NovelToon NovelToon
Sedingin Hati Suami Tentaraku

Sedingin Hati Suami Tentaraku

Status: tamat
Genre:Tamat / Duda / Kehidupan Tentara
Popularitas:1.8M
Nilai: 4.7
Nama Author: Hasna_Ramarta

Halwa mencintai Cakar Buana, seorang duda sekaligus prajurit TNI_AD yang ditinggal mati oleh istrinya. Cakar sangat terpukul dan sedih saat kehilangan sang istri.

Halwa berusaha mengejar Cakar Buana, dengan menitip salam lewat ibu maupun adiknya. Cakar muak dengan sikap cari perhatian Halwa, yang dianggapnya mengejar-ngejar dirinya.

Cakar yang masih mencintai almarhumah sang istri yang sama-sama anggota TNI, tidak pernah menganggap Halwa, Halwa tetap dianggapnya perempuan caper dan terlalu percaya diri.

Dua tahun berlalu, rasanya Halwa menyerah. Dia lelah mengejar cinta dan hati sang suami yang dingin. Ketika Halwa tidak lagi memberi perhatian untuknya, Cakar merasa ada yang berbeda.

Apakah yang beda itu?
Yuk kepoin cerita ini hanya di Noveltoon/ Mangatoon.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hasna_Ramarta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 12 Senyum Bahagia di Balik Bibir Mertua

    Subuh menjelang, Halwa terbangun. Gema orang mengaji dari mesjid yang letaknya berjauhan sudah mulai terdengar.

   Sejenak ia melihat ke samping kanannya. Tubuh Cakar masih belum ada pergerakan, wajahnya memancarkan kelegaan. Entah karena hal tadi malam, sehingga subuh ini Halwa melihat wajah suaminya begitu adem dan tenang.

   Halwa mencoba bergerak. Namun seketika ada rasa perih yang menggigit persis gigitan semut di daerah vitalnya. Terbayang betapa gagahnya Cakar menguasainya semalam, sampai dua kali permainan. Ketika Cakar meminta untuk ketiga kalinya, dia tidak tega, sebab Halwa menangis dan memohon untuk beristirahat karena rasa sakit di bawah sana luar biasa.

   Halwa bangun menuruni ranjang, rasa perih seperti gigitan semut itu, kini kadang hilang kadang timbul. Tapi dia tidak menunda lagi untuk segera ke kamar mandi dan melakukan mandi besar. Di sana linangan air mata tumpah. Entah apa yang dirasakan Halwa, yang jelas setelah ia utuh telah dimiliki Cakar, bukan rasa bahagia yang dia rasakan. Tapi sedih yang dalam.

   Halwa menyudahi mandinya dan segera keluar kamar mandi. Bersamaan dengan itu, kumandang azan pun mulai diperdengarkan dari mana-mana. Halwa keluar kamar dan lebih memilih sholat di mushola loteng itu.

   "Ya Allah, semoga setelah kejadian tadi malam, Engkau hadirkan cinta dari Mas Cakar untukku. Aamiin." Halwa berdoa setelah menyelesaikan sholatnya. Seperti biasanya setelah sholat Subuh, ia akan berkutat di dapur menyiapkan sarapan dan ngopinya Cakar.

   Sementara itu, Cakar baru saja bangun saat mendengar kumandang azan bersahutan. Tubuhnya terasa enteng dan pegal yang biasa dideritanya kalau bangun tidur, kini seakan sirna. Terlebih ada perasaan lega di dalam dadanya saat membayangkan kejadian tadi malam.

   "Ternyata Halwa masih original. Aku yang pertama kali menyentuhnya," gumamnya bahagia. Juga noda darah yang tertinggal di sepre itu menandakan bahwa Halwa masih perawan, dan dia orang pertama yang berhasil membuka segelnya.

   Cakar berjalan menuju kamar mandi dengan senyum di wajahnya. Terbayang kembali jeritan dan penolakan keras dari Halwa saat tubuhnya dihentak kuat-kuat olehnya menandakan dia sangat kesakitan. Namun, Cakar tidak mengindahkan penolakan dan jeritan Halwa, ia terus berpacu sesuai hasrat yang melandanya.

   "Ternyata gadis caper itu pandai menjaga dirinya. Sungguh diluar dugaan," gumamnya segera membilas semua sabun dan sampo yang memenuhi kulit dan rambutnya.

   Cakar segera menuruni tangga dan menuju dapur. Di sana dia melihat punggung Halwa yang bergerak-gerak di wastafel. Sepertinya Halwa kini sedang mencuci piring.

   Wangi soto kali ini memenuhi ruangan dapur. Seperti biasa, Cakar memang harus sarapan pagi dengan makanan berat, sebab di kantor kadang kegiatan fisik sering dilakukan di pagi hari, sehingga ia butuh asupan karbo.

   "Terimakasih untuk semalam," bisiknya di pinggir pipi Halwa yang seketika memerah. Wanita muda itu tersentak, tanpa dikompromi kedua pipinya merona. Ia benar-benar malu atas kejadian semalam.

