Arumi Khoerunisa, seorang wanita yatim piatu yang peristri oleh seorang pria yang selalu saja menghina dirinya saat dia melakukan kesalahan sedikit saja.
Tapi kehidupan seketika berubah setelah kehadiran tetangga baru yang rumahnya tepat disampingnya.
Seperti apakah perubahan kehidupan baru Arumi setelah bertemu tetangga baru?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rishalin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20
"Benarkah?" Tanya Erlan tak kalah menggoda.
Cup!!!
Erlan mendaratkan satu kecupan kecil Erlan di bibir Rika.
"Ayo dong, Sayang! Berhenti menggodaku." Ucap Rika lirih.
"Baiklah, aku bakal bikin kamu merasakan kenikmatan sampai besok pagi."
Erlan mengangkat tubuh Rika seperti koala. Dan setelah itu, bibir mereka sama-sama saling bertaut. Mereka berdua berciuman dengan begitu nikmatnya.
Arumi yang melihat itu refleks meremas baju tidurnya akibat tak sengaja menyaksikan aktivitas yang terlihat sangat menyenangkan itu.
Sebuah aktivitas yang berhasil memancing hasrat Arumi, hasrat yang membuat Arumi juga ingin melakukan aktivitas seperti mereka.
Arumi dengan cepat menutup rapat-rapat pintu di hadapannya. Pintu yang sebelumnya Arumi gunakan untuk melihat aktivitas Erlan bersama Rika.
Setelah itu, Arumi membawa cangkir berisi kopi milik Ibrahim ke dalam kamar.
"Ini, Mas, kopinya." Ucap Arumi seraya meletakkan minuman itu di atas nakas.
Tepat di samping Ibrahim yang kini tengah duduk di atas ranjang, sambil sibuk menatap layar laptop di atas pangkuannya.
"Makasih, ya, Sayang." Jawab Ibrahim tanpa menoleh.
Arumi ikut duduk di sampingnya, ia ikut memperhatikan apa yang terlihat di layar laptop milik Ibrahim.
Tapi, tak berselang lama, bayang-bayang kejadian yang tadi Arumi lihat tiba-tiba muncul begitu saja.
Kejadian di mana Erlan dan Rika tengah beradegan mesra dengan begitu nikmatnya. Kenikmatan yang membuat Arumi jadi ingin merasakannya juga.
Arumi yang hasratnya sudah terpancing kini melingkarkan kedua tangannya di pinggang Ibrahim.
Hal itu membuat Ibrahim cukup terkejut dengan apa di lakukan Arumi.
Tapi, ia merasa keberatan sama sekali, kini ia hanya diam saja dan menikmati sikap manja Arumi.
Sebelah tangan Arumi kini mulai nakal dengan meraba dada bidang Ibrahim karena sejak tadi Ibrahim masih fokus pada layar laptopnya.
Setiap gerakan yang dilakukan Arumi seolah ingin menunjukkan pada Ibrahim apa yang dia inginkan.
"Kenapa, Sayang?" Akhirnya Ibrahim menoleh ke arah Arumi.
Arumi hanya bungkam, ia tak menjawab pertanyaan Ibrahim.
Arumi hanya memperlihatkan ekspresinya yang sedang berhasrat untuk melakukan hubungan suami istri malam ini.
Ibrahim yang melihat tatapan mata Arumi mengerti apa yang di inginkan Istrinya, ia tahu betul kebiasaan Istrinya itu.
"Emang kamu gak papa kalau Mas melakukannya sekarang?" Tanya Ibrahim memastikan.
Arumi hanya mengangguk pelan. Meski sebenarnya ia belum yakin dengan jawabannya itu. Tapi sungguh, saat ini hasrat Arumi benar-benar mengalahkan segalanya.
Cup!!!
Sebuah kecupan lembut mendarat di bibir Arumi. Sebuah kecupan yang disusul oleh kegiatan Ibrahim yang berusaha memanjakan istrinya.
