Gairah Liar Sang CEO Gembel

Zoya tidak bisa berbuat apa-apa, selain menyembunyikan wajahnya di dada bidang Raka.

Raka terus berjalan sambil tersenyum bahagianya, karena Zoya sudah ada di gendongannya.

"nan kita sudah sampai,"kara Raka saat sampai ke sebuah kamar.

"ini kan...."kata Zoya terkejut.

"benar, di kamar ini aku di tinggal sendirian oleh seorang gadis setelah merampas ke perjakaan milikku."

"bukannya terbalik, aku yang menyerahkan kesucianku sama seorang gembel."

"tapi sayangnya itu juga hal pertama untukku."

"bohong, kamu itu seorang duda, pasti sudah sering melakukan hal itu kan."

"enggak, aku belum pernah melakukan hal itu, jujur."

"benarkah, lalu kenapa waktu itu bisa membuat badanku terasa remuk."

"aku juga enggak ngerti, yang jelas saat bersama kamu gairahku bangkit."kata Raka sambil memandang ke arah lain.

"aneh sekali, itu tidak mungkin. apa lagi mantan kamu itu cantik dan seksi, gak mungkin kamu gak bergairah melihat dia."

"kamu benar, tapi aku sama sekali tidak bergairah saat melihat wanita itu."

"benarkah, aku rasa itu tidak mungkin."

"oh begitu, apa kamu penasaran."

"enggak, ah sudahlah aku mau pulang saja."kata Zoya yang segera berbalik untuk keluar dari kamar.

"kamu mau kemana Zoya."kata Raka sambil menarik pinggang Zoya.

"lepaskan Raka, aku mau pulang."

"kenapa, apa kamu takut berada di kamar ini."

"enggak, siapa bilang aku takut. Aku cuma mau pulang saja."

"sayangnya aku belum mengizinkan kamu pulang Zo."

"memangnya aku butuh izin untuk pulang, memangnya kamu itu siapanya aku."

"kamu ibu dari anak-anakku, dan kamu juga adalah istri sah ku."

"apa maksudnya itu, lagi pula kapan aku menikah dengan kamu."

"kamu lupa, atau pura-pura lupa."

"memangnya apa yang harus aku ingat."

"oh begitu, baiklah ayo kita reka ulang kejadian enam tahun lalu, bagaimana."

Raka menarik pinggang Zoya dalam dekapannya, dan tanpa apa-apa Raka mencium bibir Zoya.

"bagaimana, sudah mulai ingat belum."

"ingat apa Raka."kata Zoya yang tidak bisa lepas dari pelukan Raka.

"baiklah, akan aku ceritakan, malam itu ada seorang gadis mengajakku untuk melakukan hal itu, dan aku bilang enggak mau karena kamu bukan istriku.

eh malah dia membuat surat pernyataan kalau dia adalah istriku."

"tidak itu tidak sah, karena saat itu aku sedang mabuk ups."kata Zoya sambil menggigit bibir bawahnya.

"oh jadi sudah ingat ya,"

"enggak, aku gak ingat."

"oh begitu, berarti harus melakukan reka adegan sesi ke dua."kata Raka sambil menghimpit tubuh Zoya kedalam pelukannya.

"Raka, hentikan."

"bukankah kamu bilang tidak ingat, karena itu harus diingatkan saat kamu memanggilku suamiku.... Bagaimana."

"Ita iya, aku ingat, jadi berhentilah dan lepaskan aku Raka."

"oh sudah ingat ya, sayangnya pernyataan kamu itu sudah aku daftarkan di pengadilan, jadi kamu adalah istriku sekarang."

"apa, bagaimana bisa kamu melakukan hal itu tanpa persetujuan dariku."

"itu hukuman untuk kamu, karena berani meninggalkan James Raka Johannes di ranjang ini sendirian."

"Raka, tolong lepaskan aku. Lagi pula kamu sudah tau alasanku kan."

"iya aku tau, tapi itu tidak bisa meredam gairah liar yang ada di dalam diriku."

"Raka...."kata Zoya dan di sambut dengan ciuman oleh Raka.

Raka mulai melumat bibir Zoya yang merona, Zoya hanya pasrah.

Dan apa yang di lakukan oleh Raka menghadirkan kenangan saat mereka bergulat di atas ranjang.

