Pengantin Untuk Calon RI 1
Situasi yang cukup memuakkan terjadi di meja front desk sebuah hotel berbintang di kawasan Nusa Dua Bali, siang ini. Tampak antrian mengular didepan meja Resepsionis. Melalui Talkie- Talkie, terdengar jelas staff Front desk adu mekanik dengan staff housekeeping, untuk saling mendahulukan kepentingan masing- masing.
Sebenarnya hal ini wajar saja terjadi. Mereka sedang mencari solusi yang saling menguntungkan, untuk mengurangi kemarahan para tamu dihadapan mereka, yang belum juga mendapatkan kamar.
Belum berhenti sampai disitu. Staff front desk yang malang itu, kembali didatangi tamu lainnya. Permasalahan kali ini adalah, Air Conditioner yang tidak berfungsi dengan baik di salah satu kamar Twin bed Room. Dilanjutkan dengan rentetan keluhan lainnya. Yaitu, jaringan Wi-Fi yang tidak stabil, kupon Afternoon tea yang tidak sesuai selera. Dan yang lebih memusingkan kepala adalah, tamu yang memesan Kamar Standar Room, merasa adanya makhluk tak kasat mata di kamar yang ia tempati.
Pemandangan begini, normal- normal saja terjadi. Bahkan, apabila sekumpulan tamu yang terlihat seperti Zombie itu, mengebrak meja sekalipun, masih bisa ditolerir dan dimaklumi. Hal ini sudah menjadi makanan sehari- hari staff front desk, apabila tak mampu memenuhi permintaan, memenuhi ekspetasi para tamu yang tidak hanya satu.
Apa mau dikata, pekerjaan ini memang menuntut para staffnya bermental baja. Tidak mudah baper, tidak mudah terpancing emosinya, selalu senyum riang gembira, apabila tamu- tamu mengucapkan kata- kata yang tajam hingga rasanya menghujam jantung.
Tidak jauh dari Lobby, berdiri seorang wanita muda berparas cantik, berpakaian rapi. Rambut di sanggul ala- ala Pramugari, sudah mirip Eksekutif muda yang sering muncul di TV. Dibalut kemeja Satin Licin berwarna Broken White, dipadu rok Span berwarna abu- abu Silver, tidak lupa high heels tinggi. Siapa yang menyangka, wanita itu merupakan salah satu bagian dari staff front desk, jika tak melihat name tag yang terpasang di bajunya.
Adalah Nathya Putri Adiwilaga. Putri pertama bapak Adiwilaga, seorang ASN golongan 1 dan ibuk Seruni. Ibu kost yang mempunyai Kost 5 pintu yang baiknya, Masyaallah sekali. Mereka bukan dari keluarga tersohor yang mempunyai pamor terkenal, seperti kang Ridwan Kamil. Atau seperti abah Anies Baswedan. Ataupun seperti Gibran Rakabuming Raka, yang merupakan pengusaha martabak yang terkenal karena memiliki cabang outlet hampir di seluruh pulau Jawa.
Bercerita mengenai Nathya Putri Adiwilaga. Ia baru saja merayakan ulang tahun yang ke 23 tahun. Meski umurnya masih muda belia, namun paras cantiknya sudah terlihat seperti bunda- bunda muda beranak 2. Cukup kusut, haha.
Tidak! Tidak! Nathya tidak setua itu juga. Karena pekerjaan yang melelahkan dan memuakkan, membuat Nathya jarang bersenda gurau bersama rekan seprofesi. Atau sekedar tertawa bersama mendengar lelucon garing krik krik dari rekan seprofesinya. Sehingga memunculkan garis- garis halus disekitar jidat.
Senyuman Nathya hanya didedikasikan untuk para tamu- tamu hotel. Selain kepada prioritasnya, Nathya sangat jarang menampilkan senyum Pepsodent nya. Malah akan terlihat seperti kulkas 2 pintu, keluaran terbaru. Sangat dingin, kaku dan tampak tak bahagia. Mungkin, penyebab Nathya tampak tak bahagia dan terlihat dingin seperti itu adalah, karena beratnya pekerjaan.
Bagaimana tidak! Setiap hari harus dihadapkan dengan berbagai type dan karakter manusia. Ada yang bicaranya sehalus bedak tabur, sehingga Nathya kesulitan mendengar suaranya. Ada yang nada bicaranya sekeras Toa Masjid. Adapula yang ucapannya tajam setajam silet, sehingga menyinggung perasaan.
Pernah sekali. Emosi Nathya terpancing oleh seorang tamu pria berumur 35 tahunan. Nathya pun langsung menyingsingkan lengan bajunya dan mengajak duel pria tersebut. Jika sudah begitu, hanya Manager yang bisa membuat Nathya jinak. Jika tidak, mungkin Nathya sudah melipat- lipat tubuh tamu tersebut, memasukkan nya ke dalam koper, dan mengirim tamu tersebut kembali ke negara asalnya.
