Liu Yuwen adalah seorang kultivator jenius yang pernah lahir di dunia, ia mencapai puncak beladiri sampai dijuluki sebagai kultivator tiada tanding karena hampir tidak ada yang bisa mengalahkannya.
Di puncak kekuatannya, Liu Yuwen tidak menyangka ia justru akan tewas oleh sebuah racun yang diberikan adiknya.
Racun itu membuat Liu Yuwen terbunuh, dalam kematianmya rasa marah dan dendam menguasai hatinya karena pengkhianat sang adik, Liu Yuwen berjanji akan membalas kejahatan adiknya jika diberi kesempatan.
Nyatanya kesempatan itu terwujud saat Liu Yuwen terbangun di tubuh seorang anak kecil berusia sepuluh tahun.
Liu Yuwen yang mengerti dirinya hidup kembali tidak menyia-nyiakan kesempatan itu untuk berencana membalaskan dendamnya pada sang adik, meski kekuatan kembali kesemula namun selama dirinya terus berlatih, Liu Yuwen yakin bisa mencapai puncak kekuatannya seperti di kehidupan sebelumnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon secrednaomi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps. 31 — Kota Dharavi
Kapal yang ditumpangi Liu Yuwen akhirnya sampai pada tujuannya, Liu Yuwen melihat dari jarak jauh ada sebuah pelabuhan kecil saat kapal mereka akan menepi.
Liu Yuwen dan Aruna kemudian turun dari kapal bersama beberapa penumpang yang lain, dikarenakan beda tujuan, ia harus berpisah dengan Tetua Qin bersama tiga muridnya.
"Senang bertemu dengan anda Saudara Liu, semoga di masa depan kita bisa bertemu kembali..." Tetua Qin memberikan hormatnya.
Liu Yuwen mengangguk pelan, kemudian bersama Aruna ia beranjak pergi dari sana.
Liu Yuwen tidak bisa menggunakan ilmu meringankan tubuhnya untuk melanjutkan perjalanan karena keberadaan Aruna sementara berjalan santai bukanlah pilihan yang bijak apalagi setelah melihat awan mendung di atas sana.
Benar, Liu Yuwen akhirnya memutuskan untuk membawa Aruna dalam perjalanannya, gadis elf itu sejak awal tidak mempunyai tujuan, Liu Yuwen khawatir meninggalkan Aruna begitu saja akan menyebabkan gadis ras elf tersebut dalam kondisi bahaya kembali.
Untungnya di pelabuhan itu Liu Yuwen menemukan seorang penjual kuda, tanpa ragu lagi ia membeli satu kuda untuk mempercepat perjalanannya.
Liu Yuwen merasa canggung ketika harus berbagi duduk di pelana kuda karena Aruna tak bisa mengendarainya, gadis tersebut memeluk pinggang Liu Yuwen dari belakang.
Aruna sadar dirinya menjadi beban bagi perjalanan Liu Yuwen dan ia merasa tidak nyaman dengan fakta tersebut. Aruna berharap ia bisa membantu Liu Yuwen suatu saat nanti.
"Aku akan pergi ke kota besar, apa tidak mengapa bagimu pergi ke sana?" Tanya Liu Yuwen saat keduanya mengendarai kuda.
Aruna mencengkram tangannya yang memeluk pinggang Liu Yuwen, menunjukkan bahwa dirinya sebenarnya ketakutan.
"Tidak perlu khawatir, seperti yang aku bilang sebelumnya, kau akan aman jika berada disisiku..." Liu Yuwen tersenyum dengan hangat.
Senyuman itu lagi-lagi membuat hati Aruna menjadi tenang, cengkraman tangannya pada pinggang Liu Yuwen mengendur dan ia mengangguk sebagai jawabannya.
Meski hari ini langit sedang mendung dan Liu Yuwen tidak bisa menggunakan kecepatan maksimalnya dalam perjalanan tetapi untungnya kota tujuan Liu Yuwen sudah sangat dekat dari pelabuhan itu.
Sebelum hujan turun, Liu Yuwen akhirnya tiba di kota yang ia maksud. Sebuah kota yang memiliki ukuran tiga kali lipat dari Kota Yama, memiliki infrastruktur yang maju, serta populasi yang tak bisa dihitung dengan jari lagi.
Adapun kota tersebut bernama Kota Dharavi, kota terbesar kesepuluh yang ada di Kekaisaran Langit Utara.
Semua pedagang, semua pendatang, semua pebisnis, beradu nasib di kota ini. Liu Yuwen mendengar semua penjelasan itu dari Yun Xia sebelumnya.
Liu Yuwen kemudian mulai mengarahkan kudanya ke gerbang pintu masuk kota tersebut, terlihat sedang antrian panjang di sana.
Antrian itu kebanyakan diisi para pedagang yang membawa dagangannya dengan kereta kuda.
Aruna membenarkan posisi rambutnya ketika melihat banyak manusia untuk menutup telinganya yang runcing. Liu Yuwen bisa melihat jelas kepanikan gadis tersebut.
