Apa pun itu, perihal patah hati selalu menjadi bagian kehidupan yang paling rumit untuk diselesaikan.
Tentang kehilangan yang sulit menemukan pengganti, tentang perasaan yang masih tertinggal pada tubuh seseorang yang sudah lama beranjak, tentang berusaha mengumpulkan rasa percaya yang sudah hancur berkeping-keping, tentang bertahan dari rindu-rindu yang menyerang setiap malam, serta tentang berjuang menemukan keikhlasan yang paling dalam.
Kamu akan tetap kebasahan bila kamu tak menghindar dari derasnya hujan dan mencari tempat berteduh. Kamu akan tetap kedinginan bila kamu tak berpindah dari bawah langit malam dan menghangatkan diri di dekat perapian. Demikian pun luka, kamu akan tetap merasa kesakitan bila kamu tak pernah meneteskan obat dan membalutnya perlahan.
Jangan menunggu orang lain datang membawakanmu penawar, tapi raciklah penawarmu sendiri, Jangan menunggu orang lain datang membawakanmu kebahagiaan, tapi jemputlah kebahagiaanmu sendiri.
Kamu tak boleh terpuruk selamanya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hawa zaza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 5
Laras terdiam, memikirkan apa yang harus dia lakukan setelah ini. Untuk memenuhi keinginan Rani itu adalah hal yang tidak mungkin. Laras bukan orang kaya, untuk makan sehari hari saja dia harus bekerja keras. Namun Laras juga tak ingin ambil pusing, baginya semua pasti ada jalannya.
"Lagian aku hanya hidup berdua dengan Luna, insyaallah cari kos mungkin sudah cukup. Mau menentang pun juga percuma, karena memang sertifikat atas nama budhe. Lebih baik aku mulai menabung dari sekarang. Karena aku sadar, aku tidak punya siapa siapa, semua harus aku jalani dan pikirkan sendiri." Gumam Laras yang memijat keningnya. Saat tengah larut dengan pikirannya, ada suara salam yang tak asing di telinga Laras. Saat Laras membuka matanya, Bimo sudah masuk ke dalam rumah yang memang sedang terbuka pintunya dengan wajah tanpa berdosanya.
Pria tinggi kurus itu, sedikitpun tidak merasa bersalah ataupun malu dengan tingkahnya. Padahal sudah berbulan bulan tidak pulang, bahkan tidak memberikan nafkah untuk andk istrinya. Dengan santainya Bimo datang seperti seorang suami yang tanpa melakukan kesalahan. Dengan wajah datar, Laras menatap malas ke arah Bimo yang sudah duduk di sofa tak jauh dari tempat Laras.
"Luna belum pulang, Ras?" Tanya Bimo dengan wajah biasa saja.
"Menurutmu?" Sahut Laras ketus, hatinya berubah buruk dan rasa sakit atas penghinaan dan pengkhianatan yang dilakukan Bimo kembali mengiris hatinya.
"Kalau ditanya suami itu jawabnya yang sopan, suami pulang bukannya seneng malah memasang wajah masam. Gini kok aku bisa betah lama lama disini." Sungut Bimo yang kesal dengan respon yang diberikan Laras untuknya.
"Lagian juga gak ada tuh yang ngarep kamu pulang. Hidupku dan Luna baik baik saja tanpa kamu. Kami masih bisa makan, dan Luna juga masih bisa sekolah dan beli jajan." Sahut Laras dengan tatapan tajam.
"Ada apa kamu tiba tiba pulang?" Sambung Laras dengan nada tajam.
"Kangen sama anakku lah." Sahut Bimo enteng, membuat Laras tertawa mendengarnya.
"Kangen? Hahahaha, gak salah denger aku?" Sahut Laras yang tertawa geli dengan jawaban Bimo.
"Basi, Bim! Apa kamu kira aku bodoh apa, paling juga kamu lagi ada masalah sama pelakor murahan kamu itu. Dasar laki laki gak punya nurani kayak kamu itu gak bakalan ingat anak kalau gak kena masalah. Emang selama ini kamu mikir, anakmu makan sama apa, gimana sekolah nya, dia sehat apa gak. Kamu mikir ke sana, enggak kan? Asal kamu senang sama pelacurmu dan anak hasil zina kalian, mana ada kamu ingat sama Luna, cih!" Sahut Laras panjang lebar, meluapkan emosi dan kesal yang selama ini hanya bisa di pendamnya.
"Tutup mulutmu, Ras! Aku ini suami kamu, hargai aku, jangan ngoceh terus!" Bentak Bimo yang tak terima mendengar ocehan istrinya.
"Suami macam apa dulu, ogah menghargai orang yang bahkan tidak menghargai aku sebagai seorang istri. Kamu sudah memilih pelacur itu, ceraikan aku, Bimo!" Teriak Laras yang terpancing emosi. Tiba tiba merasa jijik melihat laki laki di depannya. Membayangkan bagaimana laki laki di depannya itu berhubungan dengan selingkuhannya.
"Aku pulang karena aku kangen sama Luna, dan aku juga mau memperbaiki hubungan kita. Maafkan aku, aku sudah berpikir dan memutuskan untuk memilih kamu. Aku sudah menceraikan Munaroh." Sahut Bimo dengan percaya dirinya. Laras berdecih dengan senyum menyeringai. Tiba tiba mual mendengar ocehan Bimo yang menurutnya begitu memuakkan.
"Siapa juga yang sudi menerima kamu lagi, aku sudah bilang, aku sudah mati rasa sama kamu. Dan aku gak bakalan percaya lagi sama semua ucapan kamu itu. Sudah berapa kali ku bilang kalau sudah tidak ada hubungan dengan jalang itu, tapi nyatanya kalian masih tetap menjalin hubungan. Jangan kamu pikir aku bodoh dan mau terus kamu tindak dan bohongi." Balas Laras yang sudah tak lagi mau terbujuk sama ucapan palsu Bimo yang ujungnya kembali membuatnya terluka dan terluka lagi.
"Tapi kali ini aku serius, dia selingkuh. Aku sudah gak ada hubungan sama perempuan itu lagi." Balas Bimo yang masih berusaha meyakinkan Laras agar percaya dengan ucapannya. Dan memang apa yang di katakan Bimo ada kebenaran, dia dan istri sirinya memang baru bertengkar hebat karena Bimo cemburu mengetahui istrinya ada main dengan teman satu pabriknya.
"Aku gak perduli, itu urusan kamu sama perempuan murahan itu. Lagian, aku sangat yakin sekali, sebentar lagi kalian juga akan baikan lagi. Apa gunanya keluarga lacur yang pintar dukun itu, di kasih satu mantra kamu juga akan kembali tunduk, menjijikan!" Sengit Laras yang sudah sangat paham bagaimana permainan selingkuhan suaminya yang suka main dukun. Bahkan selama ini, Laras sering merasakan kiriman itu. Tapi nasib baik selalu melindungi Laras dari tujuan jahat Munaroh dan keluarganya. Itulah kenapa setiap kali Laras dan Bimo berhubungan selalu ada bau tidak sedap dalam penciuman Bimo, padahal tidak terjadi apa apa pada Laras dan tidak ada bau apapun dari area sensitifnya. Semua memang ulah kiriman Munaroh dengan bantuan pakde nya. Agar Bimo jijik dan meninggalkan istri pertamanya.
diihh .. khayalan nya terlalu tinggi pake segala ingin ibu nya tinggal disitu .. hadeuuhh .. dasar ga tau malu .. semoga aja Laras bisa melindungi diri nya dan Luna ..