Di tengah hujan yang deras, Jane Rydell, melihat seorang pria terkapar, di pinggir jalan penuh dengan luka.
Dengan tanpa ragu, Jane menolong pria itu, karena rasa pedulinya terhadap seseorang yang teraniaya, begitu tinggi.
Hendrik Fernandez, ternyata seorang pria yang dingin dan kaku, yang tidak tahu caranya untuk bersikap ramah.
Membuat Jane, gadis berusia dua puluh tiga tahun itu, dengan sabar menunjukkan perhatiannya, untuk mengajarkan pada pria dingin itu, bagaimana caranya mencintai dan di cintai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KGDan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5.
Sesampainya di apartemen, Jane duduk di tepi tempat tidurnya, ia melamun menatap surat wasiat yang ia pegang.
Kenapa ada seseorang membuat surat wasiat pernikahan? pikir Jane tidak habis pikir, yang ada pada umumnya, surat wasiat harta warisan.
Siapa yang mau dengan Psychopath! siapa mau menikah dengan lelaki yang menyeramkan!
Ucapan adik tirinya tadi, masih teringat terus di dalam pikiran Jane.
Apakah mereka sudah mengenal cucu Tuan Fernandez? dan sengaja memberikan perjodohan itu kepadaku?
Ia tahu Ibu tirinya seorang wanita penggila harta, yang begitu hobi belanja barang branded.
Tidak mungkin ia melepaskan calon menantu kaya raya, seperti cucu Tuan Fernandez, kalau bukan karena pria itu seorang psychopath, seperti yang di katakan adik tirinya tadi.
Tok! tok! tok!
"Nona! jangan berlama-lama lagi, segera berkemas!"
Terdengar Asisten Ayahnya mengetuk pintu kamar apartemennya, yang sedang menunggu Jane berkemas di luar kamar Jane.
"Iya!" jawab Jane.
Jane hanya memasukkan beberapa helai pakaiannya ke dalam koper, dan barang lainnya.
Lain waktu ia akan datang untuk mengambil barang-barangnya, kalau ia butuhkan, karena tidak mungkin ia akan membawa semua barangnya.
Setelah mengunci dengan baik apartemen nya, Jane mengikuti Asisten ayahnya dari belakang, sembari menarik koper pakaiannya.
Mobil tidak berapa lama meluncur menuju rumah calon suami Jane, dan berhenti di depan pintu gerbang yang begitu tinggi.
Sebuah Mansion yang cukup besar dan mewah, terletak di pinggiran kota dengan suasana yang begitu asri.
Pintu gerbang yang tinggi itu perlahan terbuka, dan Mobil masuk menelusuri jalan menuju Mansion.
Antara pintu gerbang dengan Mansion, melewati taman yang begitu luas, dengan pohon akasia sepanjang jalan menuju pintu utama Mansion.
Mobil berhenti tepat di lobby pintu utama Mansion, dan beberapa Pelayan sedang berdiri di lobby, sepertinya sengaja untuk menyambut kedatangan Jane.
"Selamat datang, Nona!"
Benar saja, mereka membungkuk dengan sopan menyambut Jane, saat gadis itu turun dari mobil.
Asisten ayah Jane menurunkan koper Jane dari bagasi Mobil, lalu memberikannya kepada Jane.
"Terimakasih!" ucap Jane.
"Silahkan, Nona!" sahut seorang Pelayan wanita, yang berusia hampir sebaya Ibu tirinya.
Sepertinya wanita itu, kepala Pelayan di Mansion tersebut.
"Terimakasih!" ucap Jane mengikuti langkah wanita itu dari belakang.
Jane mengikuti Pelayan itu menaiki tangga, menuju lantai dua.
Mansion tersebut terlihat begitu sangat luas, dengan dekorasi yang sangat indah dan mewah.
Jane mengikuti langkah Pelayan itu, menuju sebuah kamar yang begitu luas dan mewah, di tengah kamar terlihat tempat tidur yang begitu besar dan mewah.
"Ini kamar pengantin, dan mulai hari ini, kamar ini adalah kamar anda dan Tuan Muda Hendrik!" ucap Pelayan tersebut, lalu berjalan menuju sebuah pintu lainnya, di dalam kamar tersebut.
"Ini walk in closet, anda bisa menyimpan pakaian anda di sini!" sahut Pelayan itu lagi, seraya membuka pintu tersebut, untuk memperlihatkan dalamnya.
"Terimakasih!" ucap Jane.
"Sekarang, anda silahkan membersihkan diri, dan memakai gaun pengantin, yang sudah di sediakan di dalam walk in closet, sebentar lagi anda akan melangsungkan pernikahan anda dengan Tuan Muda, jangan terlalu lama berdandan!" sahut Pelayan wanita itu dengan datar.
"Terimakasih!" ucap Jane lagi.
Setelah mengatakan itu semua, Pelayan wanita itu kemudian pergi dari kamar, yang mulai saat ini menjadi milik Jane.
Setelah Pelayan itu pergi, Jane mengedarkan pandangannya ke seputar kamar tersebut.
Seperti apa kira-kira suaminya, apakah benar seorang pria yang sangat menakutkan? seperti apa yang di katakan adik tirinya?
Tapi, melihat keadaan Mansion, yang begitu bersih dan rapi ini, sepertinya itu tidak mungkin! pikir Jane.
Kamar yang begitu luas, hampir sama besarnya, dengan ruang tamu Mansion Ayahnya, yang tidak begitu besar.
Jane masuk ke kamar mandi yang begitu mewah, terlihat begitu sangat rapi dan bersih.
Seandainya Ibu tiri dan adik tirinya, mengetahui betapa kayanya Tuan Fernandez, mereka pasti kegirangan seperti orang yang hilang akal.
Jane membersihkan tubuhnya dengan cepat, lalu setelah selesai mandi ia masuk ke dalam walk in closet.
Ia melihat gaun pengantin, yang begitu mewah di taruh pada sebuah manekin
Saat gaun itu ia pakai, pas sekali di tubuhnya, bahan gaun terasa lembut di telapak tangannya.
Ia merasa bagaikan bermimpi, mau saja menikah dengan pria yang belum di kenalnya.
Jane memejamkan matanya, untuk menenangkan perasaannya, yang campur aduk.
Sepertinya ia menikah tanpa di hadiri oleh Ayahnya.
Bersambung.....