Warning!!
Bacaan Area dewasa 21+ , bijaklah dalam memilih bacaan...
Kirana adalah seorang mahasiswa akhir, dia membutuhkan biaya untuk mengerjakan skripsinya. Seorang teman memberinya sebuah pekerjaan sebagai guru les privat dari anak seorang konglomerat.
Kirana pikir anak yang akan di les privat adalah anak usia sekolah dasar, tapi ternyata anak usia tiga tahun. Dan lebih kagetnya lagi, ayah dari anak yang dia les privat adalah seorang duda tampan dan seksi.
Bagaimana Kirana menghadapi anak dan ayah itu? Apakah dia akan terjerat oleh pesona sang duda?
Yuk kita pantau terus perjalanan cinta Kirana dan sang duda..😊😊
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ummi asya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
30. Perdebatan Kecil
Pagi tiba, Kirana kaget dia tidur di kamarnya dan di samping Bryan. Tangan Bryan malah memeluk dirinya, lalu Kirana menyingkirkan tangan besar itu dan turun dari ranjangnya dengan pelan.
Dia masih bingung, bagaimana dirinya bisa tidur di kamarnya. Bersama Bryan pula?
"Apa aku tidur sambil jalan ya?" gumam Kirana sambil keluar kamar.
Pikirannya masih bingung, semalam dia tidur di kursi panjang ruang tamu. Tapi kenapa bangun sudah ada di ranjangnya, bahkan tidur dengan Bryan.
"Kok aku ngga sadar ya? Dia bahkan tidur dengan nyenyak di ranjangku yang sempit itu." kata Kirana masih saja memikirkan tadi.
Sedangkan Bryan masih tidur terlelap, dia bahkan bermimpi bisa menggauli Kirana.
Waktu pun beranjak siang, Bryan sudah rapi dan bersiap untuk berangkat ke kota lagi. Karena dia sudah berjanji tiga hari di kampung Kirana.
"Jadi nak Bryan mau membawa Kirana berangkat lagi?" tanya ibu Kamina.
"Iya bu." jawab Bryan.
"Hemm, ya sudah ngga apa-apa. Jaga Kirana ya nao Bryan, takutnya dia suka seenaknya sendiri." kata ibu Kirana lagi.
"Iya."
Kirana pun sudah mempersiapkan tasnya untuk berangkat ke kota. Rencananya dia besok dia berangkat ke kota, tapi Bryan memaksanya untuk ikut dengan alasan Missel sudah lama menunggunya.
Pak Darno hanya bisa menatap kedua sepasang suami istri yang baru semalam sah jadi pasangan, dia masih belum rela. Namun demikian, dia berpikir lagi. Lebih baik anaknya Kirana sama Bryan. Dia tahu juragan Samin juga mengincar Kirana.
"Oh ya, nanti kalau ada orang yang datang mencari ayah. Tolong di terima saja ya, itu dari saya untuk ayah. Dan ini cek yang tadi malam yang saya kasih untuk ayah dan ibu, silakan di pergunakan dengan baik." kata Bryan sambil menyerahkan cek pada pak Darno.
Pak Darno pun kaget, dia menerima cek tersebut dengan bingung. Dia bingung bagaimana mencairkan uang tersebut.
"Lho, ini nanti bagaimana mencairkannya?" tanya pak Darno.
"Ayah datang saja ke bank, bilang saja mau mencairkan cek. Nanti petugas bank akan mengurusnya, kalau ayah tidak mau di ambil semua bisa kok di tabung. Di simpan lagi dalam bentuk tabungan." kata Bryan.
"Ooh, begitu. Ya sudah seperti itu saja, biar tidak mencolok saya bawa uang banyak." kata pak Darno dengan wajah sumringah.
Dia bingung dengan menantunya itu, dari mana uang sebanyak itu.
"Oh ya, kamu sangat kaya ya? Banyak bener uangnya." kata pak Darno.
"Hahah, tidak juga ayah. Tapi untuk memberikan pada ayah, ada kok uangnya." jawab Bryan.
