NovelToon NovelToon
JAEWOO WITH LOVE FANFICTION

JAEWOO WITH LOVE FANFICTION

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Berondong / Ketos / Dosen / Poligami / Mafia
Popularitas:3k
Nilai: 5
Nama Author: Withlove9897_1

kumpulan fic Jaewoo

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Withlove9897_1, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

[Hoc Est Homo] Parte 006

...* * *...

Bel yang dipasang di pintu convenient store berbunyi, mengisyaratkan ada pelanggan yang datang. Laki-laki yang bekerja paruh waktu dan sedetik lalu masih terkantuk-kantuk itu buru-buru menegakkan badannya.

"Selamat datang," Pekerja paruh waktu itu memaksakan suaranya yang serak terdengar sambil mencuri pandang ke arah jam yang berdetik di belakangnya.

Matanya menyipit, jam setengah dua belas. Waktu yang cukup aneh untuk seorang pemuda SMA seperti pelanggan yang baru saja masuk ini untuk pergi ke convenient store.

"Permisi, apa ada yang bisa saya bantu?" Bermaksud menyenangkan hati pelanggan, pekerja paruh waktu itu berjalan mendekat ke rak sebelah selatan, tempat pemuda SMA itu menyibukkan dirinya mencari sesuatu.

Mendengar suara si pekerja paruh waktu, si pemuda menegakkan badannya.

"Aku mencari pil tidur, apa toko ini punya?"

Dan tepat ketika itu, si pekerja paruh waktu sadar, dia tahu siapa pemuda ini.

"Ah. Kau yang ada di foto kemarin."

Jaehyun mengerjap menatap pekerja paruh waktu didepannya yang sedang tersenyum lebar seolah mengatakan 'Aku tahu siapa kau'.

Jaehyun menatap pekerja paruh waktu di depannya dari ujung kaki sampai kepala. Pekerja paruh waktu ini terlalu tua untuk jadi siswa di sekolahnya, jadi tahu darimana dia tentang foto itu?

"Ah, maaf aku tidak sopan. Pacarku satu sekolah denganmu. Dan tempo hari, dia heboh menunjukkan fotomu bersama seseorang. Jadi aku sedikit kaget tiba-tiba bertemu denganmu malam ini."

Yeah, anggap saja Jaehyun peduli tentang semua itu. Pada akhirnya ia hanya berkata "Oh," dan kembali mencari pil tidur.

Ada yang lebih penting dari masalah pacar orang didepannya yang ternyata satu sekolah dengannya, akhir-akhir ini Jungwoo menjadi semakin aneh.

Ada sesuatu yang sedang disembunyikannya, Jaehyun tahu. Dan… Damn! Bahkan sekarang Jaehyun tidak memiliki cukup konsentrasi untuk menemukan pil tidur yang diinginkannya.

"Kalau tidak keberatan, apakah anda punya pil tidur?"

"Tidak bisa tidur karena memikirkan masalahmu, huh?" Pekerja paruh waktu itu kembali bertanya. Sok kenal sok dekat dengannya, dan Jaehyun benci itu.

"Yeah." Jaehyun menjawabnya ogah-ogahan dan bersyukur ketika pekerja paruh waktu itu bergerak, mengambil sesuatu di sudut yang tidak bisa dilihatnya lalu memberikannya pada Jaehyun.

Bagus, dia sudah mendapatkan pil tidurnya. Jadi dia bisa pulang, dan tidur dengan tenang tanpa memikirkan apapun yang bisa membuat kepalanya sakit.

Jaehyun sudah akan keluar ketika pekerja paruh waktu itu berkata lagi.

"Kau dan pacarmu, sudah sejauh apa kalian melakukannya?"

Jaehyun berhenti, hanya untuk menatap pekerja paruh waktu itu dengan tatapan tidak suka.

"Jangan salah sangka, aku tidak bermaksud jelek. Sudah kukatakan kan, kalau pacarku satu sekolah denganmu? Dia sering cerita padaku tentang… yah, kau dan seseorang bernama Kim Jungwoo." Katanya lagi, makin membuat Jaehyun tidak mengerti apa maksudnya.

"Lalu, apa maksud anda?"

