Embun, seorang wanita berumur di akhir 30 tahun yang merasa bosan dengan rutinitasnya setiap hari, mendapat sebuah tawaran 'menikah kontrak' dari seorang pria di aplikasi jodoh online. Akankah Embun menerima tawaran itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ai, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5
Aku menemukan surat pengunduran diriku yang tertanggal 15 Desember di antara berkas-berkasku di dalam map, ketika sedang berbenah barang-barangku di dalam lemari yang berantakan. Sudah hampir setahun, tapi aku masih di sini, tanpa tahu kapan benar-benar akan meninggalkan tempat ini. Apakah aku akan terus di sini?
Dan lagi-lagi tanpa sengaja aku menemukan sesuatu yang sudah lama berlalu. Aku tanpa sengaja menekan iklan di ponselku ketika sedang menyetrika. Iklan itu kemudian mengarahkanku untuk membuka halaman situs pencarian jodoh, Badoo. Saat melihatnya, hal pertama yang terpikir adalah, apakah akunku sudah benar-benar kuhapus? Aku mencoba masuk dengan mengetikkan alamat e-mailku dan password yang kugunakan untuk hampir semua akun onlineku.
Dan, berhasil masuk.
Tidak ada foto, data-dataku pun asal-asalan. Tertulis kalau aku pria, 2o tahun, berasal dari Amerika. Aku selalu mengganti data-dataku dan menghapus fotoku sebelum menutup akun semacam ini. Aku sudah mencoba lebih dari sepuluh portal pencarian jodoh beberapa tahun terakhir, tapi selalu tidak berjalan lancar, jadi kututup. Ada beberapa yang kubuka, tutup, buka, tutup. Tapi, karena selalu berakhir tidak bahagia, aku memutuskan untuk menutup semuanya, kecuali dua portal yang cukup terpercaya. Terpercaya, karena jarang ada modus dan penipuan.
Bagaimana kalau aku aktif lagi di portal ini? Tapi, bagaimana kalau akhirnya seperti yang sebelumnya? Banyak yang modus dan pembohong?
Bukankah sekarang kamu sudah lebih berpengalaman, tidak mungkin kamu biarkan dirimu ditipu, bukan? Benar, ayo coba lagi, tidak ada salahnya. Mungkin saja kali ini bisa mendapatkan teman. Jiwa sanguinisku meronta.
Ubah nama, tanggal lahir, tempat tinggal, unggah foto yang agak gelap dan mengisi beberapa data tambahan, seperti: gambaran tentang diriku, hobi, dan semacamnya. Dalam lima menit, akunku sudah kembali aktif. Saatnya cuci mata.
Raka, Jakarta, 29. Lewat
Tatang, Bandung, 33. Lewat.
Aditya, Semarang, 31. Lewat.
Komang, 35, Bali. Lewat.
Dan entah beberapa nama dengan profil yang tidak menarik.
Kuhabiskan lima belas menit melihat-lihat profil para pria di Badoo tanpa harapan apapun, sementara setrika kusertel di paling rendah. Memang tidak ada yang menarik, seperti sebelumnya. Ada yang lumayan menarik sebenarnya, dengan foto super ganteng dan pekerjaan yang mewah. Dari pengalamanku dan pengalaman-pengalaman orang lain, yang memiliki profil sempurna seperti itu biasanya adalah penipu. Entah memakai foto orang lain, akun yang dibajak ataupun orang yang sebenarnya dengan modus mencari uang.
Setrikaanku tinggal sepasang seragam lagi. Aku akan melakukan rutinitas malamku, menonton Youtube setelah ini. Tidak, tidak. Aku akan menyelesaikan membaca buku yang tersisa seratus halaman lagi.
Jam setengah sebelas aku sangat mengantuk setelah menghabiskan entah puluhan atau seratusan menit melihat video-video lucu di Youtube dengan ditemani buku yang terbuka di sampingku. Saatnya tidur.
Aku terbangun di pagi hari disebabkan kandung kemihku yang tidak mampu lagi menahan jumlah air yang telah menumpuk sepanjang malam. Kembali dari toilet aku mendengar kokokan ayam dua kali, pasti sekarang sudah jam limaan.
Benar saja, pukul 05.27.
Kutarik selimut dan menutup kupingku dengan guling. Di luar masih gelap, apa yang bisa kulakukan di saat “subuh” dengan hawa dingin yang membekukan tulang seperti ini?
Setelah berguling-guling dan membayangkan bermacam-macam kejadian masa depan yang aku sutradarai sendiri, aku pun membuka mataku dan menatap langit-langit kamar. Matahari mulai mengintip. Aku bisa melihat sedikit noda di langit-langit kamar yang tadinya tidak tampak karena masih gelap. Kuraih ponselku. Pukul 06.15. masih terlalu dini. Aku menutup mataku lagi dengan selimut menutupi leherku, tepat mengenai daguku.
Ponselku bergetar. Aduh, siapa yang menelepon sepagi ini? Aku meraih ponselku dan melihat alarmku yang menyala. Kapan aku menyetel alarm jam 06.30?
Aku mematikan alarm dan memaksakan diriku bangun, menyalakan musik di ponsel dan menuju kulkas, mengambil
sarapanku. Roti dan selai cokelat. Roti di lemari es? Kalau tidak disimpan di lemari es, pasti cepat basi dan harus berbagi dengan semut.
mampir juga ya di karyaku
Hanya saja, perbedaan jumlah kata di bab satu dan dua membuatku sedikit tidak nyaman saat membacanya. Perbedaannya terlalu signifikan.