   Halwa tidak mengatakan sepatah kata pun, ia sangat malu jika mengingatnya.

   Cakar sudah berada di meja makan sembari memainkan Hp nya. Tanpa lama, Halwa segera mewadahi nasi di piring Cakar, ditambahi balado telur dan sambal.

   "Mas, sotonya mau dipisah atau disatukan?" tanya Halwa meyakinkan.

   "Lakukan saja seperti biasa," jawabnya masih datar, padahal semalam dia begitu lekat dan menikmati setiap lekuk tubuh Halwa. Halwa patuh, lalu menaruh sop di wadah lain. Mereka makan diam tanpa kata seperti hari biasanya.

   Setelah sarapan, Cakar bangkit dan bergegas meninggalkan ruang makan. Halwa mengikuti Cakar dan seperti biasa mengantar kepergian suaminya dari muka pintu.

   Cakar berhenti di sofa ruang tamu, dia memakai sepatu olah raga di sana. Kebetulan hari Jumat, memang jadwalnya olah raga. Cakar nampak mengenakan sepatu pemberian Halwa. Halwa senang, dalam hati ia berpikir mungkin ini pertanda kalau cinta mulai tumbuh di hati Cakar.

   "Mas Cakar," sapanya seraya meraih tangan Cakar untuk disalimnya. Ini kali pertama lagi Halwa berani meraih tangan Cakar dan menciumnya.

   Setelah itu, Cakar pergi tanpa pamit. Halwa tadinya berpikir kalau Cakar akan pamit dan mengucap salam. Halwa hanya mampu mencelos menatap Cakar yang kali ini pergi bekerja dengan mobilnya kembali.

  Mobil Cakar pergi dengan tatap nanar dari Halwa. Halwa segera membalikkan badan, diapun harus segera bersiap untuk pergi bekerja.

   Sebelum bekerja, seperti biasa ia merapikan kamar dan menyapu lantai. Alangkah terkejutnya Halwa, saat ia mengangkat selimut bekas tidur semalam, di atas sepre itu terdapat bercak darah segar. Halwa segera membongkar dan terpaksa mengganti sepre itu yang padahal baru seminggu diganti.

   Setelah kamar sudah kembali rapi dan wangi serta dandanannya rapi, Halwa keluar, tidak lupa sepre dan sarung bantal juga selimut itu dibawanya ke bawah menuju ruang cuci baju.

   Tiba di bawah tangga, pintu rumah terdengar diketuk. Halwa melepaskan sejenak keranjang yang berisi sepre dan selimut kotor bekas semalam. Dengan cepat ia memburu pintu.

   "Ibu," kagetnya saat melihat siapa yang datang. Rupanya Bu Fajarani beserta Bi Rona dan Mang Dani.

   "Assalamualaikum Halwa, kamu pasti mau berangkat kerja."

   "Waalaikumsalam, Bu. Iya, nih Bu, Halwa baru saja mau berangkat. Tapi masih ada setengah jam lagi untuk bersantai di rumah.

   "Masuk Bu. Bi Rona dan Mang Dani, masuk Bi, Mang." Bu Fajarani masuk diikuti kedua pembantunya.

   "Ibu duduklah dulu, biar Halwa ambilkan minum."

   "Tidak usah Halwa, biarkan nanti kami sendiri yang ambil minum. Duduklah dulu, ibu mau cerita sedikit masalah Bi Rona dan Mang Dani yang sempat ibu singgung dihari kepulangan kalian dari bulan madu kala itu," ujar Bu Fajarani mencoba mengingatkan Halwa pada pembicaraan sebulan lebih yang lalu.

   "Iya, Bu. Padahal tidak usah merepotkan Bi Rona dan Mang Dani. Halwa masih sanggup membersihkan rumah dan membersihkan taman. Setiap Minggu Halwa membersihkan taman, jadi taman saat ini tidak terlalu banyak rumputnya," jelasnya sudah bisa menebak maksud kedatangan Bi Rona dan Mang Dani ke rumah Cakar.

   "Kamu jangan khawatir. Meskipun kamu sudah menyelesaikan pekerjaan rumah ini tiap hari dengan baik, tapi jangan larang ibu untuk tetap datangkan Bi Rona dan Mang Dani, untuk membersihkan rumah dan taman bunga di sekitar rumah ini."

   "Halwa jadi merepotkan Ibu, terutama Bi Rona dan Mang Dani," ujar Halwa basa-basi, ia sungguh merasa tidak enak dengan perhatian Bu Fajarani yang mendatangkan dua asistennya untuk beres-beres di rumahnya.

   "Sudah, sebaiknya kamu berangkat kerja. Biarkan Bi Rona dan Mang Dani menjadi tanggung jawab ibu," suruh Bu Fajarani.

   "Tapi, Bu." Halwa merasa tidak enak dengan semua rencana mertuanya, dan ia langsung terdiam ketika jari telunjuk Bu Fajarani menempel di bibirnya.

   "Kalau begitu Halwa terserah Ibu saja. Tapi mohon maaf, terpaksa Halwa tinggal karena Halwa harus bekerja."

   "Kamu pergi saja, urusan rumah jangan kamu pikirkan," ujar Bu Fajarani dengan wajah yang tulus. Karena Halwa harus bekerja, sebelum berangkat ia bergegas meraih keranjang tadi untuk diantar ke tempat cuci baju. Setelah itu dia berpamitan pada ibu mertuanya untuk bekerja.

   "Halwa pamit, ya, Bu. Maaf sudah merepotkan Ibu, Bi Rona maupun Mang Dani. Assalamualaikum." Halwa berpamitan tidak lupa mencium tangan mertuanya.

   Seperginya Halwa, Bu Fajarani langsung memberi arahan pada kedua asistennya untuk segera melaksanakan tugas yang telah diperintahkan tadi.

   Sementara Bu Fajarani bergegas menuju dapur, melihat suasana dapur yang memang sudah rapi. Dalam hati Bu Fajarani memuji kalau menantunya ini memang rajin dan pandai memasak.

   Lalu kini Bu Fajarani menyisir kamar mandi dan ruang cuci baju. Bu Fajarani merasa terketuk untuk mencucikan baju-baju kotor yang berada di keranjang baju kotor. Pakaian itu tidak banyak ditumpuk, sepertinya Halwa memang tidak membiarkan pakaian kotor menggunung baru dicuci.

   Satu persatu baju kotor itu dimasukkan ke dalam mesin cuci termasuk sepre putih yang Halwa letakkan tadi di ruang ini. Bu Fajarani membeberkan sejenak sepre itu. Secara tidak sengaja, Bu Fajarani menemukan bercak darah masih baru.

   "Sepertinya ini masih baru. Ya ampun, sepertinya Cakar baru tadi malam memberikan nafkah batinnya untuk Halwa. Semoga saja sejak kejadian itu, Cakar bisa mencintai Halwa dengan tulus," harapnya seraya menyunggingkan senyum bahagia.

1
Nenie Chusniyah
luar biasa
Nasir: Makasih Kak...
total 1 replies
Maizaton Othman
wahhh..benar nih halwa orgnya,kan nama panjang nya halwa Azizah
Nasir: Heheh... iya Kak. Lanjut ya. 🥰🥰🥰
total 1 replies
Sandisalbiah
iru krn Cakar udah tau boroknya Seli..voba kalau gak.. helehh.. tetep bulol dia ke Seli..
Sandisalbiah
ini readers masih sakit hati dgn perlakuan Cakar kepada kamu, lho Halwa.. jgn kamu jadi penghianat yg langsung meleleh dan menerima si Cakar macan itu ya.. awas lhoo...
Sandisalbiah
Cakar yg belum oernah di cakar.. nyatanya emang manusia munafik yg egois tingkat dewa...
Sandisalbiah
surig Halwa menjaga marwahnya tp dia sendiro.. hais.. pengen santet si Cakar... terus cakar sampe lecek itu mukanya..
Sandisalbiah
jika pun tdk bisa menerima pernikahanya dgn Halwa tp gak harus bermulut tajam kan.. Cakar... seorang aparat tp gak bisa menjaga sikap ke istri...
Sandisalbiah
namanya Cakar tp mulutnya yg tajam.. awas aja nanti jd bucin...
Sandisalbiah
aku kira salah baca nama.. CAKRA jd CAKAR... ternyata... 🤭🤭
Nasir: Sama2 Kak...
Sandisalbiah: Aamiin.. begitu pun dirimu Thor.. semoga selalu sehat dan makin sujses..
total 3 replies
⋆.˚mytha🦋
klu gua jadi halwa, gua kasih kado kopi yg udah gua kasih sianida biar dia koid sekalian 😤
Nasir: Iya Kak... gpp....
⋆.˚mytha🦋: sebbel ke ubun² kak thor, so bgt ganteng si cakar ayam 😪
total 3 replies
Tri Yuli
Luar biasa
Nasir: Trmksh byk Kak...
total 1 replies
Hazelnutlatteice🪷
Semoga kak author sehat selalu dan buat para raider sehat” dan murah rezeki biar bisa selalu nge gift setiap karya kak author🥰
Nasir: Makasih banyak Kakak. 🥰🥰🥰🥰
total 1 replies
Mahanie Mutalib
Luar biasa
Nasir: Mksh Kak..
total 1 replies
@Al🌈🌈
/Good/
Nasir: Mksh Kak...
total 1 replies
Vira Vivian
Kecewa
Nasir: Jangan lupa like Kakak syantik.
total 1 replies
Vira Vivian
Buruk
Nasir: Lanjut Kak bacanya, jangan lupa like ya.
total 1 replies
Ntoonreaderlover
Lah blm jg 1 hri full brjumpa kmbali dgn istrinya yg katanya udah cinta tp kok udah brbuat kasar lg ya
Ntoonreaderlover
Nahkan ketahuan bgt Dia mau Halwa cuma krn butuh bkn krn cinta.. Prett
Ntoonreaderlover
ya bahagialah namanya lg cinta buta
Ntoonreaderlover
Ciri² ipar yg bagus disleding,, udah tau kakaknya salah msh aja dibela
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!