Kirana dan ibunya hanya diam, melihat percakapan kedua laki-laki itu. Kirana juga senang ayahnya tidak lagi memusuhi Bryan.
"Kirana, apa suamimu itu sangat kaya?" bisik ibunya.
"Iya bu, dia punya banyak perusahaan dan juga mall." jawab Kirana.
"Apa? Mall? Dia punya mall?" tanya ibunya lagi tidak percaya.
"Iya, makanya uangnya banyak. Aku bekerja padanya saja gajinya besar banget bu, dan rumahnya juga mewah. Namun sayang dia pelit." kata Kirana.
"Pelit kenapa?"
"Pembantunya satu, rumah besar tapi pembantunya cuma satu." kata Kirana.
Dia menatap terus pada Bryan yang masih bicara dengan ayahnya.
"Ya sudah, kalau begitu saya dan Kirana harus pamit sama ayah dan ibu. Nanti lain kali ayah dan ibu bisa mampir ke rumah saya." kata Bryan berbasa basi.
"Iya, kapan-kapan." jawab pak Darno.
"Nanti kalau Kiran wisuda ya, ayah sama ibu datang ke kota dan menginap di sana." kata Kirana.
"Aah, ya benar. Kapan wisudanya Kiran?" tanya ibu Kamina.
"Emm, belum ada kabar bu. Nanti dari kampus memberitahu." jawab Kirana.
Setelah berpamitan dan berpelukan, kini Kirana dan Bryan segera berangkat ke kota karena waktu sudah mulai siang.
_
Dalam perjalanan, Kirana banyak diam. Dia sesekaki mengantuk dan enggan bicara pada Bryan.
Bryan heran kenapa Kirana diam saja sepanjang jalan menemaninya mengendarai mobil sendiri.
"Kamu kenapa diam saja?" tanya Bryan.
"Tidak apa-apa." jawab Kirana singkat.
Bryan masih sabar dengan tanggapan Kirana yang biasa saja.
"Apa kamu tidurnya nyenyak?" tanya Bryan.
Wajah Kirana merona, dia melirik ke arah Bryan sekilas lalu diam lagi. Duduknya pun salah tingkah, membuat Bryan tersenyum kecil. Dia tahu Kirana merasa malu karena tadi pagi bangun sudah berada di ranjangnya dan tidur dengannya.
Bryan sendiri yang mengangkat dan membopong Kirana untuk tidur di kamarnya sendiri, karena dia takut mertuanya tahu kalau Kirana tidur di luar. Dan di luar dugaan, Kirana malah tidur nyenyak sekali, hingga dia memeluk tubuh istrinya dan mencium bibirnya Kirana tidak terganggu sama sekali.
"Apa kamu tidur dengan nyenyak?" tanya Bryan lagi.
"Iya." jawab Kirana singkat tanpa menoleh pada Bryan.
"Emm, semalam aku bermimpi tidur denganmu." kata Bryan memancing Kirana bicara banyak.
"Eh, bermimpi? Bermimpi apa?" tanya Kirana kembali salah tingkah.
"Tidur denganmu. Kamu tidur nyenyak sekali, hingga aku peluk kamu tidak sadar."
"Benarkah?"
"Ya. Atau jangan-jangan kamu pindah tidur di kamar denganku?" tanya Bryan menggoda Kirana.
"Eh, mana ada? Saya tidur di ruang tamu tuan, dan pagi-pagi saya bangun lalu langsung ke kamar mandi."
Bryan melirik Kirana, dia melihat Kirana merona pipinya. Senyumnya mengembang, merasa senang menggoda Kirana.
"Oh ya, ya. Mungkin hanya mimpi saja aku tidur denganmu. Hemm, sayang sekali padahal aku sangat senang tidur dengan istriku." gumam Bryan di dengar Kirana.
"Tidak mungkin saya tidur dengan anda tuan." bantah Kirana masih saja berbohong.
"Kata ibu kamu harus mengganti panggilanmu padaku." ucap Bryan mengingatkan Kirana.
