NovelToon NovelToon
Duo Joker

Duo Joker

Status: sedang berlangsung
Genre:Dosen / Dikelilingi wanita cantik / Percintaan Konglomerat
Popularitas:324.5k
Nilai: 5
Nama Author: Ichageul

Dipa dan Gilang membuat resah tetua di keluarganya, karena sampai sekarang masih berstatus jomblo. Mereka pun berinisiatif untuk mencarikan jodoh yang tepat untuk keduanya.

Ternyata perjalanan mencarikan jodoh untuk kedua pria itu tidak semudah membalik telapak tangan.Butuh trik khusus dan rencana matang agar keduanya bisa mendapatkan jodoh sesuai keinginan masing-masing.

Seperti apakah jodoh yang akan menjadi pendamping hidup mereka? Sanggupkah calon jodoh mereka menghadapi tingkah keduanya yang ajaib dan terkadang membuat malu sampai ke ubun-ubun?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ichageul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Dosen Pembimbing Killer

Mata elang milik Jarvis menatap tajam pada mahasiswinya yang berdiri beberapa meter saja di depannya. Pria itu cukup banyak mendengar pujian yang dilontarkan Bianca untuknya. Sementara Bianca nampak kikuk. Dia sama sekali tidak menyangka orang yang dibicarakannya sudah berada di belakangnya. Melihat cara Jarvis melihatnya, dia yakin kalau pria itu sudah mendengar apa yang dikatakannya.

“Kamu ikut ke ruangan saya sekarang!”

Jarvis berbalik lalu keluar dari ruang dosen. Reni menepuk pelan pundak sahabatnya, memberi dukungan untuknya. Feni mengepalkan tangannya pada Bianca, mencoba memberi semangat pada gadis itu. Dengan langkah gontai Bianca keluar dari ruangan kemudian mengikuti Jarvis yang sudah sedikit jauh berjalan.

Begitu sampai di ruangan Jarvis, Bianca langsung menarik kursi di depan meja kerja sekretaris prodi tersebut. Untuk sejenak suasana menjadi hening. Bianca hanya menundukkan saja kepalanya, tidak berani melihat pada Jarvis.

“Apa kamu sudah menyiapkan judul?” tanya Jarvis memecah kesunyian di antara mereka.

“Sudah, pak.”

“Mana? Coba saya lihat.”

Bianca membuka tasnya lalu mengambil binder dari dalamnya. Dia membuka lembaran binder, mencari judul yang sudah dibuatnya. Setelah menemukan yang dicari, gadis itu memberikannya pada Jarvis. Hanya sepintas saja Jarvis membacanya kemudian mengembalikannya pada Bianca.

“Kamu cuma buat satu judul?”

“Iya, pak.”

“Pede banget kamu. Kaya yakin judul kamu bakal di acc.”

“Namanya juga usaha, pak.”

“Cari judul yang lain. Judul yang kamu buat itu terlalu pasaran.”

“Iya, pak,” jawab Bianca tanpa protes.

“Tempat penelitianmu sama dengan tempat magangmu?”

“Iya, pak.”

“Saya mau kamu melakukan penelitian kuantitatif, jangan kualitatif. Di rak perpustakaan sudah banyak penelitian kualitatif. Dan judul yang kamu buat juga sudah banyak yang buat hanya beda tempat saja.”

“Kuantitatif pak?”

“Iya, terserah kamu mau uji korelasi atau uji pengaruh. Mau dua atau tiga variabel bebas aja. Lebih bagus kalau tiga variabel.”

Bianca meneguk ludahnya kelat. Membuat penelitian kuantitatif dengan dua variabel saja sudah membuat kepalanya pening, apalagi sampai tiga variabel. Gadis itu menggerutu dalam hati. Mempunyai pembimbing seperti Jarvis memang sebuah malapetaka untuknya.

“Saya mau kamu serahin judul ke saya tiga hari lagi. Buat lima sampai sepuluh judul.”

“Banyak amat, pak.”

“Buat alternatif, buat jaga-jaga judul yang kamu buat di bawah standar semua.”

