Seorang wanita muda bernama Ayuna berprofesi sebagai dokter Jantung yang berdinas di rumah sakit pribadi milik keluarganya, dia terpaksa dijodohkan oleh orang tuanya karena dia lebih memilih karir dibandingkan dengan percintaan.
Sebagai orang tua. tentunya sangat sedih karena anak perempuannya tidak pernah menunjukkan laki-laki yang pantas menjadi pasangannya. Tidak ingin anaknya dianggap sebagai perawan tua, kedua orang tuanya mendesaknya untuk menikah dengan seorang pria yang menjadi pilihan mereka. Lantas bagaimana Ayuna menyikapi kedua orang tuanya? Mungkinkah ia pasrah menerima perjodohan konyol orang tuanya, atau melawan dan menolak perjodohan itu? ikuti kisahnya hanya ada di Novel toon
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ika Dw, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33. Aku tidak Ingin Berpisah
Sepulang dari kerja, Allard berniat untuk menemui kekasihnya. Bukannya tanpa tujuan,dia ingin klarifikasi mengenai hubungannya dengan Ayuna. Dia berharap Vina bisa menerima keputusannya.
Allard penuh harapan, semoga Vina bisa mengerti kenapa ia memilih Ayuna untuk dinikahinya.
"Permisi, Assalamu'alaikum," ucap Allard dengan memencet bel rumahnya.
Dari dalam seseorang memekik menjawab salamnya.
"Waalaikumsalam," jawab dari dalam rumah tersebut.
Seseorang telah membukakan pintu dari dalam. Nampak seorang pembantu yang telah membuka pintunya.
"Maaf bi, apa neng Vina ada di rumah?" tanya Allard.
"Iya den, neng Vina ada di kamarnya. Mari silahkan masuk den, akan bibi panggilkan neng Vina," jawab bibi.
"Baik bi, terimakasih."
Allard langsung masuk menuju ruang tamu dan menghenyakkan tubuhnya di sofa.
"Em, aden mau minum apa?" tanya bibi.
"Nggak usah repot-repot bi. Panggilkan saja Vina sekarang," tutur Allard.
"Baik den," jawab bibi langsung bergegas untuk menemui Vina di dalam kamarnya.
"Permisi neng," ucap bibi sembari mengetuk pintu kamar Vina.
"Iya, masuk bi," jawab Vina.
Bibi pun masuk setelah mendapatkan izin masuk dari Vina.
"Ada apa bi?" tanya Vina.
"Anu neng, di rumah ada den Allard," jawab bibi.
"Allard? Oh! Jadi dia dateng ke sini," celetuk Vina.
"Iya neng. Tadi dia minta bibi suruh panggil neng Vina," ucap bibi.
"Ok, aku akan temuin dia bi."
Vina langsung beranjak dari tempat duduknya dan bergegas keluar dari dalam kamarnya.
Melihat Allard berada di ruang tamu, Vina langsung saja menghampirinya, tentu saja dengan muka manyunnya.
"Hey! Sayang? Kenapa mukamu jutek gitu sih," celetuk Allard.
"Menurutmu," jawab Vina dengan menghenyakkan tubuhnya di sofa dekat Allard.
Mengingat ucapan Steven bahwa Allard akan menikah dengan Ayuna, dia sangat marah dan juga kecewa. Tapi dia tutupi kekecewaannya, agar Allard tidak curiga karena ia sudah tahu tentang rahasia dari kekasihnya itu.
"Katakan padaku, apa yang membuatmu cemberut seperti itu?" tanya Allard.
"Kamu lah. Kamu sekarang sudah berubah, nggak seperti dulu lagi. Aku bahkan berfikir kamu memang sengaja menghindar dariku," jawab Vina.
"Loh! Kok kamu ngomongnya gitu sih yang? Aku nggak ketemu sama kamu itu kan emang sangat sibuk bekerja, jadi nggak punya banyak waktu untuk sekedar bersantai," alibi Allard tidak ingin kekasihnya tahu kalau selama beberapa hari dia memang sibuk menjaga Ayuna dari Steven yang selalu bersikap kasar dengan tutur sapanya yang sering merendahkan Ayuna.
"Kamu yakin cuma sibuk kerja doang? Atau jangan-jangan ada orang lain selain aku di hatimu," selidik Vina.
"Kamu itu ngomong apa sih. Nggak usah aneh-aneh. Dari dulu sampai sekarang aku itu sayang sama kamu. Cinta sama kamu, tolong kasih kepercayaan terhadapku," jawab Allard.
"Aku kan cuma nanya doang, nggak perlu juga kamu marah kalau memang kamu nggak lagi salah," gerutu Vina.
Allard diam dengan tersenyum samar menatap pada kekasihnya.
'Maaf, aku sudah menyakiti hatimu. Tapi aku nggak punya pilihan lain. Aku harus menolong nyawa nenek. Nenek sangat berharap Ayuna-lah yang menjadi menantunya.'
"Yang, sebenarnya kedatanganku ke mari ada sesuatu hal yang ingin aku sampaikan," ujar Allard.
Vina mengerjapkan kedua matanya dengan kening mengernyit.
"Se ... Sesuatu apa?" tanya Vina penasaran.
"Sebenarnya aku ...."
"Aku apa sih, ngomong yang jelas," seru Vina dengan ia berpura-pura penasaran.
Allard langsung mengembuskan napasnya pelan.
"Sebenarnya, aku dijodohkan dengan gadis lain."
"What?! Gadis lain?! Maksud .... Maksud kamu apa yang?!" pekik Vina dengan ia yang sangat kesal.
