Sinta Maharani seorang wanita bertubuh tambun, terpaksa harus menikah karena perjodohan yang dilakukan oleh kakeknya dengan salah satu cucu sahabat baik sang kakek bernama Dirgantara sawito Atmojo
Sinta sering diabaikan dan dihina oleh orang tua suaminya dan Dirgantara sang suami tak pernah mau peduli karena mereka menikah tanpa cinta, Dirga sendiri sudah punya kekasih
akankah Sinta terus bertahan atau pergi meninggalkan semuanya??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ummy phuji, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 5 Terikat Pernikahan
Hari ini hari dimana Sinta Maharani dan Dirgantara sawito Atmojo melangsungkan pernikahan.
Dikamar Sinta sudah di dandani walaupun mempunyai tubuh yang tambun tapi wajahnya sangat cantik
Hidungnya yang mancung, matanya yang bulat berwarna coklat gelap dan bulu mata lentik namun kecantikannya tidak ada yang melihatnya karena mereka semua sering membulynya karena bentuk tubuhnya
"apa sudah siap" tanya Bu Sawitri masuk kedalam kamar Sinta
"Ternyata putriku cantik tapi kenapa tubuhnya begitu melar tidak sepertiku dan adiknya !? Apa dia tertukar saat dirumah sakit dulu !?" batin Bu Sawitri menatap putrinya yang sudah cantik dengan kebaya pengantin muslim
Pernikahan mereka digelar sangat sederhana karena Dirga tidak ingin pernikahannya di ekspose kemedia sosial,Dirga tidak ingin teman-teman kantornya tau jika dia menikah dengan seorang perempuan yang bertubuh besar.
Dirga akan menjadi bahan olok-olokan di kantornya nanti.
Sinta tidak mempermasalahkan itu semua karena Dia tidak di beri kesempatan untuk menolak ataupun mengutarakan pendapatnya tentang pernikahannya sendiri.
"ayo turun semua orang sudah menunggu dan kamu sekarang sudah sah menjadi istri Dirgantara sawito Atmojo " ucap Bu Sawitri,sinta pun Berdiri dari duduknya dan berjalan keluar dari dalam kamarnya yang sebentar lagi akan ditinggalkannya
Sesekali Sinta mendongakkan kepalanya menatap langit-langit kamarnya agar air matanya tidak menetes membasahi pipinya dan merusak hasil karya Sang MUA du wajahnya.
sinta si tuntun oleh dua orang MUA yang telah membantunya dikamarnya tadi karena Bu Sawitri yang seharusnya menggandeng tangan putrinya untuk di bawa kepelaminan namun bu Sawitri berjalan cepat di depan sinta tanpa memperdulikannya
" sebenci itukah ibu padaku!? sejijik itukah ibu padaku !? Sehingga menggandeng tanganku ke depan suamiku saja di hari sakralku ini ibu tidak Sudi " mata sinta berkaca-kaca namun sebisa mungkin sinta menahan laju tetesan bening itu
Sinta di dudukkan di samping dirga,dirga tidak menoleh pada Sinta yang sudah sah menjadi istrinya
"Ayo sekarang mas dan mbak nya tukar cincin "ucap pak penghulu
Bu sita pun mendekati putra dan menantunya dan menyodorkan cincin yang sedari tadi dibawanya lalu diserahkannya pada Dirga untuk di sematkan di jari sinta
"jarinya pasti jempol kaki semua apa muat tu cincin masuk ke jari nya " batin Dirga
"ayo mbak Sinta sodorkan tangannya biar mas nya bisa memberikan cincinnya " ucap pak penghulu lagi
Sinta pun memberikan tangannya, kulitnya yang putih mulus walaupun terlihat besar tapi tetap saja jarinya lentik
Dirgantara mendongakkan kepalanya menatap wajah istrinya dia pun tidak berkedip memandang wajah canti Sinta hingga Bu Sita menyadarkannya
"ayo dir,pasang cincinnya " ucap Bu sita menyerahkan cincin itu pada putranya,dirga pun menyematkan cincin pernikahan mereka dijari manis Sinta begitu pun dengan sinta ia menyematkan cincin ke jari manis Dirga
"ayo mbak sinta cium punggung tangan suaminya " ucap pak penghulu mengarahkan mereka
Sinta pun mencium punggung tangan suaminya dan Dirga terpaksa mencium kening istrinya dengan cepat