Kalau tidak ingat Jarvis adalah dosen pembimbingnya, ingin rasanya Bianca melemparkan binder ke muka pria itu. Bisa dibayangkan bimbingan yang akan dijalaninya penuh kedongkolan dan kekesalan.

“Semuanya harus kuantitatif.”

“Iya. Kenapa? Kamu takut buat penelitian kuantitatif?”

“Bukan takut, pak. Ragu aja.”

“Kamu udah ambil mata kuliah statistik kan?”

“Udah, pak.”

“Mata kuliah metodologi penelitian udah juga?”

“Udah juga.”

“Terus masalahnya di mana? Kalau kamu mengikuti perkuliahan dengan benar, kamu pasti sudah mengerti langkah apa saja untuk membuat penelitian kuantitatif. Lagian sekarang juga sudah ada software spss. Kamu tinggal input data, bisa meringankan pekerjaan kamu. Ngga harus ngitung manual.”

“Tapi pak..”

“Ngga ada tapi-tapi. Kamu harus men-chalenge diri sendiri. Motivasi diri kamu, kalau kamu bisa. Kamu pasti bisa. Tanamkan di mind set kamu,” Jarvis mengetuk kepalanya sendiri.

“Kamu kan tadi lancar dan percaya diri banget ngomongin saya. Masa ngga percaya diri buat penelitian kuantitatif,” lanjut Jarvis setengah menyindir.

“Iya, pak. Saya akan coba.”

“Tiga hari lagi, saya tunggu.”

“Iya, pak. Saya permisi dulu. Assalamu’alaikum.”

“Waalaikumsalam.”

Bianca bangun dari duduknya lalu keluar dari ruangan. Gadis itu berjalan menjauh dari ruangan sekretaris prodi. Setelah berada cukup jauh, terdengar teriakannya. Sambil menendang ruang kosong di depannya, Bianca berjalan sementara mulutnya terus mengeluarkan gerutuan.

“Dasar dosen nyebelin. Belum apa-apa udah bikin gue mumet. Dia pikir bikin sepuluh judul gampang aja. Iya kalau ngomong sih gampang, tapi ngerjainnya yang susah. Dasar dosen nyebelin! Bujang lapuk!”

Untuk menghilangkan kekesalannya, Bianca memilih menuju kantin. Dia perlu minuman dingin untuk menurunkan suhu tubuh dan kepalanya yang memanas setelah bimbingan singkat dengan Jarvis. Sesampainya di kantin, Bianca langsung memesan avocado milk shake lalu menuju salah satu meja.

Lima menit berselang, Suci masuk ke dalam kampus. Sama seperti Bianca, gadis itu juga baru akan menyusun tugas akhirnya. Bedanya di semester delapan ini dia masih harus mengulang satu mata kuliah. Mata Suci langsung menangkap keberadaan Bianca. Dia mengambil minuman yang dipesan sepupunya itu sambil memesan minuman untuknya.

Suci menaruh gelas berisi avocado milk shake di depan Bianca. Lalu gadis itu menarik kursi di depan Bianca. Langsung saja Bianca mengambil gelas minumannya lalu menyeruputnya sampai habis setengah.

“Haus bu?” goda Suci.

“Iya, haus gue. Nih ubun-ubun gue rasanya udah mau meledak.”

“Kenapa?”

“Gue dapet pembimbing pak Jarvis. Sue banget.”

“Pak Jarvis, dosen yang ada di nikahan kak Lana?”

“Iya. Mimpi apa gue semalem dapet dosen pembimbing model dia. Bawaannya jutek mulu, kelamaan jomblo kayanya.”

“Lo pacarin aja biar jinak, hahaha..”

“Dih.. ogah banget. Biar pun dia satu-satunya cowok di dunia ini, tetap aja gue ogah sama dia. Mending jomblo seumur hidup.”

“Jangan terlalu benci. Beda benci sama cinta itu tipis banget, setipis bulu hidung, hahaha..”

Bianca hanya menyebikkan bibirnya saja. Mendengar ledekan Suci, dia bertambah kesal saja. Seorang pelayan datang membawakan pesanan Suci. Sama seperti Bianca, gadis itu langsung menyeruputnya.

