Sebuah pernikahan dari kedua konglomerat terpengaruh di negara Willow. Keluarga Edvane yang menjadi keluarga terkaya kedua di negara itu, mempunyai seorang putri pertama yang bernama Rachel Edvane. Dia gadis sederhana, suka menyembunyikan identitasnya agar bisa berbaur dengan masyarakat kalangan bawah, Cantik, Mandiri, dan seorang atlet beladiri professional namun karena masa lalu yang buruk, dia tidak pernah mempercayai pria lain lagi samapi dia dipaksa oleh ayah nya (Rommy Edvane) untuk menikah dengan Putra pertama keluarga Asher yang dimana keluarga paling kaya dan paling terpengaruh di negara Willow. Namanya Ayres Asher, di depan keluarganya Ayres seorang anak yang sangat berbakti, baik hati serta sangat tampan. Namun nyatanya, diluar itu dia adalah pria nakal, playboy dan suka foya-foya dan gila perempuan, Rachel yang mengetahui sifat Ayres tidak tinggal diam. Rachel memutuskan untuk tetap menikah namun diam-diam memberi syarat-syarat tertentu pada pernikahan mereka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tina Mehna 2, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 20. Pov Rachel (lanjutan cerita). TMPP
Setelah mama selesai bicara, Ku disuruh untuk langsung beristirahat.
“Menyebalkan sekali. Tapi demi kedua orang tua ku, aku melakukannya.” Ku masuk kedalam kamar ku lalu mengunci nya.
Setelah itu, ku langsung berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan diriku. Di bawah kucuran air shower ku jadi teringat akan hal itu. Besok ku bertemu dengan pria menyebalkan itu. Ku akan mengambil kesempatan itu untuk membuat sebuah kesepakatan dengannya.
“Ya, besok ku tak boleh gagal untuk berbicara dengannya. Sebaiknya, ku sekalian membuat persyaratan itu di atas hitam putih. Ya, ku akan membuatnya malam ini juga.”
Selesai ku membersihkan diri, ku keluar dengan mengusap rambutku dengan handuk.
“Ishh, kalian mengagetkan ku saja” Baru saja ku keluar Ammy dan lainnya sudah mengagetkan ku dengan berdiri dan berbaris di depan sofa.
“Selamat malam nona. Saya kemari ingin mendengar jawaban pilihan baju-baju yang khusus di rancang untuk nona pakai besok. Silahkan nona, besok tuan Asher akan kemari lagi menjemput nona juga. Nyonya ingin nona tampak lebih anggun mengenakan baju-baju pilihan nyonya ini.”
“Hmm, ku kira apa. Coba ku lihat?”
Mereka mendekatkan troli gantung ke padaku. Ku memilih baju-baju yang mama pilih namun ku tak menyukai baju-baju itu.
“Apa tidak ada yang memakai setelan panjang?”
“Kalau di lihat memang tidak ada nona.”
“Persiapkan saja setelan celana panjang untukku. Ku tak ingin memakai dress” Ucap ku.
“Tapi nona,”
“Tidak apa, Ku hanya ingin berpenampilan lebih sopan saja. kalau memakai dress, ku rasa tidak tepat.”
“Baiklah nona, saya akan menyampaikan hal ini pada John. Kami semua permisi dulu, Silahkan nona lanjut beristirahat. Selamat malam nona.”
“Selamat malam nona..”
“Iya malam,”
Mereka semua pun pergi lalu aku lanjut mengeringkan rambutku dan melakukan beberapa self care lainnya.
Seperti biasa, sedang ku fokus-fokusnya pasti ada gangguan nya lagi. Ya, ponsel ku menggangu ku lagi. Namun ku tak boleh mengabaikan itu karena siapa tau itu telpon dari teman ku dan sekalian saja ku beritahu dia agar menjalankan jadwal yang sudah di sepakati kemarin.
“Ayres?” Ternyata yang menelpon adalah pria itu.
Aku abaikan telponnya, lalu tak lama kemudian dia menelpon lagi.
“Ada apa sih dia? Nelpon malam-malam begini.” Gumam ku agak kesal.
Ku biarkan saja hingga dia bosan. Lalu setelah selama beberapa menit ketika dia tak menelpon lagi, aku pun menelpon temanku untuk memberitahu kesibukan ku besok.
“Oh, jadi besok kamu ada urusan keluarga?”
“Iya, maaf ya. tapi jangan lupa ya, jadwal tetep jalan.”
“Iya dong. Kamu tenang aja Chel. Serahkan pada kami.”
Belum ku selesai berbicara, Ammy menggangu lagi dengan mengetuk pintu kamar ku lagi.
“Nona, permisi nona?”
“Hemm, kayaknya gitu dulu. Em, pokoknya besok kalau ada apa-apa hubungi aku saja.”
“Ya Chel. Sampai jumpa lusa ya.. Bye.. ku tutup dulu..”
“Iya, bye..”
“Masuk saja Ammy,” Ucapku setelah meletakan telpon ku.
Dia pun masuk, “Permisi nona, Maaf menggangu lagi. Ada pesan dari nyonya. Beliau berkata pada nona agar nona menjawab panggilan telpon dari tuan Ayres.”
“Hah? Kenapa mama berkata seperti itu?”
“Maaf nona, Nyonya berkata seperti itu karena tadi tuan Ayres menanyakan nona.”
Jahil sekali pria itu! Aku rasa dia sengaja menelpon mama dan berpura-pura menanyakan ku.
“Em, kalau ku dengar dia telpon pasti ku angkat kok. Emmm, Ammy tolong tinggalkan kamar ini. Ku ingin istirahat sekarang.”
“Baik nona. Maaf menggangu.”
Dia pun pergi dari sini. Di saat yang sama ponselku bergetar. Pandangan ku teralihkan ingin mengetahui pesan siapa itu.