Nathya memang menyukai tantangan dalam hidup. Suka melakukan sesuatu diluar zona nyaman. Tapi, tak pernah terpikirkan olehnya akan bekerja di Customer Service sebuah Hotel besar. Karena ia menyadari, kesabarannya sangatlah tipis. Setipis tisu dibagi 2, lalu hilang ketika disiram dengan air.
Awalnya Nathya fikir, ya sudahlah! Lakukan saja. Itung- itung tes kesabaran. Namun berakhir tertekan mental. Mau apa dikata, di jaman edan seperti saat sekarang ini, mencari pekerjaan yang sesuai dengan gelar, sangatlah susah. Oleh sebab itu, dimana ada kesempatan dan peluang yang menghasilkan cuan, Nathya akan melakukannya. Namun, masih dalam konteks Halal. Agar uangnya berkah.
Nathya Putri Adiwilaga pernah mengkhayalkan. Betapa senang dan bahagianya jika hidup menjadi Puan. Segalanya pasti terasa mudah. Ingin beli ini beli itu, tinggal beli. Ingin pergi kemana- mana, tak perlu memikirkan dananya darimana. Pasti bisa melakukan perawatan tubuh, hingga rambut seminggu sekali. Tampa harus berulang kali mengecek saldo di rekening tinggal berapa.
Namun, Nathya cepat- cepat menggelengkan kepalanya, membuyarkan segala khayalan yang terasa amat indah. Akan menyakitkan, jika apa yang dikhayalkan tidak menjadi kenyataan. Terlebih, Nathya juga bukan anak tunggal, yang syukur- syukur semua keinginannya bisa dikabulkan ayah dan ibu. Seperti teman- temannya yang berstatus anak tunggal. Masih Ada Narayu Putri Adiwilaga yang wajib mendapatkan hak- hak yang sama seperti dirinya. Agar tercipta, sila kelima dalam keluarga. Keadilan sosial bagi seluruh anak- anak bapak Adiwilaga dan Ibu Seruni.
Meski tidak memiliki harta seperti para Puan, setidaknya Nathya diwariskan otak yang cerdas dari ibunya. Sehingga, bisa lulus kuliah lebih cepat. Sarjana Hubungan Internasional, cumlaude 3,5 tahun dengan IPK 3,99. Sangat membanggakan bukan? Bahkan, Nathya berencana melanjutkan pendidikan ke jenjang S2. Dan Belanda menjadi target Nathya untuk menyambung kuliah.
Ya! Inti dari pengorbanan Nathya selama bekerja di Hotel selain mendapatkan Cuan adalah, mengasah kemampuan berdiplomasi. Selain itu, bisa belajar banyak bahasa secara otodidak langsung praktek. Itung- itung penghematan. Tidak mengambil kursus di luar lagi. Haha
Sejauh ini, Nathya cukup percaya diri akan kemampuannya berkomunikasi dengan para tamu dari berbagai belahan negara. Bahkan sudah diakui sendiri oleh team management. Gelar Non- English speaker specialist -- Google Translate, sudah dilekatkan pada diri Nathya, oleh rekan- rekannya.
Tamu Arab yang terkenal sulit untuk dihadapi saja, bisa dibuat bertekuk lutut oleh Nathya.
"Ya habibi, marry me, no?"
Brother- Brother Arab itu, membawa iring2an gambus hingga roti buaya ke lobby Hotel. Membuktikan bahwa ia bersungguh- sungguh ingin mempersunting wanita muda berkulit tanning asli Indonesia ini.
Jika saja pria yang melamarnya ini, bukan krang Arab melainkan warga lokal, sudah habis Nathya cerca dengan kata- kata. Dapat ide dari mana, membawakan iring- iringan gambus dan juga roti buaya. Sementara dirinya adalah keturunan Sunda. Nathya sampai bergidik ngeri, kalau mengingat kejadian yang menggelitik itu.
Atau kejadian yang lainnya. Dimana Supervisor yang kesabarannya 11 - 12 tipisnya dengan Nathya, meminta Nathya menghadapi tamu Rusia yang tidak bisa berbahasa Inggris. Bahkan Google terjemahan sekali pun, lelah menghadapi tamu Rusia ini, sehingga kerap salah mengartikan maksud para Tamu ini.
Jika sudah begini, bahasa tubuh menjadi bahasa andalan Nathya. Segala gaya dengan dagu, dengan tangan bahkan gerakan absrud diperagakannya. Agar tamu tersebut, mengerti dengan maksud Nathya. Jika tamu tersebut masih tidak mengerti, maka Nathya meminta tamu tersebut, untuk memperagakan sendiri bahasa tubuh. Jika komunikasi 2 arah sudah dilakukan, maka permasalahan akan terpecahkan. Begitulah Nathya. Tidak ada masalah yang tak terselesaikan olehnya. Seperti kata pepatah, tidak satu jalan ke Roma.