“Lo sendiri aja?”

“Iya.”

“Penyanyi dangdut mana?”

“Bisa ngga sih, lo manggil pacar gue dengan baik dan benar?” kesal Suci.

“Lah salah gue apa? Kan nama pacar lo tuh Ashraf. Kan Ashraf itu penyanyi dangdut, benar kan?”

Bianca hanya tertawa saja ketika Suci melemparkan gulungan kertas ke arahnya. Dia senang sekali memanggil kekasih sepupunya itu dengan sebutan penyanyi dangdut.

“Ashraf udah pulkam. Kan dia udah lulus enam bulan lalu. Dia udah diterima jadi CPNS.”

“Terus dia ngga bakal balik ke Bandung lagi dong?”

“Kayanya.”

“Dia orang mana?”

“Bangka.”

“Jauh juga ya. Eh hati-hati, jangan sampai lo ditinggal nikah sama dia.”

“Ah elah, lo malah doain yang ngga-ngga.”

“Bukannya gitu, biasanya sih kalau yang kuliahnya merantau udah punya calon di kampung halamannya. Siapa tahu aja Ashraf udah punya calon. Kalau dia udah punya calon gimana?”

“Jangan dong.”

“Lo bucin banget ya?”

“Bukan gitu. Selama berhubungan sama gue, Ashraf tuh baik banget. Dia juga setia dan ngga macam-macam. Udah kenal baik juga sama bokap, nyokap.”

Hanya anggukan kepala saja yang diberikan oleh Bianca. Memang benar Ashraf adalah pria yang baik. Selama dua tahun berhubungan dengan Suci, pria itu tidak pernah berbuat macam-macam.

“Eh gue cabut ya,” ujar Suci sambil menghabiskan minumannya dengan cepat.

“Mau kemana?”

“Gue kan masih ada satu mata kuliah lagi. Nyempil sebiji doang.”

“Matkul apaan?”

“Fotografi 2. Gara-gara gue ngga ngumpulin tugas, gue ngga lulus semester enam kemarin. Tapi katanya sekarang mau ada dosen baru. Buat bantuin kita-kita ngerjain tugas. Jadi semacam dosen praktek gitu. Nah sekarang pertemuan pertama kita.”

“Ya udah sana, buruan. Nanti telat kaga lulus lagi. Tar ngga bisa sidang.”

“Bayarin minuman gue ya.”

Suci bergegas keluar dari kantin. Hari ini adalah pertemuan kedua untuk mata kuliah Fotografi 2. Kabarnya mulai hari ini akan ada dosen baru yang khusus mengajarkan teknis tentang fotografi. Sambil berlari, Suci bergegas menuju gedung fakultasnya. Tiba-tiba dari arah kirinya muncul seseorang dan bertabrakan dengannya. Tas yang dibawa Suci terjatuh.

“Maaf,” ujar pria itu seraya mengambilkan tas Suci.

“Makasih.”

“Ehmm.. gedung fakultas komunikasi di mana ya?” tanya pria itu.

“Itu di depan gedung fakultas komunikasi. Mau ke sana?”

“Iya.”

“Ya udah bareng aja.”

“Kamu kuliah di fakultas komunikasi?”

“Iya.”

Keduanya segera berjalan menuju gedung fakultas komunikasi yang hanya tinggal beberapa meter saja. suci melirik pria yang berjalan di sebelahnya. Tubuhnya terbilang tinggi, mungkin 180 cm lebih. Kulitnya kuning langsat, rambutnya dibiarkan panjang sampai sebahu. Jika dilihat-lihat wajahnya mirip seperti aktor Korea.

“Kalau ruang dosen di mana?” tanya pria itu setelah berada di gedung fakultas komunikasi.

“Lurus aja, nanti belok ke kiri. Lurus lagi nanti ada tulisannya ruang dosen.”

“Oke, terima kasih.”

“Sama-sama.”

