Bagaimana jadinya,jika Arnold si lelaki populer tiba-tiba memiliki kekuatan pembaca pikiran.
Terlebih lagi,dia belum mengetahui apa yang terjadi dengan dirinya dan dia menyembunyikan kekuatannya seorang diri.
"Jika aku memiliki kekuatan seperti ini,berarti aku salah satu orang yang beruntung mendapatkannya."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aries, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 11
"Kenapa dia memandangku seperti itu? Bukankah,dia begitu aneh saat ini"pikir Sasa,melihat Arnold di hadapannya.
Arnold yang mendengar pikiran Sasa,begitu gemas dan bersyukur dengan apa yang di dengarnya saat ini.
"Aku tidak bisa seperti ini terus,debaran jantungku semakin gila dan kenapa Arnold malah menggendong ku ke kamar."
"Dia tidak mungkin berbuat aneh-aneh terhadapku bukan? Apalagi dengan jarak yang seperti ini,aku mencium aroma mint di tubuhnya dan sialnya malah membuat aku begitu nyaman."
"Ternyata,aku membuat Sasa begitu nyaman dengan aroma khas ku ini."Batin Arnold dengan tatapan penuh arti terhadap Sasa.
Suasana begitu hening,bahkan pandangan mereka saling terkunci satu sama lain dan dengan cepat Arnold mendekatkan kepalanya terhadap Sasa.
"Kau begitu cantik saat ini,aku tidak mengizinkan dirimu seperti ini di hadapan orang lain dan kau boleh seperti ini hanya saat bersamaku"perintah Arnold mengangkat dagu Sasa dengan lembut.
Sasa mengerutkan keningnya di hadapan Arnold,karena merasa Arnold begitu dominan soal dirinya saat ini.
"Kau terlalu berlebihan,bukankah dirimu mau pulang"ucap Sasa menatap manik mata Arnold.
"Shit,debaran jantungku"pikir Sasa,karena merasa debaran jantungnya semakin cepat.
"Kau mengusirku? Apa kau tidak merindukan diriku sama sekali?"tanya Arnold serius.
Sasa menggelengkan kepalanya dengan cepat,karena dia memang tidak merindukan Arnold.
Tangan Arnold memegang pinggang Sasa yang cukup ramping,kemudian perlahan mengelus punggung Sasa dengan lembut.
Sasa merasakan panas di sekujur tubuhnya,apalagi ketika Arnold mengelus punggungnya dan bahkan sialnya dia merasa merinding sendiri.
Sasa mendorong Arnold perlahan,karena merasa tidak nyaman dengan posisinya saat ini.
"Pulanglah,aku begitu mengantuk"usir Sasa begitu terang-terangan terhadap Arnold.
"Baiklah,aku akan pergi.Namun,aku ingin kau tidur terlebih dahulu."
"No,aku juga harus mengunci pintu rumahku"protes Sasa,karena merasa heran dengan pikiran Arnold.
Sasa mendorong Arnold keluar dari kamarnya,mereka berdua turun ke lantai bawah dan Arnold merasa begitu santai di dorong oleh Sasa.
"Arnold"panggil Sasa dengan suara seraknya.
Arnold mendengar panggilan Sasa,namun dia tidak menghiraukan panggilan Sasa sama sekali dan terus melangkah turun menuruni anak tangga.
"Arnold ih"rengek Sasa tiba-tiba,karena merasa kesal dengan Arnold yang tidak menggubrisnya.
"Apa?"tanyanya cuek.
"Sebelum pergi,kau cuci piring dulu"perintah Sasa terhadap Arnold.
"Aku tamu di sini,tapi kau malah menyuruhku mencuci piring"kata Arnold dengan heran.
"Aku tidak mau tau,pokoknya cuci piring dulu"ucap Sasa tidak mau tau.
Arnold mengalah terhadap Sasa,dia langsung pergi ke arah meja makan dan mencuci piring kotor yang telah dia gunakan.
Waktu berlalu dengan cepat,bahkan mereka masih tidur di kamar masing-masing dengan begitu nyenyak.
Sinar matahari mulai menyusup lewat sela-sela jendela kamar Sasa,membuat Sasa yang tidur dengan begitu lelap terasa silau dan sekaligus merasakan kehangatan di tubuhnya.
Hoam...
Sasa menguap dengan lebar,dia perlahan membuka kedua matanya dan merasa tubuhnya begitu pegal saat ini.
Dia mengingat kejadian semalam,saat Arnold menggendongnya ke dalam kamar dan dia benar-benar merasa nyaman di dalam gendongan Arnold semalam.