Dan siang ini, Nathya diminta oleh Supervisor untuk melayani tamu VIP.
"Nath, 15 menit lagi. Stand bye, ok!"
Nathya hanya mengacungkan jempolnya yang kurus, panjang, langsing, seraya menghela nafas berat. Lelahnya belum seutuhnya hilang. Namun, harus melayani Tamu VIP. Alamat rahang akan terasa pegal. Karena akan dipaksa senyum pepsodent di depan tamu ini.
Kenapa ia tidak bisa beristirahat sejenak saja? Batin Nathya bermonolog.
Tidak lama- lama waktu yang Nathya minta. Hanya 15 menit saja, sekedar untuk menyandarkan punggung. Namun sangat jarang ia dapatkan. Semua orang akan selalu menjadikannya tumbal, jika tuntutan tamu tidak juga terselesaikan. Atau bahkan menghadapi Tamu VVIP ataupun VIP yang banyak permintaan, dan menginginkan kesempurnaan dalam pelayanan.
"Selamat datang kembali, pak Darko," sambut Nathya ramah dan memperlihatkan deretan gigi yang putih bersih.
"Seperti biasa ya, Thya!" sahut tamu VIP yang bernama pak Darko itu
Nathya menganggukkan kepala. Setelah itu, menoleh pada Resepsionis seraya mengedipkan mata. Itu pertanda, Nathya menginginkan kunci kamar Suite Room, yang biasa dipesan.
Resepsionis itu, langsung menyambar kunci dan mengekori rombongan. Begitu pun dengan Nathya, langsung memposisikan dirinya berdiri disamping pria gempal berkepala plontos setengah itu. Tidak lupa membukakan Jas, lalu menyampirkannya ke lengan sebelah kiri. Setelah itu, memimpin jalan mengantarkan tamu tersebut ke Kamar yang sudah biasa ia sewa.
Sesampainya di kamar, Nathya menggantungkan Jas mahal karya Desain terkenal itu di lemari. Setelahnya, mengisi gelas dengan air mineral. Karena tamu yang satu ini, tidak suka dengan air bewarna. Harap di maklumi saja. Pria sudah berumur, dan memiliki riwayat penyakit gula. Harus milih- milih kalau soal makanan dan minuman.
"Thya, kamu kelihatannya capek banget, lho! Mau tidur sebentar di kamar saya?"
"Maaf pak, saya sudah punya suami dan anak."
Sudah acap kali Nathya menipu tamu VIP gempal berkepala plontos setengah ini, dengan mengaku sudah berkeluarga. Padahal, memiliki kekasih saja, ia belum. Apalagi menikah! Belum pernah terpikirkan olehnya akan menikah di usia muda.
Nathya harus memiliki banyak akal bulus, untuk menipu tamu- tamu kurang ajar seperti pak Bambang ini. Tentu dengan bahasa yang baik dan sopan. Jika tidak, keadaan akan berbalik padanya dan dicap sebagai wanita penggoda.
Lagipula, Nathya tidak sudi disentuh oleh pria- pria tua dengan Body gak banget seperti itu. Minimal, jika benar- benar terpaksa harus tidur dengan pria berumur, minimal pria itu harus setampan Leonardo De' Caprio ataupun Nicholas Saputra. Jika tidak seperti 2 om- om yang ada dipikiran Nathya, maka jangan coba- coba untuk merayunya. Karena selain good rekening, good looking itu penting. Haha
Tapi untungnya, pak Bambang termasuk respect akan Nathya. Meski sering mencoba, iseng- iseng berhadiah juga. Lagipula, Nathya ini sosok wanita pekerja keras dan bertanggung jawab. Selama ia berkunjung ke Bali, dan selalu menginap di hotel ini, pak Darko selalu mendapatkan pelayanan yang baik dari Nathya. Membuat pak Darko selalu memberi tips yang lumayan besar. 1 hari pelayanan, 5 juta rupiah akan masuk ke rekening Nathya. kalikan saja berapa hari pak Darko akan menginap. Maka segitu lah Tips yang akan Nathya dapatkan.
Indah memang. Namun, sebanding dengan lelahnya fisik, pikiran dan batin. tak heran sesekali Nathya akan mendatangi Psikiater, sekedar untuk curhat. Meluapkan emosi tertahan yang tak mampu ia atasi sendiri.
Cukup sekian perkenalan singkat mengenai Nathya Putri Adiwilaga dan gambaran kehidupannya. Mari kita berpindah topik pada kehidupan si Pemeran Utama yang akan mendatangkan masalah besar di kehidupan Nathya nantinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments