Raisya adalah seorang istri yang tidak pernah diberi nafkah lahir maupun batin oleh sang suami. Firman Ramadhan, adalah seorang arsitektur yang menikahi Raisya setelah empat tahun pertunangan mereka. Mereka dijodohkan oleh Nenek Raisya dan Ibu Firman. Selama masa perjodohan tak ada penolakan dari keduanya. Akan tetapi Fir sebutan dari seorang Firman, dia hanya menyembunyikan perasaannya demi sang Ibu. Sehingga akhirnya mereka menikah tanpa rasa cinta. Dalam pernikahannya, tidak ada kasih sayang yang Raisya dapat. Bahkan nafkah pun tidak pernah dia terima dari suaminya. Raisya sejatinya wanita yang kuat dengan komitmennya. Sejak ijab qobul itu dilaksanakan, tentu Raisya mulai belajar menerima dan mencintai Firman. Firman yang memiliki perasaan kepada wanita lain, hanya bisa menyia-nyiakan istrinya. Dan pernikahan mereka hanya seumur jagung, Raisya menjadi janda yang tidak tersentuh. Akankah Raisya menemukan kebahagiaan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunda RH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pernikahan
Hari ini tepat H-1 bulan pernikahanku, aku dan kedua orang tuaku pergi bersama untuk fitting baju pengantin. Fitting hanya untuk pengantin wanita saja, karna rata-rata di kota yang dekat dengan desaku MUA sudah lengkap dengan dekorasi dan pakaian pengantin. pada saat itu untuk pakaian pengantin Pria sudah ada ukurannya, jadi tidak harus fitting. Hujan turun dengan deras, aku segera masuk ke mobil untuk berangkat ke tempat dekorasi karna sudah janji jam 1 siang. Tiba-tiba sandal yang aku pakai pengaitnya putus. Sandalku memang model jepit tapi dari bahan kulit sintetis.
" kenapa Rai?" Ummi bertanya dengan karna aku tak segera masuk ke mobil.
"Sandalku putus ummi, sebentar Rasya mau pinjam sandalnya Sofi mi." Aku berlari dengan hati yang gundah. Entah kenapa hatiku tidak tenang. "Semoga ini bukan pertanda buruk ya Allah." do'aku dalam hati
"Ayo cepatan Rai, nantik kita terlambat!"
" iya ummi, ini udah siap." aku berlari kecil masuk ke mobil.
Kami pun berangkat menuju kota, perjalanan cukup lancar karna tidak ada kata macet. 60 menit kami sudah sampai di tempat tujuan. Ternyata di kota tidak hujan, cuacanya cerah sekali. Tapi tidak secerah hatiku.
Sampai di rumah MUA sekaligus orang yang punya dekorasi, kami diambil dengan hangat.
"Mari masuk pak, bu." Bu Intan sang tuan rumah mempersilahkan kami masuk.
"oh ini ya yang mau jadi pengantin bu?" Bu Intan menoleh kepadaku.
"iya bu, anaknya masih imut-imut, baru 20 tahun." ummiku menjelaskan.
"Ah iya! saya kira masih 15 tahun lho, soalnya badannya kecil ini, untung bisa fitting kalau gak pasti akan kewalahan untuk permak gaunnya." Gurau bu Intan. Ya memang aku memiliki tubuh yang cukup mungil, tinggi 150 dan BB hanya 39.
"Mari dik dicoba dulu gaun putihnya, nantik pakai jilbab semua kan?"
"Iya bu." Ummiku yang menjawab.Aku mencoba beberapa kebaya modern dan juga beberapa gaun.
Akhirnya acara fitting baju selesai.untuk baju pria menyesuaikan baju wanita dengan ukuran standart. Karna kak Firman belum pulang dari kota B, maka yg mengurus surat-surat nikah adalah keluarga, beruntung kami tinggal di desa sehingga sangat mudah untuk mengurus surat nikah. karna kalau di desa yg bertanggung jawab adalah kepala desa.
