Aku Revina.
Aku adalah orang yang tidak pernah menyangka jika perjalanan cinta ku akan berjalan seperti ini.
Aku kira, cinta itu hanya menyenangkan saja, ternyata cinta juga ada sedih nya. Di dalam cinta ada marah nya, ada kecewanya, ada kebohongan nya, bahkan ada pengkhianatan yang amat sangat menyakitkan.
Kenapa tidak pernah ada orang yang menceritakan sisi buruk dari rasa cinta ?
Kenapa mereka hanya menceritakan sisi bahagianya saja ?
Jika tau akan serumit ini, aku tidak akan pernah coba-coba untuk main-main dengan rasa cinta,sampai pada akhirnya aku akan siap menerima segala konsekuensinya.
Aku sudah terlanjur masuk kedalam sebuah perangkap yang hanya akan menenggelamkan ku di dalam kekelaman nya. Aku harus mencari jalan sendiri, mencari jalan terang untuk terbebas dari rasa cinta ini
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ega Endrawati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5
“Gue mau ketemu David siang ini” ucap Stevi saat kami sedang menikmati makan siang kami.
“Dimana ?” Tanyaku dengan dingin.
“Di mall. Dia ngajak gue nonton”
“Bagus lah ada kemajuan” ucap Tristan.
“Tapi gue pengen di anter” rengek Stevi.
“Masa ia nge date harus di anter sih?” Ucap Dara.
“Iya,kaya anak mami aja lo”
“Ih masalahnya gue bilang ama nyokap mau janjian nya sama kalian bukan sama David”
“Kenapa harus boong lo?”
“Ya karena Mami gue udah sebel banget sama David” jawab Stevi dengan memasang wajah yang bingung.
“Nyokap lo tau masalah David?”
“Ya lo kan tau sendiri waktu itu galau gue gimana ? Gue ampe nangis-nangis ga berenti,ya gue cerita lah sama nyokap”
“Ya itu sih derita lo,ngapain lo cerita-cerita gitu ma nyokap lo”
“Iiihhh... kan udah gue bilang,gue mau perbaikin semuanya sama David,kasih waktu gue sama David kesempatan lagi biar gue ga cuma nunjukin sama kalian tapi sama nyokap gue juga kalo David tuh sebenernya baik,ya semua ini emang cuma gue nya aja yang banyak nuntut”
“Ya udah kita semua ikut” ujar Kanza.
“Dih,ya jangan semua juga dong. Ya kali gue ngadate di anter orang sekampung”
“Ya terus lo mau gimana?”
“Gue mau lo yang anter gue Rev” ucap Stevi dengan wajah nya yang memohon.
Dia memegang lengan ku,lalu aku menepisnya.
“Apaan ah,ogah ogah,enak aja. Kalau kaya gitu,lo sama aja nyiksa gue buat seharian ngeliat keromantisan lo berdua,iih jijik gue”
“Ih ayolah Rev,cuma elo yang bisa bikin David nurut karna takut sama lo. Lo kan galak,tiap ketemuan sama David,David malah sering keliatan segan nya sama lo,kalo sama yang lain gue takut David malah garing”
“Lo fikir gue ga akan bosen ngeliat lo pacaran?”
“Ih ayolah Rev cuma nonton doang ga akan lama. Gue kan mau buktiin kalo David itu baik kan,nah seengganya harus ada saksi dong kalo apa yang di omongin gue tuh bukan omong kosong” ujar Stevi berusaha membujuk ku.
Stevi terus saja menggoyang goyangkan tubuhku dengan wajah memelasnya.
“Ihhh ya udah udah udah. Kali ini doang ya,gue cuma mau mastiin ucapan lo bener apa ngga,udah gitu gue ga mau lagi ngikut2 lu pacaran”
Wajah Stevi berubah bahagia.
“Naahhh gitu dong,lo kan emang the best”
“Hallahh manis lo cuma ada maunya doang” ledek Kanza.
“Tuh Karin tuh” ucap Dara menyenggol lengan Tristan yang sedang sibuk menyiuk kuah bakso di hadapan nya.
Tristan langsung menoleh ke arah mana yang di tunjuk mata Dara.
Karin sedang duduk di salah satu meja kantin beserta dengan teman-teman nya. Dia sesekali melirik meja kami dan lalu ketika mata dia dan Tristan bertemu,Karin lalu tersenyum manis.
“Tuh udah lampu ijo tuh,samperin sana” pinta ku menyiku badan Tristan.
“Yaelah gue lagi makan bakso lu pada ganggu aja”
“Iihh ni cowo emang ga peka banget ya. Dulu aja lu ngejar-ngejar pas dia lagi ada cowonya,sekarang dia udah single malah lu sia sia in” kesal Stevi.
“Ya dari pada gue sia sia in bakso gue. Cinta bisa entaran,percuma gue maju kalo perut gue kosong,tar ga bisa konsentrasi” ucap Tristan membuat kami semua tertawa.
“Eh by the way gue punya gebetan baru” ucap Kanza dengan wajah centil nya.
Kami semua menghela nafas malas mendengarnya.
“Cowo bego mana lagi yang mau jadi korban lo?” Ucap ku dengan nada begitu tidak senang.
“Iihh ini cakep tau,yang ini pasti ga akan gagal” ujar nya begitu percaya diri.
“Lo juga bilang gini sama korban korban lu yang sebelum nya ya. Mau koleksi berapa banyak mantan sih lo” kesal Tristan.
“Heh,gue bukan nya koleksi,tapi ya kalo kita ga sejalan masa ia harus di paksain,bener ga ?”
“Hallaah alesan aja”
Di antara kami. Memang hanya akulah yang tidak pernah memiliki cerita cinta untuk di bagi. 3 tahun bersama mereka,aku tidak pernah ada sekalipun mencoba untuk membuka hati kepada lelaki manapun,namun aku juga manusia biasa, aku pernah merasakan cinta kepada laki-laki tapi aku takut untuk mengakuinya. Aku juga memiliki cinta pertama ku namun aku takut untuk mengatakan nya kepada teman-teman ku,aku takut kisah cintaku tidak semanis dan se asik mereka,bahkan untuk mengakui kepada diriku saja aku takut,dan setelah itupun aku masih bisa menyukai laki-laki lain lagi,namun rasa cinta yang aku miliki saat itu amat sangat rumit,sampai beberapa lama kemudian rasa cinta itu hilang dengan sendirinya. Aku senang karena aku bisa mengalahkan rasa cinta itu dengan rasa ketidak pedulian ku,aku bahagia dengan diriku saat ini.
Sepulang sekolah seperti yang sudah di janjikan,aku dan Stevi berpamitan kepada semua teman ku untuk pergi bersama David.
“Lo mau gue jemput ga pulang dari mall?” Ucap Dara merasa kasihan kepadaku.
“Ngga gapapa aman,gue bisa naik umum”
“Eh ya ngga lah,gue kan udah minta tolong sama lo,dan gue pasti bakalan anterin lo sampe kerumah kok”
“Bener ? Rumah gue jauh loh”
“Benerann,gapapa. Masa ia gue biarin lo pulang pake taxi sih”
“Ya udah kalo gitu aman ya,kita pulang” ucap Dara.
Kanza dan Tristan melambaikan tangan kepada kami sebelum mobil mereka pergi dari hadapan kami.
“Tuh David” seru Stevi begitu bahagianya dia ketika melihat mobil putih David datang.
David tidak berubah. Dia masih saja tampan seperti saat dia sekolah disini. Bahkan mungkin sekarang David terlihat lebih tampan dari sebelumnya,karena dia sudah lebih dewasa saat kuliah.
David turun dari mobil dan menghampiri kami.
“Hay Rev” sapa David ketika melihat ku.
“Hay” balas ku dengan ketus.
“Apa kabar?”
“Baik”
“Ikut nonton kata Stevi”
“Ya mana boleh buat,gue cuma mau liat drama percintaan lo berdua aja” jawab ku dengan masih saja sinis,
Stevi menyenggol lengan ku sambil memelototiku. Aku berdecak kesal sambil memutar bola mataku.
