Niat baik salsa untuk membantu sang bos yang sedang hangover ternyata membawa petaka untuknya. bagaimana tidak, malam ini kesuciannya di rengut oleh Azka Aditama dengan paksa.
sementara Azka sendiri bingung, sudah hampir tiga puluh tahun dia tahu dirinya impoten, tapi malam ini, kamar apartemennya menjadi saksi bisu,bagaimana keperkasaan alatnya saat menggagahi gadis di bawah kungkungannya.
Azka-Salsa here
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HaluBerkarya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
kamu sebenarnya selingkuh sama bos kamu, iya??~ Revan
"berhenti!!" tak jauh dari kantor aditama group, mobil mewah Azka terpaksa berhenti atas permintaan Salsa. Ya, untuk beberapa Minggu ini Salsa kerap kali turun di tempat ini, tidak mau satu mobil sampai di depan kantor. Hal itu sengaja, agar tidak menimbulkan kehebohan luar biasa.
"sampai kapan kamu turun di sini terus??" tidak rela sebenarnya, Azka merasa bersalah tiap kali menurunkan Salsa disini. Berulang kali dia meminta wanita itu untuk ikut bersamanya sampai di depan kantor, lagi pula, tidak perlu mendengar omongan orang orang, jalani saja, tapi itu hanya ada di pikiran Azka, beda dengan Salsa yang banyak memikirkan kemungkinan.
"CK, sampai nanti mungkin!!" jawab Salsa dengan senyum tipis. Dia membuka pintu mobil, kemudian perlahan turun
"sampai bertemu di kantor, bapak!!" kelakar Salsa sambil melambaikan tangannya dengan senyum tipis.
"sini!!" sebelum pergi, Azka menurunkan kaca mobilnya, memanggil Salsa sebentar. Wanita itu mendekat,
Cup
satu kecupan pria itu layangkan di pipi Salsa, membuat wanita itu membulatkan matanya tak percaya.
"ihh, bapak ngapain sih!!" kesal sendiri, dia tak sempat menghindar, itu terlalu cepat Azka lakukan.
"hukuman karena memanggilku bapak lagi!!" Azka tersenyum lebar, puas sekali melihat wajah cemberut salsa pagi pagi sekali.
"sana pergi!!" usir Salsa kemudian. Azka melajukan mobilnya dengan pelan, sesekali dia memperhatikan Salsa dari kaca spion, melihat wanita itu yang saat ini berjalan santai.
"Sa.." saat salsa tengah berjalan, suara yang begitu familiar menyapa indra pendengarannya. Suara yang sudah hampir tiga Minggu ini tidak dia dengar, Salsa menoleh, melihat mobil Revan yang terparkir tidak jauh dari tempatnya berdiri. Pria itu sudah berada di belakangnya dengan tatapan sendu.
"jadi dia Sa? Kamu mutusin aku karena bos mu itu??" Revan tak habis pikir, jika seperti alasan Salsa beberapa Minggu lalu, rasanya sangat mustahil saat dia telah melihat sendiri keakraban kedua orang itu.
"sebenarnya kamu selingkuh kan? Kamu hanya buat alasan seperti itu agar putus dari aku, tega kamu Sa,, aku tak habis pikir dengan mu, semudah itu, kamu mencari yang lebih kaya, iya??" merasa di khianati luar biasa, Revan mengeluarkan semua rasa kecewa bercampur sakit hati yang mendalam di hatinya.
Apalagi tadi sempat menyaksikan sendiri bagaimana Azka yang mengecup pipi Salsa, bagaimana keakraban keduanya, tidak terlihat Salsa yang menyimpan luka atas tindakan bosnya itu, ini malah terkesan sebaliknya,, mereka berdua seperti dua pasangan harmonis.
Salsa hanya diam, dia bingung hendak menjawab seperti apa.
"kenapa diam?? Semua itu benar adanya kan?? Kamu cewek matre, harusnya aku percaya mama sedari dulu, dia memang tidak salah, kamu semudah itu berpaling hanya karena bosmu itu lebih kaya dari aku!!" sekali lagi Revan mengeluarkan uneg unegnya.
"hmm, kamu bisa menyimpulkannya seperti itu, terserah!!" jawab Salsa dengan nada datar. Tak bisa di pungkiri, ada rasa sakit di hati Salsa mendengar penuturan Revan barusan. Tapi dia tidak ingin menjelaskan lebih lanjut, biarlah Revan berpikir begitu, benci dia semaunya, hitung hitung untuk mengurangi rasa bersalah salsa pada pria baik itu.
