"Pergilah sejauh mungkin dan lupakan bahwa kau pernah melahirkan anak untuk suamiku!"
Arumi tidak pernah menyangka bahwa saudara kembarnya sendiri tega menjebaknya. Dia dipaksa menggantikan Yuna di malam pertama pernikahan dan menjalani perannya selama satu tahun demi memberi pewaris untuk keluarga Alvaro.
Malang, setelah melahirkan seorang pewaris, dia malah diusir dan diasingkan begitu saja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kolom langit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Di Mana Kau Sembunyikan Arumi?!
Rasanya Rafli tak sanggup lagi membendung rasa sakit yang berpusat di hati. Dada nya penuh sesak, seakan udara dalam ruangan itu tak cukup bagi nya untuk sekedar bernapas. Gelombang rasa bersalah yang besar seolah mampu menenggelamkannya. Memikirkan Arumi yang harus menjadi korban segala fitnah dan tuduhan. Yang mengakibatkan dirinya harus menjalani kehidupan yang berat.
Ditipu dan dijebak saudaranya sendiri, menjadi seorang wanita pengganti, dan akhirnya diusir dan diasingkan begitu saja.
"Aku sama sekali tidak pernah menandatangani dokumen seperti ini. Aku juga tidak tahu tentang Arumi yang dikirim keluar negeri." Rafli melirik Osman yang masih duduk di hadapannya. "Siapa yang sudah berani memalsukan tanda tanganku?"
"Saya tidak tahu, Tuan. Orang-orang kepercayaan kita masih menyelidikinya."
Lagi, Rafli menarik napas dalam-dalam demi mengurai amarah dalam hatinya. Seolah tak ada hukuman yang akan cukup untuk membayar semua kesalahan nya terhadap Arumi.
"Lalu bagaimana dengan Arumi? Apa kau menemukan info di mana dia sekarang?"
"Tidak. Saya juga masih mencari informasi di mana dia sekarang. Tapi ...." Ucapan Osman menggantung, membuat Rafli menghujamkan tatapan tajam.
"Tapi apa?"
"Saya curiga kalau semua ini ulah Nona Yuna. Dia bisa memanipulasi surat wasiat perjodohan Anda dengan Nona Arumi. Dia juga bisa menjebak saudara nya sendiri untuk menggantikannya di hari pernikahan. Bukan tidak mungkin kalau dia juga bisa menyingkirkan Nona Arumi dengan cara licik sekalipun, kan?"
Sejenak Rafli terdiam sambil menimbang ucapan Osman. Laki-laki itu memang ada benarnya. Wanita selicik Yuna akan tega melakukan apapun demi mencapai tujuannya, dan bahkan tega menyiksa anak tidak berdosa seperti Aika.
"Di mana wanita itu sekarang?" tanya Rafli, dengan amarah yang tertahan.
"Saya menerima laporan kalau semalam dia mencoba melakukan transaksi di sebuah hotel, tapi gagal karena tidak bisa lagi menggunakan kartunya. Saya rasa dia kembali ke rumah lamanya."
*
*
*
Mobil yang dikemudikan Osman melaju cepat menerobos jalan siang itu. Mereka baru saja mendatangi rumah lama Yuna tempatnya dulu tinggal bersama ayah dan neneknya. Namun, ternyata rumah tersebut sudah dijual.
Sepanjang jalan, pikiran Rafli hanya terus tertuju kepada Arumi. Pemilik hatinya yang sudah lama menghilang.
Tiba-tiba semua kenangan tentang Arumi bermunculan di benak nya. Bagaimana Arumi masuk ke dalam hidup nya dan memberi rasa yang tak pernah ada sebelumnya. Bagaimana dengan kejamnya ia menghina dan mengusir wanita itu, hingga menjauhkannya dari hidupnya.
Hanya ada satu kata di hati Rafli sekarang.
Ia menyesal ....
Jika saja waktu bisa diulang, akan ia perbaiki semuanya dan memulai dari awal. Memohon maaf yang sebesar-besarnya terhadap Arumi. Dan menerima hukuman apapun yang akan diberikan olehnya nanti.
"Maafkan aku, Arumi. Sekarang kau pasti sangat membenciku."
*
*
*
"Siapa?" teriak Yuna kesal.
Istirahat siangnya yang berharga harus terganggu oleh suara ketukan pintu keras yang seakan mampu merobohkan rumah reotnya itu.
"Iya, tunggu!" teriaknya sekali lagi.
Bukannya bersabar menunggu, sosok di depan pintu malah semakin gencar menggedor pintu. Yuna harus menahan geram sambil berjalan dengan tergesa-gesa.
Begitu pintu terbuka, sepasang mata nya membulat sempurna. Rafli bersama dengan beberapa anak buah nya sedang berdiri di ambang pintu.