“Nona? Rachel? Ada apa ini? Kenapa anda tidak menerima telpon dari calon suami mu?”
Melihat itu, ku akhirnya membalasnya. “Ya, ku tak mendengarnya”
Dengan cepat dia membalasnya, “Baiklah, Sekarang ku akan menelpon mu lagi jadi jawablah.”
Entah kenapa ku panik ketika melihat balasan itu. Hingga dia menelpon ku, ku selama beberapa detik terdiam dan entah kenapa jantung ku berdegup sedikit kencang dari biasanya. Namun ku lebih memilih untuk mengirimi nya pesan saja.
“Jangan menelpon. Aku sangat mengantuk sekarang.” ku kirim pesan itu lalu ku langsung mematikan ponselku dan memasukannya kedalam laci.
“Ishh,, ada-ada saja. Aduh, berhenti lah. Kenapa ku berdebar segala?” Ku memukul-mukul pelan dadaku berharap detak jantung ku normal kembali. Walaupun ku sudah tau bahwa hal itu sama sekali tak berpengaruh,
Setelah ku agak tenang, ku lanjutkan untuk mengeringkan rambutku dulu. Selesai itu, Ku hanya bisa melirik laci berisi ponselku itu dan berjalan ke dekat ranjang ku dengan membawa laptop. Selanjutnya ku buat sebuah kontrak antara aku dan pria aneh itu.
“Tapi bagaimana kalau dia menolak? Hmm, Ah kalau dia menolak aku akan pakai cara kasar.” Gumamku lalu dengan cepat menyelesaikan kontrak yang ku ketik itu.
“Ok, ku akan cetak sekalian saja.” Selanjutnya ku cetak kontrak yang tadi ku buat.
“Selesai juga.. Hmm akhirnya bisa istirahat juga.”
Ku meletakan laptop dan lainnya di meja lalu menjatuhkan diriku di atas ranjang.
“Hmmm, biarlah dia terus menelpon ku.” perlahan mataku pun terpejam.
Esok hari pukul 4 pagi,
Di jam ini adalah jam yang sangat penting untukku. Seperti biasa ku keluar melalui balkon ku dan berjalan di atas rumah. Ku berjalan-jalan sedikit dulu sambil menikmati udara yang masih sangat menyegarkan. Setelah itu, ku duduk dan melakukan pemanasan lebih dulu sebelum bermeditasi. Ku ingin sekalian melihat matahari terbit yang sangat indah itu.
1 jam kemudian,
Tiba-tiba ku merasakan Silau cahaya yang sangat menyilaukan. Aku pun membuka kedua mataku karena ku mengira matahari terbit sudah mulai nampak. Namun rupanya cahaya itu adalah lampu sorot dari arah Menara penjaga. Otomatis ku berteriak dan menutup kedua mataku.
“Hey! Matikan!”
“Nona ketemu…. Nona… Semua nya … Nona ketemu..” tiba-tiba semua orang berteriak saling menyahut dari luar lalu dalam rumah.
Setelah lampu sorot di matikan, ku berulang kali mengedipkan kedua mataku yang terkena silau tadi. Di sisi lain, ku dengar suara para pelayan dan terutama Ammy panik melihatku.
“NONA… Nona… tunggu nona, tenang saja saya akan ke situ nona.” Ucap Ammy padaku.
“Jangan, ini agak sulit. Kamu di situ saja. Ku tak apa.” Ucapku.
“Nona, tapi nona…”
Aku membuka kedua mataku lalu perlahan berjalan kembali ke Balkon kamar ku.
“Nona.. ya ampun.. Kami cari-cari kesana kemari nona…” dia mengelap wajahku dengan tissue.
“Ku hanya bermeditasi sebentar.”
“Kalau itu, kenapa tadi nona tidak menjawab kami? Kami semua mencari nona sambil berteriak tadi.”
“Hmm, ku tak mendengarnya.”
“Nona…” Mereka tampak khawatir.
“Kenapa kalian khawatir? Apa yang kalian khawatirkan? Tenang saja, jika ku lakukan sesuatu itu berarti hal yang aman ku lakukan.”
“Tetap saja nona.”
“Sudah lah.”
Tiba-tiba Mama dan Papa berlari mendekati ku.
“Rachel… Rachel? Ya ampun nak..” Mama panik dan langsung memelukku.
“Rachel! Kamu kemana saja? Semua nya mencari kamu tadi.” Papa memarahi ku.
“Rachel hanya ingin melihat matahari terbit saja pa.”
“Dimana?”
“Hemm,,”
“Di atas tuan. Nona tadi di temukan sedang meditasi di atas rumah dekat dengan loteng.” Sahut Ammy mewakili.
Ku melirik Ammy namun dia terlihat menunduk.
“Astaga Rachel… Anak ini… Astaga.. Papa tak tau harus berkata apa. Aduh, kamu ini seperti anak kecil saja. Hihh.. Seharusnya kamu tak melakukan itu. berbahaya Rachel..” ucap papa menasehati ku lalu berulang kali mencubit ku.
“Aaaa iya pa.. Lagi pula atap nya aman kok.”
“Rachel, walaupun aman. Tapi kita tidak tau akan terjadi apa nanti. Pokoknya papa tak mau kamu kesitu lagi oke?”
“Iya tuh. Masa wanita begitu. Seperti anak kecil. Haha” Sahut Adikku.
Aku melirik kearahnya tajam, tapi dia sama sekali tak takut padaku.
“Janji ya Rachel? Mama juga khawatir kalau begini.”
“Ya sudah pa, ma.”
“Bagus, ini baru putri papa. Em, ya sudah. Ammy, siapkan dan layani dia sekarang.”
“Baik tuan besar.”
Bersambung …