Alena Ricardo sangat mencintai seorang Abian Atmajaya, tidak peduli bahwa pria itu kekasih saudara kembarnya sendiri. Hingga rela memberikan kehormatannya hanya demi memiliki pria itu.
Setelah semua dia lepaskan bahkan dibuang oleh keluarga besarnya, Alena justru harus menghadapi kemarahan Abian. kehidupan rumah tangganya bagaikan di neraka, karena pria itu sangat membencinya.
Akankah Alena menemukan kebahagiaannya? Dan akankah Abian menyesali apa yang selama ini diperbuatnya, setelah mengetahui rahasia yang selama ini Alena simpan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy tree, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 10
Alena yang sudah masuk ke dalam taksi yang dipesannya, meminta pada supir untuk merubah tempat tujuan. Dia sudah tidak bersemangat untuk pulang, karena takut Abian membawa Sekar ke rumah mereka, hanya untuk membuatnya sakit hati seperti yang sudah-sudah.
Alena bahkan sampai rela membayar tiga kali lipat pada supir itu, hanya untuk membawanya ke tempat yang diinginkannya. Tempat masa kecilnya dulu, di mana seluruh keluarganya sering berkumpul bercanda ria. Tempat dimana para kakak sepupunya selalu melindunginya di saat dia sedang bersedih.
Tempat itu tidak lain dan tidak bukan adalah Mansion utama. Meski Alena tidak bisa masuk ke dalam mansion tersebut, tapi setidaknya dia bisa melihat mansion utama dari kejauhan untuk mengobati rasa rindunya.
"Nona, apa tidak apa-apa berhenti di sini?" supir itu merasa asing dengan tempat tersebut. Tempat di mana hanya ada satu bangunan mewah, dan luas yang berada tidak jauh dari mobilnya berhenti. Selebihnya hanya ada pohon di sepanjang jalan, tanpa ada kendaraan lainnya.
"Tidak apa-apa," jawab Alena sambil menatap mansion utama dengan penuh kerinduan. Dia mengingat kembali kenangan bersama Alana, Alona, dan Aluna, di mansion tersebut. Tempat berkumpulnya keluarga mereka jika pulang ke Jakarta. Dan sekarang ia tidak bisa masuk ke dalam mansion utama, karena kesalahan yang diperbuatnya.
Namun jika ditanya apakah Alena menyesali apa yang sudah diperbuatnya? Maka jawabannya tidak! Karena dia merasa berhak meraih cintanya, meskipun harus membuat Alana terluka.
Lama Alena diam menatap mansion utama, dengan pikiran yang melayang entah kemana. Sampai pada akhirnya ia melihat mobil mewah yang hendak keluar dari mansion utama.
"Pak, cepat jalan!" ucapnya pada sang supir. Dia tidak mau kalau sampai ada anggota keluarga Arbeto yang mengetahui keberadaannya.
"Baik Nona," supir itu pun segera memutar mobilnya, meninggalkan tempat tersebut.
Sementara itu di tempat yang lainnya, tampak seorang pria tampan yang tengah menunggu kedatangan seseorang dengan raut wajah yang tegang bercampur emosi. Rahangnya mengeras, dan tatapan matanya terus menatap kearah gerbang di depan sana.
"Kemana dia?" Abian menatap jam di pergelangan tangannya. "Berani sekali dia pulang lebih dulu, dan sampai sekarang belum sampai?" dia memang mengetahui Alena pergi dari kediaman Atmajaya. Itu sebabnya dia juga segera berpamitan pada kedua orang tuannya, untuk menyusul wanita itu. Karena Abian tahu, sangat sulit mencari kendaraan di daerah tersebut apalagi tengah malam.
Namun saat dirinya hendak pulang, Ibu Ayuning meminta tolong untuk mengantar Sekar pulang ke rumahnya. Tadinya Abian hendak menolak permintaan tersebut, tapi saat melihat sosok Alena yang tengah berjalan menuju pos keamanan di dekat gerbang, dia pun dengan bersemangat menuruti permintaan tersebut.
Abian ingin membuat hati Alena kembali sakit, dengan memperlihatkan dirinya pulang bersama Sekar. Itulah mengapa mobilnya berhenti, dan jendelanya di buka tepat di pintu gerbang agar Alena melihat semuanya.
Ya, Abian memang selabil itu jika berkaitan dengan Alena. Terkadang dia merasa khawatir, namun sedetik kemudian dia merasa marah dan ingin menyakiti wanita itu hanya dengan melihat wajahnya.
"Seandainya kejadian itu tidak pernah terjadi, aku pasti tidak akan membencimu sedalam ini."
Flash back on.
"Buka pintunya!"
Suara ketukan dari luar yang begitu keras, membuat kedua orang yang tengah berbaring di atas ranjang terusik dari tidurnya.