Mendengar nada sinis Jaehyun, pekerja paruh waktu itu tergelak.

"Aku sudah bilang aku tidak bermaksud jelek. Dengar, pacarku laki-laki, jika itu membuatmu merasa lebih baik. Kau dan aku kurang lebih sama, aku hanya ingin membantumu." Katanya lagi sambil menepuk bahu Jaehyun.

Dan baru kali itu Jaehyun mengangkat alisnya, sedikit tertarik.

"Ten sering bercerita padaku tentangmu. Kurasa dia simpati padamu dan Jungwoo, karna kudengar seluruh sekolah sudah tahu tentang foto itu."

"Well, sampaikan terimakasih pada pacarmu karna mengkhawatirkan kami. Tapi aku dan Jungwoo tidak terlalu memikirkannya, insiden foto itu maksudku." Jawab Jaehyun, membuat pekerja paruh itu mengangguk lalu menyeringai.

"Sebentar, aku punya sesuatu untukmu."

Pekerja paruh waktu itu berbalik, membuka tasnya dan mengaduknya sebentar, lalu kembali sambil melempar sesuatu ke arah Jaehyun.

Jaehyun menangkapnya dan mengamatinya sebentak. Sesuatu seperti botol semprot.

"Apa ini?" Tanya Jaehyun sambil mengamati benda asing di tangannya.

"Sudah kuduga. Kau dan pacarmu belum sejauh itu, huh?" Pekerja paruh waktu itu tertawa.

"Bawa pulang saja kerumah, tunjukkan pada pacarmu, biar dia yang menjelaskan padamu. Kalau kau butuh bertanya tentang sesuatu, jadwal kerja paruh waktuku setiap hari senin, rabu, dan akhir pekan."

Jaehyun benar-benar tidak mengerti apa yang sedang orang ini bicarakan, tapi entah kenapa dia merasa benda ini penting.

Jadi mungkin Jaehyun akan menyimpannya dan menanyakan pada Jungwoo ketika mereka bertemu.

"Siapa namamu?" Tanya Jaehyun Akhirnya.

"Johnny," Katanya.

"Johnny Suh"

...* * *...

Anak itu tampak senang bermain dengan tumpukan balok mainan di ruang makan saat tiba-tiba berita itu muncul begitu saja.

Dia masih terlalu kecil, dia bahkan tidak mengerti apa arti dari kata 'meninggal' yang diucapkan berkali-kali oleh kerabatnya.

"Kakak, ada apa?" Anak itu menatap kakak laki-lakinya.

"Ayah dan Ibu, kenapa?"

Kakak laki-lakinya hanya menggeleng, sama tidak mengerti seperti dirinya. Yang anak itu tahu adalah pamannya yang tiba-tiba mengelus rambut kakaknya dengan iba.

"Mulai sekarang kalian tinggal bersama kami."

...* * *...

"Jungwoo… hei,"

Jaehyun menyentak, membuat pemuda itu mengerjapkan matanya bingung, sadar dari segala lamunan yang akhir-akhir ini terus mendatanginya.

Dia mengacuhkan Jaehyun yang dari tadi ada di depannya. Mereka ada di kantin. Sudah dua minggu sejak insiden foto itu berlalu. Seiring berlalunya waktu, masalah seperti itu memang akan terlupakan, tapi tetap saja kadang ada orang yang masih menatap mereka dengan tatapan aneh.

"Kau pulang jam berapa, nanti?"

Jungwoo mendengar pertanyaan Jaehyun. Tapi ia menggumam, menandakan kalau dia pulang seperti biasa.

Dan Jungwoo tahu setelah itu apa yang pasti akan terjadi.

Seperti biasa Jaehyun akan mengantarnya pulang, berjalan bersisian disepanjang jalan menuju kerumahnya.

Kadang membicarakan apa yang bisa dibicarakan, tapi lebih sering mereka tidak berbicara apapun. Kemudian mereka berdua akan berhenti di depan rumah Jungwoo, dan saling mengucapkan sampai jumpa esok hari. Selalu seperti itu selama dua minggu ini.