Melakukan pemanasan sebelum inti dari aktivitas mereka benar-benar berlangsung.
Ibrahim dengan lembut membaringkan tubuh Arumi di atas ranjang. Setelah Ibrahim melepas semua pakaian yang mereka kenakan.
Ia menghujani Arumi dengan ciuman-ciuman yang memabukkan sambil tangannya berusaha mengarahkan cacing berotot miliknya tepat ke lubang rawa-rawa milik Arumi.
Tapi, lagi-lagi bayang-bayang pengkhianatan Ibrahim kembali terlintas.
Beruntung hal itu tak berlangsung lama. Karena tak lama kemudian bayang-bayang itu sudah tergantikan oleh sesuatu yang lain.
Sesuatu yang tak lain adalah bayang-bayang sosok Erlan tepat di hadapan Arumi.
Arumi tanpa sengaja sudah membayangkan sosok pria lain di tengah-tengah penyatuannya bersama Ibrahim.
Sosok itu justru malah membuat Arumi semakin bergairah dalam sesi penyatuan mereka yang sedang panas-panasnya.
Karena entah kenapa, sosok Erlan seperti tengah menghipnotis Arumi.
Arumi seolah bisa merasakan kenikmatan akibat khayalan yang tengah ia ciptakan sendiri.
"Ohhh... Erlan!" desah Arumi dalam hati sambil terus menyebut nama pria itu.
Desahan yang terus saja keluar seiring cacing berotot Ibrahim yang terus saja bergerak maju mundur dan menusuk-nusuk lubang rawa milik Arumi.
Sampai akhirnya, Arumi mengerang panjang. Sebuah tanda kalau Arumi sudah mencapai puncak kenikmatan yang selama ini sangat ia idam-idamkan.
Yang selama ini jarang sekali ia dapatkan dari sesi penyatuannya bersama Ibrahim.
Dan rupanya, kenikmatan itu bisa Arumi capai hanya dengan cara membayangkan sosok Erlan yang tengah bercinta dengannya.
"Terima kasih, Erlan!" batin Arumi sambil merasakan nafasnya yang terengah-engah akibat sisa dari keberhasilannya.
***
Keesokan harinya,
Hari ini Ibrahim sedikit terlambat masuk kerja. Karena semalam mereka melakukan hubungan suami istri sampai larut malam.
Alhasil, Ibrahim dan Arumi sedikit sulit bangun di pagi hari.
Setelah sarapan, Ibrahim sangat sibuk mempersiapkan apa saja yang harus dibawanya untuk ke kantor.
Sedangkan Arumi, sibuk membereskan piring bekas sarapan mereka untuk kubawa ke dapur. Arumi mencuci semua bekas makan itu.
Dan tak lupa Arumi juga membereskan alat-alat memasaknya yang sebelumnya tergeletak begitu saja akibat kecerobohannya yang tergesa-gesa dalam melakukannya.
Saat Arumi tengah sibuk dengan aktivitasnya. Sekilas Arumi mendengar panggilan dengan suara setengah berbisik.
"Arumi!" panggil Erlan.
Arumi menoleh ke arah pintu dapur, dan melihat ke arah luar.
Arumi melihat Erlan sedang berdiri di depan ruang fotonya. Seorang pria yang sangat tampan dan berkharisma.
Pria itu kini melempar senyum manisnya pada Arumi sambil tangannya sekilas melambai ke arahnya membuat Arumi membalas apa yang pria itu lakukan.
Tapi, sesaat kemudian Arumi seketika tersadar kalau Ibrahim masih ada di rumah. Ia tak mau Suaminya tahu tentang kedekatan mereka.
Arumi dengan cepat merogoh ponselnya dari di saku celananya.
Ia mulai menulis pesan untuk Erlan yang masih bisa ia lihat sosoknya. Sosok yang masih terus memperhatikan Arumi.
