dari dalam mobil. Satpam menunduk melihat kedatangan Rey dan Diki.
Karyawan wanita juga mulai berbisik-bisik melihat kedatangan dua pemuda tampan di kantor mereka. Lisa yang masih bekerja juga turut menatap kagum Reyhan.
"Lis ... kamu lihat pria itu. Dia itu pria sukses saat ini," ujar salah satu teman kerja Lisa.
"Aku tahu dia itu Reyhan. Pria itu memang sangat mempesona," ucap Lisa.
Reyhan dan Diki sudah di sambut oleh sahabatnya. Dion mempersilakan Rey dan Diki masuk ke dalam ruangannya.
"Rey ... apa kamu ada masalah dengan Dimas?" tanya Dion yang telah duduk di sofa.
"Rey itu pacar istri Dimas," sahut Diki.
"Apaaa ... Anna pacarmu?" kaget Dion.
Anna, dulunya adalah salah satu karyawan Dion. Itu sebabnya Dion tahu siapa itu Anna.
"Kamu letakan Dimas di bagian keuangan. Aku akan menanam saham di perusahaanmu," ucap Rey.
"Rey ... kamu mau jadi pebinor?" tanya Dion.
"Memangnya kamu tidak tahu, kalau Dimas telah menikah dengan Lisa," ucap Diki.
"Lisa siapa?" tanya Dion.
"Karyawanmu sendiri," kata Diki.
"Hah ... apa yang mereka lakukan. Aku sudah membuat peraturan agar tidak ada yang menikah dengan teman satu kantor," marah Dion.
"Biarkan saja," ucap Rey.
"Dion ... panggil Dimas kesini. Tuan Reyhan ingin bertemu dengannya," ujar Diki.
Rey melempar bantal sofa ke wajah Diki. Sahabatnya itu senang sekali menggoda dirinya. Dion lalu menelepon sekretarisnya untuk menyuruh Dimas agar ke ruangan kantornya.
Dimas masuk ke dalam ruangan atasanya. Dia menunduk hormat kepada tiga pria yang tengah duduk di sofa.
"Dimas ... kamu sudah tahu siapa beliau, kan?" ucap Dion yang menunjuk Reyhan.
"Sudah Pak ... siapa yang tidak mengenal beliau," ucap Dimas.
"Tuan Reyhan akan menanamkan modalnya di perusahaan kita. Dan kamu akan menjadi manager keuangan," ucap Dion.
Dimas kaget mendengarnya. "Saya naik jabatan, Pak?" tanya Dimas.
Reyhan beranjak dari duduknya. Dia menepuk-nepuk pundak Dimas. "Aku sudah mendengar kinerjamu di perusahaan ini. Kamu pantas untuk posisi ini."
"Terima kasih Pak Dion dan Tuan Reyhan," ucap Dimas.
Dimas keluar dari ruangan Dion. Dia sangat senang akan kabar ini. Penghasilannya akan semakin besar. Dia tentu bisa memberi nafkah untuk kedua istrinya.
Selepas Dimas pergi, Rey tertawa. "Hahaha ... nikmati saja ini semua."
"Dasar licik," ucap Dion.
"Bucin akut," ucap Diki.
TBC
Dukung Author dengan vote, like dan juga koment.