Dia laki-laki, dan sudah lama dia tidak menyukai seseorang sebesar ini. Jadi kalau Jungwoo bilang dia tidak mengharapkan apapun, dia berbohong. Dia ingin tahu segala hal tentang Jaehyun. Seperti bagaimana ekspresinya ketika… yah, kau tahu maksud Jungwoo.

Tapi sayangnya, Jungwoo tidak berani terlalu berharap. Jaehyun bukan gay seperti dirinya. Jaehyun hanya kebetulan menyukainya. Hanya kebetulan. Jungwoo menekankan kata-kata itu lagi.

Ah sial, Jungwoo benci menjadi orang yang lemah. Dia benci mengakui kalau dadanya selalu sakit saat memikirkannya. Dia benci mengakui kalau dia terlalu melankolis untuk masalah seperti ini.

...* * *...

Jaehyun melebarkan matanya ketika menatap penjelasan panjang di monitor komputer rumahnya tentang botol yang Johnny berikan padanya beberapa hari lalu.

Sore akhir pekan ini dia tidak melakukan apapun, jadi dia pikir dia akan mencari tahu tentang apa sebenarnya botol yang diberikan Johnny lewat internet sebelum menanyakannya pada Jungwoo.

Dan Jaehyun benar.

Pelumas terbaik untuk pasangan gay, meningkatkan kehidupan seks Anda dan pasangan menjadi pengalaman yang tak akan terlupakan!

Jaehyun bahkan tidak sanggup membaca kelanjutan dari iklan botol yang sekarang ada di tangannya.

Oh, dia akhirnya tahu apa itu. Dan Jaehyun bersumpah tidak akan melihat cermin sepanjang sisa sore ini. Terlalu memalukan melihat wajahnya sendiri yang memerah. Hell, dia tahu pasti, wajahnya pasti merah sekarang.

Damn!

Jaehyun menatap benci kearah botol yang sudah dia buang ke tempat tidurnya. Bukan karena Jaehyun tidak mau, tapi karena ia tidak pernah memikirkan itu sebelumnya. Dan sekarang, Jaehyun seperti disadarkan secara paksa.

Dia dan Jungwoo berkencan, dan Jungwoo laki-laki.

...* * *...

Apa yang bisa dilakukan oleh orang seperti Jungwoo di malam akhir pekan selain diam di rumah dan malas-malasan?

"Aku sudah berhenti meladeni orang seperti kau." Jungwoo berbicara ditelepon sambil mengambil beberapa kacang di toples untuk dimakan. Dari teman laki-laki nya dulu.

"Kejam sekali, orang sepertiku juga bisa jatuh cinta kan."

Kali ini Jungwoo berbicara sambil menekan tombol on di remote televisi yang kebetulan ada disampingnya.

Sejujurnya, Jungwoo sendiri lupa siapa laki-laki yang meneleponnya ini dan tiba-tiba meminta bertemu untuk berkencan. Ah, ia memang seburuk itu. Dia sendiri lupa siapa saja laki-laki yang pernah dia kencani.

"Yah, silahkan tertawa. Jadi apa kau sudah selesai? Aku benar-benar sudah berhenti, tunggu, ada telefon masuk. Dah."

Dan Jungwoo cepat-cepat menutup teleponnya. Damn! Dia benar-benar tidak tahan dengan telefon semacam itu. Tentu saja, soal telefon masuk tadi, Jungwoo juga berbohong

Jungwoo berkeringat setelah membersihkan rumahnya seharian, jadi ia mengikat rambutnya yang sedikit panjang keatas dengan karet yang baru dia temukan. Dan ketika itu dia sadar, ada pesan masuk ke ponselnya.

Aku dalam perjalanan kerumahmu.

Jungwoo tersedak ludahnya sendiri. Apalagi ketika sadar kalau seseorang yang mengirim pesan itu adalah Jaehyun.

Jungwoo buru-buru membalasnya dengan 'Kenapa tiba-tiba?' dan belum sempat mengecek apakah sudah terkirim atau belum, bel dirumahnya keburu berdering.

Sial.

Jungwoo memaki dalam hati lalu buru-buru turun kebawah, melewati beberapa anak tangga dan berhenti tepat di pintu depan dengan terengah-engah.