Allard sudah menduga kalau Vina akan sangat kaget menduganya, gadis itu sangat mencintainya.
Rasa bersalah yang Allard rasakan semakin menjadi-jadi, ia ternyata sangat menyakiti Vina, jelaslah Vina sangat kecewa berat padanya.
"Aku tahu kamu kaget dan kecewa dengan semua ini, tapi ... Tidak ada pilihan lain. Aku ingin menuruti permintaan terakhirnya, nenek sekarang sedang koma, dan ...."
"Terus kamu sakiti aku demi Nenek kamu ... Okay Allard, tidak masalah, tapi kenapa baru sekarang kamu ngomong sama aku, saat aku sayang banget sama kamu!" Vina tentu saja marah.
Kedua mata gadis itu memerah dan kini sangat berkaca-kaca. Bagaimana bisa Allard mengatakannya dengan baik-baik saja.
"Aku tidak bermaksud menyakiti kamu, tapi ini semua demi nenek, maafkan aku ...."
Vina bangkit dari duduknya, gadis itu menatap kesal pada Allard saat ini.
"Dengan mudahnya kamu minta putus, dan kamu minta maaf sama aku saat ini juga! Kamu pikir ... Kamu pikir aku nggak sakit hati dengan semua ini?! Gila kamu Al!" pekik Vina dengan air matanya yang kini ia usap dengan kasar.
"Sayang ...."
"Nggak! Aku nggak mau pisah sama kamu Al, nggak mau! Sampai kapan pun," pekik Vina dengan ia yang sangat kesal.
Allard langsung terdiam, sama seperti Vina, ia juga tidak ingin putus dari kekasihnya itu.
"Vina! Kumohon mengertilah. Aku melakukan semua ini bukan kemauanku sendiri. Aku hanya ingin berbakti pada orang tuaku saja. Dalam hatiku, aku sangat mencintaimu. Tidak ada perempuan lain yang bisa menggantikan posisimu di hatiku."
Allard memegang kedua tangan Vina dengan menatap sendu kedua manik mata gadisnya.
"Udahlah Allard. Kamu jangan coba buat rayu aku. Kau tau Al, aku sangat kecewa sama kamu. Udah berapa lama kita jalani hubungan ini. Kau minta aku buat setia, tapi apa Al, kau sendiri yang tak setia, bahkan sangat menyakitiku."
Air mata Vina berlinangan dengan isakan tangisnya yang semakin keras.
Allard semakin tak tega melihat penderitaan kekasihnya. Memang benar apa yang pernah diucapkannya waktu itu. Ia sendiri yang meminta Vina untuk setia dan tidak memiliki niatan licik untuk membuatnya terluka.
"Vina sayang? Aku harus apa? Aku tidak bisa berbuat apa-apa untuk menolaknya. Nenek sangat berharap, Ayuna menjadi menantunya, dan kini hidupnya hanya tergantung pada alat bantu, aku mohon mengertilah."
Vina memalingkan mukanya kesal dan menghempaskan tangan Allard yang tengah memegangnya.
"Kamu minta aku buat mengerti. Terus gimana dengan kamu, apa kamu mengerti gimana perasan aku, Al."
Vina menatap geram pada Allard dengan mengeratkan rahangnya.
"Ya terus aku harus gimana? Apa aku harus menikahi keduanya?"
"Apa kamu bilang, menikahi keduanya? Udah gila kamu ya? Kamu bener-bener lelaki kejam tau nggak," seru Vina.
Bagaimana bisa, Allard mengatakan ingin menikahi keduanya.
"Pokoknya aku nggak mau kalau sampai kita putus. Aku udah sayang banget sama kamu Al. Hanya demi satu orang saja kamu sudah berniat buat hancurin hubungan kita. Aku nggak bakalan diem aja, aku akan bikin perhitungan dengan calon istrimu itu," seru Vina.
"Jangan! Kamu jangan lakukan apapun. Aku nggak ingin kamu terlibat masalah. Kalau sampai kamu lakukan hal yang buruk pada Ayuna, aku tidak akan pernah bisa maafin kamu," peringat Allard.
"Ya terus aku harus gimana? Apa aku harus mengalah, aku juga udah bilang sama orang orang tuaku mengenai hubungan kita. Aku harus gimana Al?"
Vina kembali menangis dengan menutup kedua matanya.
Allard mengusap kasar wajahnya. Bingung apa yang harus dilakukannya. Tidak tega memutuskan kekasihnya begitu saja. Apa lagi Vina adalah gadis yang sangat baik dan setia menemaninya.
Di sisi lain, orang tuanya selalu berharap agar ia menikahi Ayuna dan memutuskan kekasihnya.
"Al! Sungguh aku kecewa banget sama kamu. Aku nggak tahu lagi, seandainya nanti keluargaku dateng dan nanyain tentang hubunganku sama kamu, aku harus bilang apa sama mereka. Ini sangat sulit buat aku Al," gumam Vina dengan menundukkan wajahnya.
Allard masih diam tidak bergeming. Tidak tahu harus bicara apa lagi pada Vina. Vina tidak ingin berpisah dengannya.
Sangat kesal dan kecewa karena Allard tidak pernah bisa mengerti perasaannya. Selama ini ia bahkan sudah menjadi kekasih yang setia.
"Kalau memang kamu masih memiliki niatan buat nikah sama itu cewek, maka kau harus bertanggung jawab mengenai kematianku!"
Vina beranjak dengan matanya memerah. Dia dengan frustasi melangkahkan kakinya keluar rumah.