"Ka-kau?"
Yuna berusaha menghilangkan rasa gugup. Hendak memeluk Rafli, namun yang ia terima tak sesuai harapan. Karena laki-laki itu malah mendorongnya dengan kasar hingga hampir tersungkur ke lantai.
Dan yang membuat Yuna merasa merinding adalah, sorot mata Rafli yang tajam. Seolah mampu mencabik tubuhnya membentuk potongan-potongan kecil.
"Rafli? Mau apa mereka ke sini? Dan bagaimana mereka menemukan rumah ini?" tanya Yuna dalam hati.
"Periksa setiap sudut rumah ini! Informasi sekecil apapun sangat berharga, jadi jangan sampai ada yang terlewat!" perintah Osman kepada beberapa anak buahnya.
"Baik, Tuan."
Tanpa meminta izin kepada sang pemilik rumah, para laki-laki bertubuh besar itu sudah masuk ke rumah dan menggeledah setiap sudut.
"Ada apa ini? Kenapa kalian memeriksa rumahku?" tanya Yuna, seolah tak tahu apa-apa.
Namun, di antara beberapa lelaki yang memeriksa rumahnya, tak seorang pun menjawab pertanyaan itu.
Rafli lantas melemparkan beberapa data yang tadi diberikan Osman. Membuat Yuna memberanikan diri untuk membukanya.
Yuna pun harus terkejut setelah melihat isi map. Karena semua kebohongan yang ia lakukan di masa lalu terbongkar.
"Kau sudah melakukan kejahatan serius. Pertama kau mengaku sebagai gadis yang dimaksud dalam surat itu. Kedua, kau sudah menipu saudaramu sendiri dan menjebaknya untuk kepentinganmu sendiri."
Yuna menggeleng dengan cepat. "Ini tidak benar! Aku bisa jelaskan semua ini. Ini tidak seperti yang kau pikirkan. Pasti ada yang berusaha menjebakku."
"Aku tidak mau dengar pembelaan darimu!" Rafli menggeretakkan gigi demi tidak membentak wanita itu. Jika terjadi, mungkin tetangga sekitar akan mendengar dan terkejut. "Sekarang cepat katakan di mana kau sembunyikan Arumi!"
"Arumi?" Yuna merasakan tubuhnya gemetar. "Aku tidak tahu. Bukankah empat tahun lalu dia melarikan diri?"
Kedua tangan Rafli terkepal sempurna. Jika saja Yuna adalah seorang pria. Mungkin kepalan tinjunya sudah melayang ke wajah wanita itu.
Osman yang dapat membaca raut wajah tuannya langsung membuka suara.
"Jangan mencoba berbohong, Nona. Anda pasti tahu di mana Nona Arumi," potong Osman cepat.
"Aku memang tidak tahu di mana Arumi! Aku tidak pernah bertemu dengan nya lagi sejak diusir dari rumah keluarga Alvaro!" Yuna masih teguh dalam pendirian nya. Meskipun ia sendiri sudah curiga di mana keberadaan Arumi sekarang, namun ia memilih diam demi mengamankan diri.
Mendengar jawaban itu, Osman menyeringai dengan menyeramkan. "Lebih baik katakan di mana Nona Arumi. Kalau tidak, Tuan Alvaro mungkin akan menyeret Anda ke kantor polisi," tambahnya.
"Aku sudah bilang tidak tahu dan jawabanku akan tetap sama!"
"Cepat katakan di mana Arumi!" Kehilangan kesabaran, kali ini Rafli berteriak marah.
Semakin gemetar saja tubuh Yuna. Yang ia lakukan hanya meremas ujung pakaiannya. Belum pernah sebelumnya ia melihat Rafli semenyeramkan sekarang.
"Tolong katakan, Nona. Kalau Anda mengatakan yang sebenarnya, Tuan Alvaro akan membebaskan Anda dari semua tuntutan dan hukum. Tapi kalau Anda tetap diam, kami terpaksa menyeret Anda ke kantor polisi."
Ucapan Osman membuat Yuna terdiam beberapa saat sambil menimbang dalam hati. Masuk penjara sama saja dengan menghancurkan hidup nya. Tetapi, memberitahu di mana Arumi juga sama saja.
Yuna berada dalam dilema besar.
"Osman, kirim wanita ini ke penjara dan pastikan dia mendekam dalam waktu yang sangat lama!" perintah Rafli.
"Itu mudah, Tuan."
Bagai berada di ujung lorong buntu, Yuna tak menemukan jalan melarikan diri dari keadaan ini.
"Tunggu! Akan aku katakan!"
...****...
...Masih ada dua bab lagi. Tapi minta komen dan like dulu yaaa. wkwkwk edisi malak komen🤭😆...