Dia mengatur nafasnya dahulu sebelum mengintip lewat celah kecil di pintu.

Jungwoo melebarkan matanya, dia melihat Jaehyun berdiri di depan pintu dengan kaus kasual dan celana jins. Dia tidak pernah melihat Jaehyun dengan dandanan seperti itu. Jungwoo bersumpah, jantungnya berhenti untuk sesaat.

Jungwoo menggaruk kepalanya kesal sambil mondar-mandir di depan pintu, bingung harus melakukan apa. Ia merasa konyol, dia bisa sebegini tidak karuan hanya karena Jaehyun sedang berada di depan pintunya sekarang.

Aaaah, Sialan.

Akhirnya, setelah menarik dan membuang nafas beberapa kali, Jungwoo membuka pintunya. Dan yang pertama kali dilihat ia adalah, Jaehyun yang menegakkan kepala menatapnya.

"Aku mengganggu?" Tanyanya.

Jungwoo mematung sejenak kemudian sadar dan menggeleng lalu melebarkan pintunya, membiarkan Jaehyun masuk lewat celah itu.

"Aku baru membaca pesanmu, ada apa?" Tanya Jungwoo setelah menutup pintu.

Jungwoo berbalik dan mendapati Jaehyun sedang memperhatikan bagian dalam rumahnya.

"Cukup besar untuk kau tempati sendirian," gumam Jaehyun. Jungwoo menghela nafasnya tidak sabar.

"Dilantai satu hanya ada lorong dan kamar-kamar sempit, tidak ditempati siapapun dan jarang dibersihkan. Kamarku diatas." Kata Jungwoo menunjuk tangga kayu diujung lorong lalu kemudian berdehem karena menyadari sesuatu.

"Maksudku—"

Jungwoo tidak sempat menyelesaikan kata-katanya karena Jaehyun sudah keburu berjalan menuju tangga, membuat ia tergopoh mengikutinya.

"Kau mau kemana?" Jungwoo meniti anak tangga dan terbentur punggung Jaehyun yang tiba-tiba berhenti.

"Kau bilang kamarmu di atas." Ucap Jaehyun.

Jungwoo melongo, memaksa otaknya untuk mencerna semua informasi yang terlalu tiba-tiba.

Belum komplit otak Jungwoo mencerna, dia mendengar suara

Jaehyun menahan tawa.

"Maaf malam-malam tiba-tiba mengagetkan. Kau sudah membereskan kamarmu? Kalau belum, cepat bereskan dulu, daripada aku terlanjur masuk dan melihat hal yang seharusnya tidak kulihat." Jaehyun mengangkat sudut bibirnya, menggoda Jungwoo yang pipinya langsung memerah tanpa bisa dicegah.

Laki-laki ini tahu bagaimana menggodanya. Tapi sayangnya dia bukan perempuan, tidak ada benda-benda yang perlu disembunyikan atau—pipi merah Jungwoo berubah pucat tiba-tiba. Teringat benda yang masih ada di samping tempat tidurnya.

"Tunggu disini. Jangan masuk dulu, oke?" katanya dan berderap menaiki anak tangga dan membuka pintu kamarnya.

Kamarnya tidak berantahkan, terimakasih pada dirinya sendiri yang membereskan rumah seharian. Tapi bukan itu yang dikhawatirkan Jungwoo, melainkan sebuah figura yang berdiri di meja samping tempat tidurnya.

Jungwoo bersyukur dia ingat tentang ini.

...***...

"Tunggu disini. Jangan masuk dulu, oke?" dan Jaehyun melihat Jungwoo buru-buru naik.

Setelah memastikan Jungwoo sudah masuk kekamarnya, Jaehyun menghela nafasnya. Dia lalu duduk di salah satu anak tangga, menunggu sambil menundukkan kepalanya.

Jaehyun tidak tahu apa yang dipikirkannya. Sejak kenal Jungwoo, dia hampir selalu melibatkan dirinya pada hal-hal yang rumit. Termasuk saat ini.

Apa yang dia pikirkan saat memutuskan ke rumah Jungwoo tadi? Dia tidak menyiapkan apapun. Dia juga tidak tahu apa yang akan dia lakukan. Jaehyun cari mati apa ya?

