Siapa sangka, cinta yang dulu hangat kini berubah menjadi api dendam yang membara. Delapan tahun lalu, Alya memutuskan Randy, meninggalkan luka mendalam di hati lelaki itu. Sejak saat itu, Randy hidup hanya untuk satu tujuan : membalas sakit hatinya.
Hidup Alya pun tak lagi indah. Nasib membawanya menjadi asisten rumah tangga, hingga takdir kejam mempertemukannya kembali dengan Randy—yang kini telah beristri. Alya bekerja di rumah sang mantan kekasih.
Di balik tembok rumah itu, dendam Randy menemukan panggungnya. Ia menghancurkan harga diri Alya, hingga membuatnya mengandung tanpa tanggung jawab.
“Andai kamu tahu alasanku memutuskanmu dulu,” bisik Alya dengan air mata. “Kamu akan menyesal telah menghinakanku seperti ini.”
Apa yang sebenarnya terjadi di masa lalu? Mampukah cinta mengalahkan dendam, atau justru rahasia kelam yang akan mengubah segalanya?
Kisah ini tentang luka, cinta, dan penebusan yang mengguncang hati.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Byiaaps, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12
“Aku tidak ingin kita salah langkah. Jangan sampai Alya kabur setelah kita menjemputnya. Aku yakin dia pasti masih marah padaku,” jelas Randy dalam panggilan telepon dengan Geni.
Hingga percakapan itu usai, Randy lalu menemui istrinya. Ia ingin menegur atas perbuatan Nadia yang tak sopan pada ibunya. Ia tak terima, Bu Yusi tak diizinkan masuk ke dalam rumahnya sendiri.
“Jangan jadi menantu durhaka kamu, Nad!” tegas Randy.
“Dia hanya ibu angkatmu, bukan ibu kandungmu. Lagi pula, dia tak pantas disebut ibumu meskipun hanya angkat,” ujar Nadia santai.
Menggertaknya, Randy tak terima dengan ucapan istrinya itu.
“Jika kamu mencintaiku, kamu akan menganggap ibuku sebagai ibumu juga, tak peduli dia ibu kandung atau ibu angkat! Asal kamu tahu, Bu Yusi sudah seperti ibu kandungku sendiri, kami memang tak sedarah, tapi hubungan kami layaknya anak dan ibu yang memiliki ikatan batin. Camkan itu!” titah Randy lalu pergi meninggalkan istrinya.
Membalikkan badannya, Randy kembali mengingatkan Nadia jika ia tak akan mau menghormati keluarga istrinya itu, sebelum Nadia bisa menghormati Bu Yusi.
Hingga keesokan paginya, Randy ditemani Geni sudah bersiap di depan panti. Entah apa yang akan mereka lakukan, Randy meminta mereka mengamati aktivitas di panti itu terlebih dahulu dari dalam mobil. Tentunya, ia berharap melihat Alya.
Setelah beberapa lama kemudian, seorang wanita menggandeng beberapa anak panti keluar dari panti dan berjalan menuju ke sebuah taman kanak-kanak tak jauh dari panti asuhan.
Tiba-tiba, Randy dibuat tercengang kala di belakang gerombolan itu, ia melihat Alya sedang menggandeng Gio. Bukan hanya itu saja. Alya tampak menciumi dan memeluk Gio. Seketika otaknya pun membeku. Lidahnya kelu, matanya tak berhenti berkedip mengamati pemandangan ini.
“Alya, Gio,” batinnya berusaha mencerna pemandangan pagi ini.
“Pak,” ujar Geni yang juga tak berkedip melihat ke arah mereka.
“Jangan-jangan, Gio anak... Pantas saja, saat melihat Geni, sekilas saya seperti melihat perawakan Tuan,” lanjut Geni.
Geni lalu membenarkan ucapannya, bahwa sepertinya dugaannya benar karena tampak hanya Gio yang disayang Alya, hal itu juga semakin menguatkan fakta bahwa Gio masih punya ibu.
Masih belum mampu berbicara, tak sadar air mata haru Randy perlahan menetes. “Alya, jadi dia anak kita?”