"Saya belum biasa tuan mengganti nama panggilan."
"Biasakan, aku sekarang suamimu maminya Missel." kata Bryan sambil memiringkan kepalanya ke arah Kirana.
Membuat Kirana kaget, dan wajah mereka hampir saja menempel sebelum Bryan menarik kepalanya. Jantung Kirana pun berdetak kencang, dia memegangi dadanya karena kaget.
"Anda jangan membuatku kaget tuan."
"Maminya Missel, kamu suka aku panggil seperti itu?" tanya Bryan.
"Tidak."
"Waah, sayang sekali. Aku sangat suka panggilan itu."
"Dengar ya tuan, sebenarnya apa sih mau tuan Bryan sama saya?" tanya Kirana dengan kesal.
Kali ini Kirana pun semakin kesal, kenapa sejak di rumah Bryan selalu membuat penasaran dengan kedatangannya, bicara bohong pada kedua orangtuanya dan sekarang menikahinya.
Bryan melihat Kirana sangat kesal padanya, tapi dia sengaja hanya diam saja tanpa memberikan alasan sebenarnya. Alih-alih karena Missel, pasti Kirana tidak percaya dengan alasan itu.
"Tuan Bryan?"
"Kenapa istriku?"
"Ish, istri. Anda hanya ingin saya tidak bisa pergi dari rumah anda kan?"
"Ya, benar."
"Hanya ingin menjaga Missel saja? Sedangkan anda akan bersenang-senang dengan perempuan lain?"
"Hahahah! Siapa bilang? Kan aku sudah punya istri, yaitu kamu. Kenapa aku harus bersenang-senang dengan perempuan lain?" tanya Bryan masih dengan senyuman senangnya menggoda Kirana.
"Bahkan anda begitu bahagia berdekatan dengan nona Laudya itu." kata Kirana.
Entah kenapa pikirannya mengingat Bryan berduaan dengan Laudya di ruang kerja dan berciuman mesra waktu itu melintas di benaknya, membuat dia emosi dan keluar begitu saja. Dan itu jadi bumerang bagi dirinya pada Bryan.
"Jadi kamu cemburu?"
"Ish, siapa yang cemburu?"
Wajah Kirana kembali merona, dia malu sekali mengatakan itu pada Bryan saat ini, dan tentu saja Bryan sangat suka menggoda Kirana.
"Baiklah, apa yang kamu mau dariku?"
"Tidak ada."
"Oh ya? Emm, mungkin kamu ingin aku menjauhi Laudya?"
"Itu terserah anda tuan, dia kan teman anda." kata Kirana dengan ketus.
"Kalau kamu meminta aku menjauhi Laudya, aku akan lakukan." kata Bryan lagi.
"Terserah anda, bukan hak saya."
"Oh, tentu saja kamu berhak melarangku berteman dengan Laudya, karena aku suamimu." jawab Bryan.
Kirana menatap tajam pada Bryan, dia kesal kenaoa suaminya itu selalu membolak balikan ucapan. Bryan sendiri hanya tersenyum saja dengan sikap Kirana. Dia merasa senang, sikap cemburu Kirana padanya kini terlihat.
"Bagaimana?"
"Apanya yang bagaimana?"
"Berteman dengan Laudya?"
"Aku bilang terserah anda."
"Oke, aku putuskan aku akan berteman dengan Laudya terus. Dia boleh datang ke rumahku dengan bebas dan bicara berdua denganku dengan bebas juga. Karena istriku sekarang tidak melarangnya." kata Bryan.
Dia ingin tahu sejauh apa rasa cemburu Kirana padanya dan Laudya jika berdekatan.
Perjalanan kali ini sangat seru bagi Bryan, dia senang menggoda Kirana. Sesekali dia juga sering membuat Kirana berdebar dan bingung dengan perlakuan Bryan yang susah di tebak bagi Kirana.
_
_
Promo lagi kaka, yuk mampir kemari..
Yang kepo boleh deh di cari ya linknya..😊😊😊
***********