Dan Jungwoo, apa-apaan penampilannya itu? Jujur, di pintu depan tadi, saat pertama kali Jaehyun melihat Jungwoo, dia setengah mati mencoba bersikap biasa. Kaus kedodoran, celana selutut, rambut nya yang diikat sedikit keatas terkesan lucu, dan matanya yang melebar.

Jaehyun makin menundukkan wajahnya.

"Sudah selesai, kau boleh masuk." Suara Jungwoo membuat Jaehyun tegak, Jaehyun memijat kepalanya.

Oke, selesaikan apa yang kau mulai. Serunya pada diri sendiri kemudian berdiri, meniti anak tangga menuju kamar Jungwoo.

Jaehyun sampai di anak tangga terakhir dan ketika dia menoleh ke arah kiri, dia sudah bisa menemukan Jungwoo yang berdiri di sebuah pintu yang terbuka lebar.

Jaehyun menatap kagum pemandangan di depannya.

"Ada apa? Tidak masuk?" Tanya Jungwoo bingung.

Jaehyun tersadar lalu memaksa kakinya untuk masuk ke kamar yang didominasi warna Maroon yang mencolok mata. Tempat tidur, bedcover, tirai jendela, vas bunga diatas televisi dengan bunga mawar didalamnya.

"Kau… benar-benar pecinta warna maroon, ya." Jaehyun setengah mengagumi, melirik Jungwoo yang tersenyum setelah menutup pintu. Dia kemudian menebar pandangan ke seluruh sudut kamar dan akhirnya duduk pada pinggiran tempat tidur Jungwoo karena tidak menemukan kursi lain disana.

"Well, aku sudah mengatakannya padamu." Jawab Jungwoo tetap berdiri di dekat pintu. Jaehyun menatapnya lurus.

Ditatap oleh Jaehyun tanpa kata-kata seperti ini membuat Jungwoo ingin mati saja.

Tebak apa yang dia lakukan? Hanya berdiri didepan pintu menyaksikan Jaehyun duduk di pinggiran tempat tidurnya.

"Kenapa diam disitu?" Tanya Jaehyun membuat Jungwoo merasa ingin berteriak dan menjambak rambutnya.

Jadi untuk menahan keinginannya barusan, Jungwoo menyibukkan diri dengan mengambil dua jus jeruk kalengan di dalam kulkas di sebelah televisi dan memberikan salah satunya pada Jaehyun. Ia sendiri duduk di sampingnya.

"Kau sendiri kenapa tiba-tiba datang kerumahku? Ini sudah malam," Jungwoo berkata sambil menatap kakinya sendiri yang tergantung. Dia baru menyadari, perbedaan tingginya dan Jaehyun.

"Malam ini aku akan menginap dirumahmu."

"Hahh?!" Spontan Jungwoo menatap ke arah Jaehyun dan terbatuk sendiri karena tiba-tiba berteriak.

"Jaehyun, ini tidak lucu!" Kata Jungwoo lagi, marah.

Tapi Jungwoo tidak melihat perubahan ekspresi dari Jaehyun. Ia baru sadar dia berkeringat dingin. Dia tidak pernah mengalami situasi seaneh ini.

Jaehyun selalu serius, Jungwoo harusnya tahu.

"Kau tau apa artinya kan?" Tanya Jungwoo lagi, menyerah.

"Aku tahu"

...TBC...

1
🌸 Airyein 🌸
Buset bang 😭
🌸 Airyein 🌸
Heleh nanti juga kau suka. Banyak pula cerita kau woo
🌸 Airyein 🌸
Bisa bisanya aku ketinggalan notif ini
Novita Handriyani
masak iya tiap kali selesai baca harus ninggalin jejak, Thor. saya hadir ✋️
Novita Handriyani
ngga suka cerita sedih
Novita Handriyani
kayaknya pernah baca nih cerita
kebikusi
astaga cerita ini mau dibaca berapa kali kok tetep bikin berkaca-kaca ya, untung banget punya otak pikunan jadi setiap baca selalu ngerasa kaya buat yang pertama kalinya.. NANGIS
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!