(Siapkan kanebo kering untuk menyeka air mata juga mental yang kuat untuk marah-marah!)
Sheila, seorang gadis culun harus rela dinikahi secara diam-diam oleh seorang dokter yang merupakan tunangan mendiang kakaknya.
Penampilannya yang culun dan kampungan membuatnya mendapat pembullyan dari orang-orang di sekitarnya, sehingga menimbulkan kebencian di hatinya.
Hingga suatu hari, Sheila si gadis culun kembali untuk membalas orang-orang yang telah menyakitinya di masa lalu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kolom langit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bagai Langit dan Bumi
Jika Marchel terus berusaha membuka hatinya untuk bisa menerima Sheila sebagai istrinya, berbeda hal nya dengan ibu yang menambah kadar kebenciannya pada Sheila di setiap harinya.
Wanita paruh baya itu selalu berusaha menyingkirkan Sheila yang dianggapnya benar-benar tidak layak untuk Marchel. Tak henti-hentinya ibu memohon kepada Marchel agar segera menceraikan Sheila. Namun, Marchel telah berjanji pada mendiang Shanum untuk menjaga Sheila.
Ibu bahkan sengaja menyiksa Sheila dengan memberinya pekerjaan rumah yang biasanya dikerjakan oleh asisten rumah tangganya. Hanya agar Sheila tidak tahan dan pergi dari rumah itu. Entah apa yang merasuki jiwa wanita paruh baya itu. Ia yang beberapa bulan lalu adalah seorang wanita yang lembut dan penuh kasih sayang, tiba-tiba sangat berubah sejak Marchel memutuskan menikahi Sheila. Bahkan Bibi Yum sangat heran dengan wanita yang telah dilayaninya selama puluhan tahun itu.
Hari itu, di akhir pekan, saat seluruh penghuni rumah sedang menikmati hari liburnya. Ibu membawa seorang gadis cantik yang ingin dia jodohkan dengan Marchel. Audry, seorang gadis cantik berusia 27tahun yang baginya lebih layak untuk putranya. Bahkan, ibu meminta izin pada Marchel agar gadis itu boleh tinggal bersama mereka.
"Marchel, ini Audry! Kau masih ingat dia, kan?" tanya ibu.
Marchel yang sedang duduk di ruang keluarga sambil membaca koran, hanya melirik gadis itu sekilas. Gadis cantik itu pun tersenyum manis saat Marchel menoleh padanya.
"Apa kabar, Marchel...." sapa Audry menyunggingkan senyum manisnya.
Marchel menatap dingin pada Audry lalu melirik ibunya.
"Maaf, Bu! Aku tidak ingat," jawab Marchel singkat lalu kembali membaca koran.
"Audry dulu tetangga kita, sebelum kita pindah kemari. Dulu juga Audry sering main ke rumah kita," Ibu berusaha mencairkan suasana yang tiba-tiba kaku dengan sikap dingin Marchel.
Sejak kepergian Shanum, Marchel berubah dari seseorang yang ramah dan hangat menjadi seseorang yang dingin. Ia mulai tidak peduli dengan apapun di sekitarnya. Marchel bahkan tidak merespon apapun yang dikatakan ibu tentang gadis cantik yang diajak menemuinya.
"Sekarang orang tuanya tinggal di luar kota, jadi Audry tinggal sendirian. Makanya ibu mengajak Audry tinggal bersama kita di rumah ini. Boleh, kan?"
Marchel menghela napas berat, lalu melipat koran yang dibacanya dan meletakkan di atas meja. "Terserah Ibu saja. Lakukan sesuka Ibu!" ucap Marchel, lalu berdiri dari duduknya dan pergi meninggalkan dua wanita itu.
Audry terlihat kecewa dengan sikap Marchel yang tidak meresponnya. Menyadari raut wajah Audry, ibu segera menghibur gadis itu.
"Tidak apa-apa, Audry. Marchel memang kaku seperti itu sejak kepergian Shanum. Tapi nanti dia pasti akan berubah. Kau harus bisa membuka hatinya."
Audry yang memang menaruh perasaan khusus pada Marchel sejak lama, hanya tersenyum seraya menganggukkan kepalanya. Gadis itu sadar, Marchel sudah menikah. Namun, obsesinya untuk memiliki sang dokter mengalahkan segalanya. Kini, saingan terberatnya, Shanum, telah pergi. Dan baginya, istri Marchel yang sekarang, bukanlah seseorang yang layak dibandingkan dengannya.