“Aku harus membawa mereka pergi dari panti. Tempat kalian bukan di sana. Aku harus bertanggung jawab pada kalian." Randy mengusap air matanya.
Geni yang bijaksana, mengemukakan usulannya, bahwa mereka harus dapat mengambil hati Gio terlebih dahulu, dan tanpa paksaan membawa Alya dan Gio dari panti begitu saja.
“Aku tidak mau tahu, aku harus bisa segera membawa mereka,” tutur Randy terus memandangi ke arah jalanan.
***
Jam 10 pagi sepulang Nana menjemput anak-anak panti yang bersekolah di taman kanak-kanak, Gio tidak bersamanya.
“Mbak Alya!” panggil Nana setengah berteriak cemas saat tiba di panti.
Seketika Alya ke ruang tamu untuk menemui Nana.
“Mbak, pas Nana mau jemput anak-anak, Gio tidak ada,” lapor Nana membuat Bu Puri pun ikut menemuinya.
Sontak wajah Alya memucat. “Kamu sudah tanyakan ke gurunya?”
“Sudah, tapi gurunya bilang, dia tidak melihat saat Gio pulang. Anak-anak bilang, Gio keluar kelas lebih dulu setelah guru keluar. Mereka pikir, Gio akan menunggu teman-temannya yang lain di luar kelas seperti biasa. Nana juga selama ini selalu minta mereka tunggu di sana saat Nana belum jemput,” jelas Nana merasa bersalah.
Alya pun langsung mengambil baju luarannya dan bergegas mencari Gio ke sekolah, tak peduli dengan mentalnya ketika nanti bertemu banyak orang di luar.
Baru saja ia sampai gerbang panti, dilihatnya Gio sedang bersama seorang lelaki yang ia kenal betul.
“Mamaaa...” Gio berlari menghampiri Alya, disusul Randy.
Setelah Gio berada di tangannya, Alya memundurkan langkahnya saat Randy menghampirinya.
“Jangan mendekat.” Alya memalingkan wajahnya agar tak melihat ke arah Randy.
Ia lalu membalikkan badannya sembari memeluk Gio.
“Alya, ini aku, aku ingin minta maaf.” Randy tampak ingin menyentuh Alya, tapi dengan cepat mama Gio itu menghindar.
“Pergi! Pergi!” titah Alya tanpa melihat ke arah Randy.
Hingga Bu Puri pun mendatangi mereka. Alya yang sudah pucat ketakutan pun berlindung di balik tubuh Bu Puri, tubuhnya bergetar. Di saat seperti ini, Bu Puri tahu betul bahwa trauma Alya sedang kambuh.
“Bu, suruh dia pergi, Bu, Alya takut,” pinta Alya mengiba.
Memintanya masuk ke dalam, Bu Puri ingin bicara dengan lelaki yang ditakuti Alya itu.
Mereka lalu tampak berbincang, Bu Puri menanyakan apa tujuan lelaki yang pernah datang ke pantinya itu ke mari.
“Maaf, Bu. Saya tidak bermaksud melukai Alya dan Gio, saya hanya membelikan Gio es krim,” jelas Randy.
Tampak Geni kemudian menyusul tuannya menemui Bu Puri. Seketika Bu Puri pun paham bahwa lelaki di hadapannya itu adalah tuan dari Geni. Orang yang berniat mengadopsi Gio.
“Saya sudah pernah katakan pada dia, Tuan. Gio tidak akan bisa diadopsi karena dia masih punya ibu di sini,” jelas Bu Puri memandang Randy dan Geni secara bergantian.
“Saya tahu, Bu, saya hanya...” Belum sempat Randy melanjutkan ucapannya, Geni lebih dulu memotongnya.
Sang asisten segera mengucapkan permintaan maafnya pada Bu Puri lalu berpamitan pergi.
Meski membalikkan badannya, tapi Randy masih terus melihat ke arah panti.
...****************...
alurnya teratur baca jdi rileks banyak novel yang lain tulisan nya di ulang ulang terlalu banyak kosakata aku senang cerita kamu terus deh berkarya walaupun belum juara
Semangat kutunggu Karya selanjutnya Thoor, semoga sehat selalu