Selama telinganya tidak terlihat, orang-orang akan membawa Aruna sebagai gadis biasa yang berparas manis.
Meski rambut indah peraknya tetap menjadi perhatian namun orang-orang cenderung tidak terlalu terkejut karena beberapa klan, kultivator, atau keluarga bangsawan memiliki genetik yang membuat rambut mereka berwarna keperakan.
Membutuhkan waktu satu jam untuk Liu Yuwen mengantri hingga sampai bagian gilirannya.
Liu Yuwen kemudian menunjukkan identitasnya sebagai bagian dari anggota Serikat Petualang pada dua petugas di gerbang masuk kota.
Menjadi bagian dari serikat memang memiliki banyak kegunaan salah satunya adalah memudahkan para petualang untuk berkunjung ke kota lain.
Petugas itu menatap Liu Yuwen beberapa kali sebelum kembali ke kertas yang diberikan, dituliskan dalam surat laporan itu bahwa Liu Yuwen adalah Petualang Plat Perak yang belum dipromosikan.
"Usianya masih muda tapi sudah menjadi Petualang Plat Perak, apa surat ini palsu?" Bisik petugas yang memeriksa Liu Yuwen.
"Tidak mungkin, kau lihat tanda tangan dan cap ini, keduanya tidak palsu." Teman satunya berpendapat.
Petualang Plat Perak memang cukup disegani terutama bagi mereka yang bekerja untuk para bangsawan. Seperti petugas-petugas ini, mereka merupakan kultivator yang bekerja untuk bangsawan yang menguasai kota ini.
Meski keheranan dua petugas itu tidak berani meragukan surat tersebut, keduanya kemudian mempersilahkan Liu Yuwen memasuki kota.
"Tunggu sebentar, jika kau membawa seorang budak ke kota ini maka kau harus dikenai biaya, ini adalah termasuk aturan di kota ini..." Jelas penjaga itu setelah melihat Aruna.
Tanpa sengaja angin meniup rambut gadis ras elf tersebut membuat bagian telinganya yang hendak ditutupi jadi sedikit kelihatan.
"Budak? Maksudmu gadis di belakangku?"
"Ya, bukankah kau memilikinya untuk dijadikan budak?" Penjaga itu merasa keheranan.
Perkataan Tetua Qin sebelumnya benar bahwa ras tersebut memang selalu dijadikan budak, saking umumnya hingga para penjaga ini beranggapan demikian terhadap Liu Yuwen dan Aruna.
Liu Yuwen tidak berkomentar apapun, ia lalu memberikan satu keping emas pada dua penjaga tersebut.
Penjaga itu terkejut, keduanya ingin mengatakan uang yang diberikan Liu Yuwen terlalu banyak namun pemuda itu sudah terlebih dahulu berkomentar.
"Kembaliannya ambil saja, anggap saja itu untuk kalian..." Liu Yuwen menoleh ke dalam kota, terlihat banyak orang berlalu-lalang di dalam sana. "Apakah aku boleh masuk sekarang?"
Dua petugas itu mengangguk dan memperbolehkan Liu Yuwen untuk meneruskan langkah kudanya.
"Oh, ternyata julukan kota terbesar di kekaisaran ini memang benar adanya, kota ini hampir sama dengan kota besar di duniaku..." Gumam Liu Yuwen sambil melihat sekelilingnya.
Luas Kota Dharavi sekitar 100km² lebih, memiliki benteng tinggi disekelilingnya dengan penjagaan yang sangat ketat.
Hal yang baru Liu Yuwen lihat di kota ini adalah banyaknya kultivator-kultivator yang berasal dari berbagai sekte jika dilihat dari seragamnya, pemandangan ini tidak Liu Yuwen temukan di Kota Yama dimana kebanyakan dari mereka adalah kultivator bebas tanpa sekte.
Yang pertama Liu Yuwen lakukan ketika mendatangi sebuah kota adalah mencarikan tempat penginapan untuk keduanya beristirahat.
Tidak sulit mencarinya karena baru belasan meter mereka bergerak, penginapan yang dicarinya terlihat.
Liu Yuwen lalu memesan dua kamar untuk dirinya dan Aruna, Liu Yuwen tidak kelelahan namun tidak bagi Aruna yang memiliki fisik seperti manusia biasa. Perjalanan yang jauh pasti membuat gadis itu kelelahan.
Rencananya Liu Yuwen akan tinggal lama di Kota Dharavi, setidaknya sampai tujuannya tercapai.
Tepat ketika keduanya memasuki penginapan, tetesan hujan akhirnya mulai berjatuhan dari langit. Hujan itu tidak hanya deras tapi disertai angin yang kencang.
Liu Yuwen memilih diam di kamarnya sambil merencanakan langkah-langkah yang harus ia ambil di Kota Dharavi, salah satu rencananya adalah ia harus memiliki banyak uang secepatnya.