Tidak terasa 1 bulan berlalu tiba saat hari pernikahan kami. Untuk acara akad nikah diadakan di rumah orang tuaku. Dan untuk resepsi diadakan di rumah nenekku. Itu atas permintaan nenek. Karna sebenarnya aku sudah dapat warisan rumah dari nenek, yang memang dekat dengan rumahnya. Kakekku sudah meninggal, nenek tinggal bersama bibiku yang sudah janda,dan anak dari bibiku ikut suaminya di kota S. Makanya nenek ingin aku dekat dengannya. Persiapan sudah mencapai 100%, kami sedang menunggu kedatangan mempelai pria. akhirnya yang ditunggu datang juga.
Aku diam di dalam kamar ditemani para perempuan dari keluargaku. karna dalam adat kami kedua mempelai boleh bertemu disaat akad sudah dilaksanakan.
Aku mendengar ijab itu diucapkan dengan lantang.
"Qobiltu nikaachahaa watazwijahaa bilmachril madzkur," dengan sekali nafas dia ucapakan ijab qobul itu.
"Sah sah." teriak para saksi.
"Alhamdulillah!" aku dan semua orang di dalam kamarku mengucap syukur.
Dengan kebaya putih dan make up yang natural aku sedang harap-harap cemas menunggu orang yang sudah syah menjadi suamiku untuk menemuiku di kamar. lantunan sholawat mengiringi langkahnya untuk datang menemuiku. Aku mencium tangannya sebagai ta'dzim ku sebagai seorang istri. Kak Firman memegang pundakku dan mendoakan serta meniupkan di kepalaku. Tidak ada acara cium kening , fotografer mengambil sebagian dari kegiatan kami. Saat ini aku sudah menjadi seorang istri.Ya, Istri dari seorang Firman Ramadhan. Setelah acara foto selesai Kak Fir berpamitan kepadaku.
"Aku akan pulang dulu" akupun mencium tangannya.
"Iya hati-hati kak".pebincangan kami tak luput dari pantauan seoupunya yang bernama Agus.
"Cie... yang mau ditinggal pulang dulu, tenang aja mbak besok juga ketemu lagi di pelaminan, jangan nangis ya" ledeknya kepadaku.
Acara resepsi pernikahanku akan dilaksanakan jam 6 setelah maghrib, beserta dengan acara iringan pengantin dari pihak pria. Begitulah tradisi daerah kami. Aku sudah dirias oleh tim MUA di kamarku, sedangkan pengantin pria berada di kamar sebelah. Rumah ini yang aku tempati adalah rumah yang nenek wariskan kepadaku.
"Sudah siap ini pengantin wanitanya, sudah cantik". Aku tersenyum menanggapi bu Intan. Kami pun duduk di pelaminan menjadi raja dan ratu sehari.
Entah kenapa tidak ada rona kebahagiaan yang dapat ku lihat dari seorang yang sudah sah menjadi suamiku saat ini. Dengan arahan sang fotografer kami pun berfoto dengan beberapa pose.
"Mas! tolong lebih dekat lagi kepalanya ke istrinya." Fotografer mengintruksi kami.
Kak Firman berpose dengan kaku, Memang tinggiku sebawah telinganya mskipun aku sudah memakai high heels.Aku mencoba tersenyum untuk memberikan hasil foto yang terbaik dalam acara sakralku.
Saat akan berganti gaun kami melewati teman-teman Kak Firman,Disitu dia berhenti dan menyapa mereka. Sekilas aku menoleh ada seorang wanita yang nmpak sangat sedih. kulihat usianya sepertinya tak jauh dari usiaku. Tak sengaja aku menoleh pada suamiku, yang kulihat matanya berkaca-kaca. Jantungku berpacu dengan cepat, aku merasakan ada sesuatu yang tidak bisa kujelaskan. Tapi aku tetap berjalan masuk untuk berganti gaun.
-
-
See you again Kakak, terima kasih sudah mau membaca karyaku.