"Sial,kenapa debaran jantungku begitu cepat"gumamnya yang langsung akan beranjak dari ranjang,namun malah terjengkang kembali tidur.
Seketika Sasa terkejut,karena bisa-bisanya tubuhnya limbung lagi ke arah ranjang dan merasa tubuhnya butuh istirahat lagi.
"Sial,apa aku kelelahan"umpatnya dengan sebal.
Kemudian Sasa melihat ponselnya,dia membaca pesan Arnold semalam dan pipinya terasa begitu panas saat ini.
"Dia benar-benar ingin menjadikan diriku kekasihnya"gumam Sasa merasa gembira.
Dia teringat ciuman pertamanya yang di ambil oleh Arnold saat itu,dia perlahan memegang bibirnya sendiri dan merasa masih seperti mimpi dengan tindakan Arnold terhadapnya.
Sasa langsung beranjak dari ranjangnya,dia menatap dirinya sendiri di cermin dan memutarkan dirinya untuk melihat tubuhnya.
"Pantas Arnold tidak ingin dirinya berpakaian seperti ini,apalagi aku yang memakai gaun tidur terlihat cukup menggoda"kata Sasa yang menyadari kebodohannya semalam saat bersama Arnold.
Namun Sasa merasa bersyukur,setidaknya Arnold tidak bertindak jauh terhadapnya dan hanya sedikit menggoda dirinya saja.
Berbeda dengan Arnold yang berada di kamarnya,dia masih terlelap tidur dan bahkan tidurnya begitu nyenyak.
Kemudian Sasa berjalan ke arah kamar mandi dengan bersenandung kecil,dia merasa bahagia dengan kedekatannya bersama Arnold.
Sasa mengisi bak mandi,dia merasa ingin berendam saat ini dan lagi ingin tubuhnya merasa begitu rileks.
Selang beberapa menit,Sasa turun ke lantai bawah dan dia tidak melihat pelayan panggilan yang biasanya datang.
Ponsel Sasa berdering,dia bergegas mengangkat telepon dari ibunya sendiri.
"Sayang,pelayan tidak datang ke rumah dan dia sedang izin saat ini.Kau pesanlah makanan di luar,agar kau tidak kelaparan."
"Baiklah,terimakasih sudah memberitahuku mom."
"Kalau begitu sudah dulu ya,mom masih ada kerjaan bye."
Sambungan telepon langsung terputus,dia menghela nafasnya kasar dan memilih berjalan ke arah dapur.
"Beginilah,derita anak tunggal.Bahkan,aku merasa begitu kesepian saat ini"gerutu Sasa tanpa sadar.
Dia juga menginginkan kehangatan di dalam keluarganya,apalagi orang tuanya begitu sibuk dan memilih mementingkan penelitian dari pada anaknya sendiri.
Sasa memilih membuat roti bakar untuk dirinya sendiri,setelah itu dirinya hanya melamun menunggu roti bakarnya jadi.
"Aku rindu kakek rasanya,tapi sayangnya rumah kakek begitu jauh"ucap Sasa menghela nafasnya dengan berat.
Karena Sasa tidak memiliki kelas,jadi dia tidak masuk kuliah dan memilih bersantai di rumahnya.
Dia membawa sarapannya ke area taman,kemudian berjemur di kursi untuk merasakan kehangatan sinar matahari.
Berbeda halnya dengan Arnold,dia kini berada di balkon kamarnya dan merasa puas dengan kedekatannya dengan Sasa.
Kini pandangannya jatuh terhadap Sasa yang berada di taman rumahnya,dia tersenyum melihat Sasa yang begitu cantik dan bahkan kulit putihnya tampak bersinar.
"Aku akan bersabar menunggu kau menjadi kekasihku Sa,aku akan terus berjuang mendapatkan dirimu seutuhnya"gumam Arnold yang menatap Sasa begitu intens dari balkon.
Menurutnya,tubuh Sasa memang terbilang ideal dan begitu pas.Dia saja begitu mengagumi tubuh Sasa saat ini,bahkan Sasa terlihat begitu seksi di matanya dan dia merasa tidak ingin melepaskan Sasa begitu saja.
Setelah cukup puas dengan melihat Sasa di balkon,Arnold langsung masuk ke dalam kamarnya dan dia merasa masih mengantuk.
Kemudian Arnold memutuskan untuk tidur kembali,apalagi hari masih terbilang pagi dan dia merasa tubuhnya begitu lelah saat ini.