Ini kisah yang terinspirasi dari kisah nyata seseorang, namun di kemas dalam versi yang berbeda sesuai pandangan author dan ada tambahan dari cerita yang lain.
Tentang Seorang Mutia ibu empat anak yang begitu totalitas dalam menjadi istri sekaligus orangtua.
Namun ternyata sikap itu saja tidak cukup untuk mempertahankan kesetiaan suaminya setelah puluhan tahun merangkai rumah tangga.
Kering sudah air mata Mutia, untuk yang kesekian kalinya, pengorbanan, keikhlasan, ketulusan yang luar biasa besarnya tak terbalas justru berakhir penghianatan.
Akan kah cinta suci itu Ada untuk Mutia??? Akankah bahagia bisa kembali dia genggam???
Bisakah rumah tangga berikutnya menuai kebahagiaan???
yuk simak cerita lebih lengkapnya.
Tentang akhir ceritanya adalah harapan Author pribadi ya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon shakila kanza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Badai Malam
Malam amat larut, dengan hujan deras, Badai malam hari menyerang sehingga beberapa pohon tumbang menghalangi jalan. Mutia terjebak di antara pohon yang tumbang di tengah jalan. Salahnya sendiri terlalu asik melihat perkembangan kantor yang di kelola Haris dari bawahannya sampai tidak sadar malam sudah menunjukan pukul 10 malam.
Ingin tidur di restoran namun belum terbiasa, akhirnya memutuskan pulang dan malam naas inipun terjadi. Terlalu banyak pohon di tepi jalan raya ini sehingga saat hujan angin seperti malam ini menjadi tumbang kejalan besar.
Mutia mencoba menghubungi Tya asistennya untuk mencarikan bantuan dari karyawan-karyawannya, atau menghubungi damkar, karena pohon yang mengenai kabel listrik hingga mati lampu, membuat suasananya semakin tidak nyaman.
Mutia tetap berada di dalam mobil dan menyalakan lampu mobilnya barang kali masih ada kendaraan lain yang lewat, takut menabrak pohon yang tidak terlihat karena gelapnya malam.
Mentari mencoba menghubungi Tya lagi namun sepertinya Tya sudah tidur sehingga susah sekali di hubungi. Ingin meminta tolong Haris namun rasanya sungguh memalukan. Bisa jadi Haris tengah bergumul dengan istri keduanya itu.
"Ya Allah... Tolong Hamba..." Kata Mutia sembari melihat waktu yang berjalan begitu cepat. Tidak terasa waktu sudah menunjukan pukul 11 malam, sudah satu jam dirinya terjebak di tengah jalan malam ini.
Seharusnya dirinya membaca laporan tadi siang namun karena siang mengantar Oma Nani jadi tidak bisa di kerjakan. Mutia menarik nafas dan berdoa terus di dalam hatinya agar segera mendapat pertolongan.
Mutia lelah, Handphonenya kehabisan daya, Untung tadi sebelum mati sudah mengirim pesan ke Tya asistennya. Namun sampai pukul 12 belum ada tanda-tanda pertolongan tiba, hingga akhirnya pun Mutia tertidur di dalam mobilnya.
Brakkkk
Suara kaca pecah dari mobil belakangnya, Mutia terbangun dan terkejut saat kaca mobilnya di pukul-pukul segerombolan anak muda yang membawa ragam senjata.
"Astaghfirullah.... Apa ini yang di namakan klitih di Jogja .... " Batin Mutia bergetar ketakutan, apa yang akan di lakukannya sekarang.
"Ya Allah.... Tolongg..... "Jerit Hati Mutia sambil memencet bel mobilnya berkali-kali berharap ada yang mendengar dan menolongnya.
Brakkkk
Brakkkk
Brakkkkkk
Brakkkkkkk
Suara bemper belakangnya seperti ringsek di pukul-pukul palu atau benda lain yang tumpul berkali-kali.
Mutia menutup telinganya ketakutan, ingin berlari keluar pun pasti tidak ada jalan keluarnya karena ini berada di tempat yang jauh dari penduduk.
Seorang pemuda bermasker memegang linggis mengarahkan ke kaca mobil depannya, membuat Mutia berpindah ke tengah mobilnya ketakutan, keringat dingin membanjiri tubuhnya.
"Ya Allah.... Tolong Hamba ...." Mutia terisak ketakutan, Apa salahnya hingga ada orang jahat terhadapnya.
Brakkkk
Brakkkk
Brakkkk
Empat pemuda berpakaian sobek-sobek memukuli kaca mobil depannya, tanpa ampun dan yang satu hendak mencongkel pintu depan dengan obeng di tangannya.
Dorrrr
Dorrrr
Dorrrr
Suara tembakan dari arah kejauhan membuat Mutia semakin merasa malam ini akan berakhir begitu menyedihkan. Isak tangisnya semakin keras memenuhi mobilnya, namun percuma tidak ada yang berbelas kasihan padanya malam ini.
Mutia membungkuk di belakang kursi tengah sembari menangis terisak-isak. Apa belum cukup hidupnya menderita karena ulah suaminya, dosa apa pula yang telah dia lakukan hingga mendapat nasib mengerikan seperti malam ini.
Tubuh Mutia sudah berkeringat dingin dan melemas sekaligus kekurangan oksigen karena sudah lama di dalam mobil yang tertutup tidak ada pertukaran udaranya.
Kepala Mutia berkunang-kunang pandanganya semakin buram tubuhnya sudah semakin menggigil dan bergetar. Saat suara ketokan kaca di sisi kanannya berketok berkali-kali Mutia sudah tak mampu menoleh, hingga suara ricuhnya pemuda itu berhenti, tinggal gelap yang terasa di diri Mutia.
Brakkkkk
Tak lama kemudian tubuh Mutia seperti melayang berpindah dari tempatnya, namun untuk berontak dan membuka mata sudah tak punya tenaga.
****
😭😭😭😭😭
Kasih Kopi dongg... Biar Mutia terbangun...
Atau kasih bunga... Biar tersadar...
Kasih jejak para pembaca juga biar Author selamatin Mutia....
Makasih semua para pembaca ....🙏🙏🙏🥰🥰🥰🥰
memang benar kita akan merasakan sakitnya dan kehilangan ketika semua sdh pergi.
senang bacanya, sllu penasaran di setiap episode, banyak pembelajaran yg diambil,,,,Mksih yaa thor...🙏🥰
senang bacanya, sllu penasaran di setiap episode, banyak pembelajaran yg diambil,,,,Mksih yaa thor...🙏🥰