***
Ibu dan Audry sedang mengobrol santai sambil minum teh saat Sheila muncul dari balik pintu belakang. Ibu telah memberinya tugas membersihkan halaman belakang rumah, tentu saja tanpa sepengetahuan Marchel.
Gadis pendiam itu masuk tanpa bersuara membuat ibu naik pitam.
"Sheila!" panggil ibu.
Gadis kecil itupun mendekat dan berdiri di hadapan ibu dan Audry. Sementara Audry menatap Sheila dari ujung kaki ke ujung rambut dengan tatapan menghina. Seorang gadis remaja dengan rambut panjang coklat yang terurai acak-acakan, ditambah kacamata tebal di matanya. Sungguh, Audry merasa gadis remaja yang menjadi istri Marchel itu benar-benar tidak pantas untuk seorang dokter yang nyaris sempurna seperti Marchel.
Bagaimana mungkin Marchel mau menikahi gadis kampungan seperti ini.
"Ada apa, Bu?" tanya Sheila. Panggilan ibu yang disematkan Sheila membuat ibu merasa tidak senang.
"Ini Audry, mulai sekarang dia akan tinggal di sini."
"Iya, Bu!"
"Dengar! Setelah Marchel menceraikanmu, dia akan segera menikah dengan Audry. Coba lihat dirimu! Dan bandingkan dengan Audry. Seperti langit dan bumi. Kau tidak pantas untuk berdampingan dengan Marchel. Sedangkan Audry, dia juga seorang calon dokter. Dia cantik, anggun, dan berkelas tentunya."
Sheila melirik gadis yang hampir seusia Shanum itu, kemudian kembali menundukkan kepalanya.
Aku rasa tidak apa-apa kalau ibu mau menjodohkan Kak Marchel dengan gadis pilihannya. Dia cantik, anggun dan seorang calon dokter. Sedangkan aku hanyalah seorang gadis culun dan miskin. Aku tidak punya apa-apa untuk bisa ku banggakan. Kalau Kak Marchel menceraikan aku, maka aku bisa kembali pada kehidupanku yang dulu. Aku bisa kembali ke rumahku. Dan tidak perlu lagi menjadi beban Kak Marchel. batin Sheila.
"Sekarang bawa nampan ini ke dapur," Ibu menunjuk nampan berisi gelas minuman dan sisa cemilan yang ada di atas meja yang baru saja dia nikmati bersama Audry.
Sheila kemudian mengambil nampan itu, lalu melangkahkan kakinya. Namun, baru beberapa langkah, terdengar suara Audry memanggil.
"Sebentar!" ucap Audry. "Kemari sebentar!"
Sheila kemudian kembali mendekat pada Audry. Dan, dengan tidak sopannya, Audry meletakkan tissue yang baru saja dia gunakan untuk membersihkan tangannya dari sisa makanan ke atas nampan yang dibawa Sheila.
"Ini ketinggalan," ucap Audry.
Tanpa sepatah kata pun, Sheila berlalu meninggalkan dua orang jahat itu menuju dapur, kemudian mencuci gelas dan piring bekas mereka makan.
Tanpa disadari, Bibi Yum sejak tadi memperhatikan Sheila yang diperlakukan dengan sangat buruk oleh mertuanya sendiri. Bibi Yum mendekati Sheila dan menepuk bahunya.
"Kau tidak apa-apa?" tanya Bibi Yum.
"Tidak apa-apa, Bibi!"
Bibi Yum merasa sangat kasihan pada Sheila yang dirasanya sangat malang. "Nyonya sangat keterlaluan. Bibi akan beritahu Marchel tentang ini."
"Jangan, Bibi! Biar saja. Aku tidak apa-apa."
Lagipula Kak Marchel tidak akan peduli kalau pun dia tahu. Memangnya aku ini siapa di mata Kak Marchel. batin Sheila.
"Bibi, aku mau kembali ke kamar. Tolong jangan beritahu Kak Marchel tentang ibu. Aku tidak mau ada keributan. Aku sudah cukup menjadi beban Kak Marchel," ucap Sheila sebelum akhirnya keluar dari dapur dan kembali ke kamarnya.
****
BERSAMBUNG
Dasar audry jahat misahin anak dari orang tuanya 😡
Mending sheila di rumahnya sama bi yum, lebih aman..
Biar marchel menyesal sama semua ucapannya