[Maaf Erlan, Mas Ibrahim masih di rumah]
Arumi melihat Erlan juga melihat layar ponselnya yang sebelumnya memang sudah berada dalam genggamnya.
[Dia belum berangkat kerja?] isi balasan pesan Erlan.
[Belum]
[Kenapa? Dia libur?]
[Enggak. Dia ... ]
Arumi tengah menulis pesan seketika terhenti, karena tiba-tiba saja Ibrahim datang dan langsung memeluk tubuhnya dari belakang.
Arumi benar-benar terkejut. Beruntung Ibrahim tak sempat menyadari pesan yang tengah ia ketik untuk Erlan.
Setelah memeluk tubuh Arumi dengan sangat erat, Ibrahim langsung memutar tubuh Arumi untuk menghadap ke arahnya.
Membelakangi letak pintu, dan otomatis membelakangi keberadaan Erlan yang jauh di sana.
Tanpa menunggu lama Ibrahim melumat bibir Arumi. Arumi ingin sekali aku mendorong tubuh suaminya.
Entah kenapa ia merasakan tak enak pada Erlan karena perlakuan Ibrahim padanya.
Dalam pikiran Arumi, ia takut Erlan masih ada di tempat sebelumnya dan menyaksikan apa tengah Arumi dan Suaminya lakukan.
Di tengah ciuman Ibrahim yang bertubi-tubi, mata Arumi berusaha mencari keberadaan Erlan di luar sana saat posisinya sedikit berganti arah.
Karena kini giliran Ibrahim yang gantian membelakangi posisi pintu.
Dan benar saja, Erlan masih berdiri di tempat sebelumnya sambil menyaksikan pergulatan bibir antara Arumi dan Ibrahim.
"Udah, Mas!" Arumi mendorong tubuh Ibrahim agar menjauh.
"Kenapa, Arumi?" Ibrahim terlihat bingung saat melihat sikap Arumi yang sangat aneh.
Sebuah sikap yang berbanding terbalik dengan sikap Arumi yang semalam.
Di mana semalam Arumi terlihat sangat agresif dan menggebu-gebu dalam aktivitas penyatuan mereka berdua.
Arumi kini bingung mencari alasan saat dirinya mendapat tatapan penuh tanya dari Ibrahim.
"Pagi ini aku cape banget, Mas, karena aktivitas kita yang semalam." Akhirnya hanya kata-kata itu yang terlintas di benak Arumi.
"Iya, bener juga, ya. Maaf, ya, Arumi. Abis, yang semalam benar-benar menyenangkan banget, sih. Jadi pagi ini Mas jadi mau mengulanginya lagi. Hehe ..."
"Mas cepetan berangkat gih, kan udah terlambat!" Jawab Arumi sedikit terbata.
"Oh, iya." Ucap Ibrahim sambil melihat jam di tangannya.
"Ya udah, Mas berangkat dulu, kalau gitu."
"Iya Mas." Arumi mengangguk palan.
Ibrahim akhirnya meninggalkan Arumi yang masih tak membeku di dapur.
Pikirannya kembali tertuju pada Erlan. Arumi dengan cepat menoleh ka arah pintu dan mencari keberadaan Erlan. Tapi Erlan sudah tak ada lagi di sana.
Arumi kini jadi merasa tak enak hati. Ada sedikit rasa bersalah pada Erlan.
Apa mungkin Erlan marah padanya?
***********
***********
dan jika saling sadar jika pernikahan termasuk dalam hal ibadah kpd Tuhannya, maka seharusnya Memiliki rasa Takut ketika melakukan hal diluar yg dilarang dalam suatu pernikahan itu sendiri....
walau bagaimanapun alasannya, alangkah baiknya jika diselesaikan dulu yg sekiranya sdh rusak...
Jika masih dalam suatu hubungan pernikahan itu sendiri, Jangan coba-coba melakukan hal yg berganjar: Dosa besar !!!!
bodohmu itu lho ,,