“Ya udah yo,keburu film nya mulai”
Aku,Stevi dan David masuk ke dalam mobilnya.
Tentu saja aku duduk di kursi penumpang belakang,sementara Stevi duduk di samping David. Sepanjang perjalanan Stevi begitu serius sekali bercerita kepada David tentang apa saja yang sudah dia lalui seharian ini. Sementara aku hanya bermain handphone dengan badmood nya. Aku mulai menyesali keputusan ku ini,untuk apa aku ikut orang lain berpacaran,seperti tidak ada kerjaan lain saja.
“Kalo lo gimana Rev?” Tanya Stevi tiba-tiba.
“Hah apa?” Tanyaku.
“Ya nanti acara prom itu,lo mau gue daftarin ga biar dapet cowo”
“Iihhh ogah. Gada kerjaan banget”
“Ya siapa tahu lo dapet jodoh kan di malam perpisahan nanti”
“Jangan mulai ya Stev. Gue bahagia dengan diri gue sendiri” ketus ku dan kembali memainkan handphone ku.
Stevi tertaw kecil,sementara David menatap ku di kaca spion nya dengan dingin.
Sampailah kita di bioskop.
“Pesen dulu popcorn mau ?” Tanya David.
“Boleh mau”
“Gue ngga” sinis ku.
“Kita beli yang besar aja biar bareng-bareng ya” ujar David seolah aku peduli.
Saat masuk bioskop entah kenapa posisi ku berada di belakang tubuh David. Kita sudah telat sekitar 10 menitan,jadi kita harus mencari kursi bioskop sendiri di tengah kegelapan ruangan besar ini dan melewati orang-orang yang sedang menonton. Stevi berjalan di depan kami dan berusaha mencari kursi kami,setelah ketemu dia duduk di salah satu kursi di ikuti David di tengah dan aku tidak ada pilihan lain duduk di samping David.
Aku berbisik kepada Stevi.
“Kenapa lo ga di tengah sih?” Bisik ku dengan nada kesal.
“Udah tanggung,takut di sorakin penontin ntar” balas nya.
Dengan kesal aku akhirnya duduk di kursiku dan harus selalu ada di samping David sampai film selesai.
Aku melihat tangan Stevi memegang erat tangan David,dan tangan David lain nya memegang popcorn. Sesekali David menatap ke arah ku dengan dingin. Risih sekali aku melihat kemesraan mereka,ingin rasanya aku keluar saja dari bioskop dan mendinginkan hatiku.
Saat penayangan film di putar,aku tidak sadar jika itu adalah film thriller yang berbau horor,dan lagi film ini banyak sekali adegan yang membuat ku mual,seperti penggalan leher,menusuk nusuk tubuhnya sampai berlumur darah bahkan ada adegan yang tubuh dan kakinya terpisah. Harusnya Stevi tahu aku takut dengan film film horor seperti ini. Kenapa dia malah memilih film yang hanya akan membuat ku tidak bisa tidur semalaman.
Aku memaksa kan diri untuk membuka mata ku lebar-lebar. Aku mencoba untuk tidak takut karena aku merasa sendirian sekarang,ketika adegan mengerikan akan baru di mulai di tengah ketegangan kami,aku sudah bersiap dengan jaket yang aku remas yang akan menutupi wajah ku,namun tidak lama sebuah tangan menghalangi pandangan ku bertepatan dengan suara teriakan orang-orang di dalam bioskop.
Itu tangan David. Dia menutupi adegan mengerikan yang baru saja akan muncul di layar bioskop dengan tangan satunya. Aku melirik David dengan terkejut,dia menatap ku dengan khawatir,lalu aku melihat Stevi yang hanya terus menyembunyikan wajahnya di bahu David dengan terus melingkarkan tangan nya di lengan David.
Setelah adegan menjijikan itu selesai,David menurunkan tangan nya dengan terus masih saja menatapku. Ketika Stevi kembali menonton David pun kembali menatap kedepan dengan wajah nya yang masih saja panik.