"kenapa wajah kamu memerah seperti itu."kata raga sambil menyibakkan rambut Zoya yang menutupi keningnya.

"bukan apa-apa."kata Zoya yang berusaha mengalihkan pandangannya.

"kalau dia tau aku mengingat kembali malam itu, bisa habis malam ini Ku di buat dia."batin Zoya.

"oh gak mau mengaku ya, apa kamu mengingat siapa yang membuatku luar malam itu."kata Raka yang berbisik di telinga Zoya.

"Raka..."kata Zoya berbalik dan bibirnya tanpa sadar menempel tepat di bibir Raka.

Raka memandang Zoya sebentar."

"maaf... Ah..."kata Zoya yang berteriak lirih saat Raka mulai liar menyantap bibirnya.

Zoya yang awalnya malu-malu pun akhirnya terpancing, dan perang bibir pun di mulai.

Raka tidak lagi bisa menahan diri pun, semakin liar. Dan tangan Raka mulai bergerak liar di area sensitif milik Zoya.

"aku tidak akan membuat kamu lari lari Zo."bisik Raka yang tidak memberi jedah Zoya menjawabnya.

Zoya hanya bisa menikmati keindahan yang di buat oleh Raka, dan Raka terus mengukir lukisan indah polkadot pada tubuh Zoya.

Zoya benar-benar di buat kewalahan oleh gairah liar Raka, yang mengerjai Zoya hampir dua jam.

"kenapa malu seperti itu Zo."kata Raka saat Zoya sembunyi di balik selimut.

"ulah siapa coba yang membuat aku jadi malu."

"oh benarkah, tapi tadi kamu yang meminta aku berbuat lebih Zo."kata Raka yang berbaring di samping Zoya.

"Raka, kamu ini ya, lihat tubuhku sudah seperti lukisan polkadot."

"itu sebagai tanda bahwa kamu adalah milikku, dan tidak aku izinkan kamu lari lagi."

"bagaimana aku harus lari coba, tubuhku saja bergerak sulit seperti ini."

"oh kalau itu aku minta maaf, karena kamu membuat aku sangat bergairah."

"dasar liar."kata Zoya yang masih saja tetap bersembunyi dibalik selimut.

"biar, Ohya Zoya, kenapa kamu kok seperti masih gadis ya, padahal kamu sudah melahirkan dua jagoan milikku."

"itu karena aku melahirkan kedua anak itu dengan normal, dan harus mengalami jahitan pada bagian yang robek."

"oh begitu ya."

"iya, tapi sekarang robek lagi oleh seorang yang sangat liar."

"benarkah, baiklah biar aku cek dulu, seberapa lebar robekan yang aku buat."kata Raka yang langsung masuk dari bawah selimut.

"Raka... Aaaaaa."kata Zoya yang kembali mendapatkan serangan dari Raka.

Zoya terus bergeliat indah, selimut yang menutupinya pun terlempar ke lantai.

"ahhh Raka terus, iya terus Raka."kata Zoya yang tidak lagi bisa mengontrol dirinya.

Raka benar-benar liar dan Zoya pun sudah kehilangan akal sehatnya, dan mengerakkan tubuhnya dengan sangat liar juga.

Dan mereka bergumul tanpa mengerti waktu, bahkan mereka melakukan di setiap tempat di kamar hotel itu.

"Raka cukup, aku lelah."

"tidak, aku belum lelah. Aku masih ingin lagi."kata Raka yang benar meluapkan hasratnya.

"ah Raka."kata Zoya yang menikmati setiap gerakan yang dilakukan oleh Raka.

Raka baru berhenti saat keduanya menggapai kepuasan jiwa mereka.

Raka dan Zoya akhirnya tertidur karena kelelahan, karena energi mereka terkuras habis dalam pergulatan yang mereka lakukan.

"benarkah pria tampan ini yang dulu menghiburku,"kata Zoya sambil memainkan bulu mata Raka.

"ternyata bulu matanya lentik sekali."kata Zoya lirih.

"kalau mau memuji saat orangnya tidak tidur Zo."

"Raka kamu..."

"kenapa, apa mau minta lagi."

"enggak, siapa juga yang minta lagi."kata Zoya sambil memainkan jarinya di dada Raka.

"oh begitu, tapi aku mau lagi..."kata Raka yang kembali memulai pergumulan lagi.

"Raka...."