Keduanya berpisah. Pria tadi terus berjalan menuju arah yang ditunjukkan Suci. Sementara gadis itu menuju lift. Dia menekan tombol lima. Kelas yang akan dimasukinya berada di lantai tersebut. Tak butuh waktu lama, dia sudah sampai di lantai lima. Suci segera keluar lalu menuju ruangan 501.

Ketika memasuki kelas, hampir semua penghuni kelas adalah adik tingkatnya. Baru saja dia mendaratkan bokongnya di kursi, teman satu kelasnya muncul. Dia juga sama seperti Suci, harus mengulang mata kuliah fotografi 2.

“Ci..” tegurnya.

“Eh.. elo ambil kuliah ini juga.”

“Iya, sama gue ngulang juga. Eh katanya hari ini dosen baru yang ngajar.”

“Katanya sih.”

Suasana kelas yang tadi riuh seketika menjadi tenang ketika dosen fotografi memasuki ruangan. Di belakangnya menyusul seorang pria muda. Suci langsung mengenali pria itu. Dia adalah pria yang tadi bersamanya menuju gedung fakultas.

“Assalamu’alaikum.”

“Waalaikumsalam.”

“Untuk perkuliahan hari ini dan seterusnya, saya akan dibantu oleh seseorang. Beliau adalah seorang fotografer professional. Silahkan untuk melakukan perkenalan.”

Pria berwajah tampan itu maju ke depan. Sebelum memperkenalkan diri, dia melemparkan senyuman manisnya ke seluruh penghuni kelas.

“Selamat siang.”

“Siang pak.”

“Perkenalkan nama saya Attar Rafandra Kim.”

🌵🌵🌵

Ini penampakan Bianca dan Jarvis versiku

1
ian machmud
aku mampir lagi kak icha
Dwi MaRITA
bhuahahahaha..... impas dah.... Icih & kemod kan bersanding ...,👏🏻👏🏻👏🏻🤭🫣🤣🤣🤣🤣🤪🤣🤣🤣🤣
choowie
kenapa gak dari awal dodol..ribet bgt nerjemahin bahasa Konoha 😬
choowie
nah lhooo emm😅
Rahma Inayah
spt.nya panggilan icchi dan kemodd akan jd panggilan sayang bgi gilang utk emma
Rahma Inayah
ehh..ketahuan km emma sdh ngerjain gilang...gilang sma emma cook sma2 jahil ..semoga mrk.bnr2 jodoh
Rahma Inayah
kena kamu gilang dikerjain balik oleh emma..
Rahma Inayah
buah tu jatuh gk jauh dr pohon nya.inget gk dl km ngejr2 zahra sampe pura2 sakit dan mnt rawat inap demi mengejar cnf zahra...pasti.kenan akan mendukung apa yg sdh gilang lakukan dia hanya melindungi calon makmum nya dr lekai brengksek spt bagas
A R
icihh kemod bener2 🤣🤣
A R
abis nikah perang trs mrk 🤣🤣🤣 kasian tetangga 🤣🤣🤣
A R
jth lah harga diri gilang 🤣🤣🤣
A R
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Rini Haryati
makasih mak double up nya
ᵇᵃˢᵉ fj⏤͟͟͞R ՇɧeeՐՏ🍻¢ᖱ'D⃤ ̐
awas lama² makin kenal makin deket makin tau masing² jadi jatuh cinta
ᵇᵃˢᵉ fj⏤͟͟͞R ՇɧeeՐՏ🍻¢ᖱ'D⃤ ̐
kenapa gak dari awal aja Gilang pake bahasa linggis.kan jadi berabe pake penerjemah bikin pusing 😂
Dinniey Meyla
2 part ngakak di akhir cerita 🤣🤣🤣
sekali kali kasih bonus daoble up ato triple Up dong ...
soalnya tiap baca 1 bab serasa bacanya cuma sedetik 😁😁
Titiez Larasaty
hahaa Gilang kena batunya🤣🤣🤣
sri supadmi
🤣
Dinar Ataya
Namanya jodoh sama sama kalau ngomong kayak petasan banting..
Siti Nadiyah
trima kasih daublup up'y thor...semangat trus berkarya 👍💜💪💜
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!