"sudah kan? Aku mau kerja dulu!!" tambah Salsa, dia langsung pergi begitu saja dari hadapan Revan. Hingga saat sudah menjauh, salsa menitikkan air matanya sejenak, kemudian kembali berjalan cepat sampai di depan gedung tinggi, Aditama group.
.
.
Salsa masuk, menuju ruangannya. Ruangan yang tidak jauh dari ruangan Azka. Dia mendudukkan bokongnya di kursi, kemudian mendongakkan kepala, menahan air mata yang hendak jatuh sejak tadi.
"maaf, maafkan aku Van,, kamu harus mendapatkan yang lebih baik, aku berdoa semoga kamu cepat move on dan menemukan yang terbaik buat menjadi pendamping mu..." lirih Salsa. Dia kembali teringat kalimat Revan barusan, kalimat sendu dengan rasa tak terima menjalar di hatinya.
Tak ingin memikirkan lebih lanjut, Salsa mau mengalihkan fokusnya ke berkas berkas yang begitu menumpuk di atas mejanya.
satu persatu dia buka, melakukan pekerjaannya. Hingga sampai jam makan siang, Salsa merenggangkan ototnya, berdiri dan berlalu menuju kantin dengan Sania, teman sekaligus rekan kerjanya di kantor itu.
"Sa, kenapa aku tak pernah melihat Revan mengantarmu akhir akhir ini?" begitu penasaran, Sania bertanya sambil menatap ke arah Salsa.
"nggak apa apa" jawab Salsa sedikit cuek, dan melanjutkan langkahnya ke kantin.
"oh iya, kok jawabanmu singkat begitu, kalian ada masalah? Apa mamanya kembali berbuat ulah?" benar benar tukang kepo, Sania bertanya dari akarnya. Tak jarang dia menyimpulkan kesalahannya ada di mamanya Revan, karena selama ini memang wanita itu tidak pernah menyukai hubungan Revan dan Salsa.
"enggak juga, kami sudah putus beberapa Minggu lalu!" tak mau Sania makin menyimpulkan hal yang tidak tidak, Salsa terpaksa memberitahunya terkait hubungannya dengan Revan. Dan benar saja, Sania membulatkan matanya tak percaya.
"serius?? kalian berdua sudah putus, Sa?? Tapi kenapa putus? Bukankah kalian pacaran sudah sangat lama? Bagaimana bisa putus begitu saja??" berentet pertanyaan dia keluarkan saking penasarannya, hingga sampai di meja kantin kedua orang itu duduk di kursi paling pojok. Sania masih menunggu Salsa untuk menjelaskan lebih detail terkait alasan mereka berdua putus.
"ya karena tidak cocok aja, tidak perlu punya alasan kan!!" enggan sekali Salsa memberitahu alasan di baliknya, dia bungkam. Walau masih ada rasa penasaran itu, Sania menghargai jawaban Salsa.
"kamu yang kuat ya,, semoga kalian berdua menemukan orang yang tepat.." Sania memberi sebuah kalimat penenang, Salsa hanya mengangguk, kemudian mereka berdua membahas hal lain di kantor sampai makanan yang mereka berdua pesan datang juga.
Saat sedang asyik makan, mata Sania melihat ke luar jendela kaca,, pandangan yang terhubung ke depan kantor.
"eh, bukankah itu nyonya Airin?" tak ada yang tidak kenal dengan wanita paruh baya dengan segala kemewahan luar biasa menempel di tubuhnya saat sedang keluar rumah. Berbeda sekali jika santai di kediaman besar Aditama.
Baju, tas, high heels yang dia pakai semuanya barang branded. Tak lupa make up serta semua pernak pernik wanita itu, apalagi wajah cantiknya sangat mendukung dengan gayanya.
Dia turun dari dalam mobil mewah, masuk begitu saja ke dalam kantor dengan langkah elegant. Semua karyawan yang melihatnya menunduk memberi hormat, pandangan matanya lurus ke depan, benar benar jelmaan wanita yang di ratukan.
"tumben sekali dia datang ke kantor,, biasanya hanya datang saat suaminya ada disini, tapi hari ini bukankah pak Raka tidak ada di kantor??" Sania membuka suara saat melihat mommy Airin sudah masuk.
"emang siapa yang berhak melarangnya? Ini perusahaan miliknya, jadi suka suka dia mau datang kesini ataupun tidak, lagian mau pak Raka tidak ada disini, selagi putranya ada kenapa tidak??"
"mungkin nyonya Airin datang menemui pak Azka, atau mungkin datang melihat para karyawannya" sahut Salsa lagi,menjawab kalimat Sania barusan.
"udahlah, kita lanjut makan saja.." tak begitu penasaran, mereka berdua kembali memakan makanan yang sudah sejak tadi tersaji.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
saya menangkapnya Azka bergairah karena pengaruh obat