"Alhamdulillah, sekarang tinggal menandatangani semua berkas-berkas pernikahan " ucap pak penghulu lagi
pak penghulu pun menyodorkan beberapa berkas pernikahan dari KUA,sinta dan Dirga diminta untuk membubuhkan tandatangannya diatas kertas itu sebagai bukti bahwa mereka berdua sudah sah menjadi suami dan istri secara Agama dan Negara
Setelah semua selesai, keluarga yang hadir serta para tetangga yang di undang mengucapkan selamat pada mereka dan menikmati makanan yang disediakan
setelah beberapa jam berlalu semua tamu undangan berpamitan dan kini tinggal keluarga inti saja yang ada disana
Dirga dan keluarganya pun berpamitan untuk pulang dan tentunya sinta akan ikut dengan mereka
"Neng baik-baik ya di rumah mertua,jangan lupakan bibik dan mamang " ucap bik Imah berderai air mata
"iya bik insya Allah Sinta tidak akan pernah melupakan bibik dan mamang" jawab Sinta yang juga berderai air mata
"makasih ya bik sudah menjaga sinta selama ini dan menyayangi Sinta seperti anak kandung bibik dan mamang" ucap sinta memeluk tubuh kurus bik imah lalu memeluk mang Karman
"makasih ya mang selalu ada untuk Sinta dari kecik hingga Sinta sebesar ini" ucap Sinta
"iya neng sama-sama, baik-baik ya neng dirumah mertua sekarang mamang tidak bisa menjaga neng lagi" ucap mang Karman merasa berat melepaskan anak majikannya itu yang sudah dianggapnya putrinya sendiri
"iya mang,bik sinta pergi ya kalian jaga kesehatan " jawab sinta dan meninggalkan kedua paruh baya itu
"sudah!? Kalau calon pembokat pasti melepas rindunya juga ya sama pembokat " sindir selvi pada kakaknya itu
Sinta tidak mempedulikannya,sinta berjalan keluar sambil membawa tasnya yang isinya tidak seberapa
Sinta mengambil tangan kedua orang tuanya lalu menciumnya dengan takzim walaupun di cuekin
"Sinta pergi ya bu yah,maafkan sinta jika selama ini sinta banyak salah pada kalian.sinta menyayangi kalian "ucap sinta
"emmm" jawab ke-dua orang tua sinta seakan tidak peduli padanya,sinta hanya tersenyum getir melihat reaksi kedua orang tuanya yang sepertinya tidak peduli dengan kepergian Sinta dari rumah mereka
"buat apa saya merasa sakit hati, ayah dan ibu kan memang tidak pernah mau perduli denganku" ucap sinta dalam hati
"Ren kakak pergi ya, tolong jaga ayah dan ibu " ucap Sinta yang dipeluk oleh adik lelakinya
"iya kak, kakak baik-baik ya disana ! Kakak sering-sering ya telpon Rendy " ucap rendy mengusap air mata diwajah kakaknya
Sinta hanya mengangguk
"ayo cepetan lama banget " ucap Dirgantara yang sudah kesal menunggu Sinta sedari tadi pamit-pamitan pada keluarganya karena keluarganya sendiri sudah pulang lebih dulu
Didalam mobil mereka hanya diam saja tidak ada yang bersuara
setelah beberapa menit kini mereka tiba si sebuah rumah yang cukup besar berlantai dua
"Ayo turun "ucap dirga dingin
Sinta tidak menjawab hanya mengangguk saja lalu mengikuti langkah kaki suaminya masuk kedalam rumah
"ini kamar kamu dan kamarku ada di lantai dua kamu tidak boleh naik kesana tanpa seizinku hanya bik Murni yang akan membersihkan kamarku " ucap dirga dan diangguki oleh sinta,sinta merasa bersyukur karena suaminya itu tidak ingin sekamar dengannya
Sinta dan dirga masuk kekamar mereka masing-masing karena sudah merasa lelah
Sinta mengganti pakaiannya dengan pakaian biasa lalu sholat duhur.
Sinta merebahkan tubuhnya di atas kasur di kamar barunya di rumah suaminya sendiri
Sinta mengedarkan pandangannya menatap seisi kamarnya,kamar yang akan menjadi saksi dalam perjalanan hidupnya yang baru dengan status baru
"Kamarnya lumayan besar di bandingkan dengan kamarku yang dulu tapi disana saya merasa nyaman " ucap sinta
"Bismillahirrahmanirrahim,semoga saya bisa menjalani kehidupan baruku ini" ucapnya lagi lalu sinta menutup matanya tanpa menunggu lama sinta pun terlelap