Sebuah pengkhianatan seorang suami, dan balas dendam seorang istri tersakiti. Perselingkuhan sang suami serta cinta yang belum selesai di masa lalu datang bersamaan dalam hidup Gladis.
Balas dendam adalah jalan Gladis ambil di bandingkan perceraian. Lantas, balas dendam seperti apa yang akan di lakukan oleh Gladis? Yuk di baca langsung.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gadisti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pikir apa
"Emm mungkin sebentar lagi, sayang. Kalau kamu sudah mengantuk, tidurlah. Tidak perlu menungguku pulang." Ucap Evan masih dengan nada bicaranya yang lembut dan halus.
Begitu tenang seolah-olah perbuatannya saat ini sama sekali tidak menyakiti hati dan perasaan istrinya.
"Ya, aku tahu. Yasudah, lanjutkan permainanmu yang tertunda. Aku tidur dulu.... "
"Sa,,, sayang! A,, apa maksudmu? Permainan apa?" tanya Evan dengan gugup.
Ketika ia mendengar permainan keluar dari mulut istrinya, wajahnya langsung pucat seperti mayat. Tubuhnya langsung gemetar, takut jika perselingkuhannya dengan Amelia sudah di ketahui oleh istrinya.
"Maksudku pekerjaanmu, Mas. Aku hanya salah bicara tadi," sahut Gladis dengan santai.
Evan langsung merasa lega, karena ternyata sang istri hanya salah bicara saja. "Kamu ini, ada-ada saja. Mas pikir kamu... Ah sudahlah, lebih baik kamu tidur, ya. Jangan tunggu Mas pulang." Kata Evan yang hampir saja keceplosan.
"Pikir apa, Mas? Kalau bicara jangan setengah-setengah, bikin orang penasaran saja." Tanya Gladis penuh selidik.
"Tidak, sayang. Yasudah, kamu tidur gih, aku harus menyelesaikan pekerjaanku biar cepat selesai.. Aaahh..." Sungguh sial sekali pria brengsek ini. Di saat ia sedang berbicara dengan istrinya, Amelia malah meremas miliknya.
Wanita tidak tahu malu itu, malah tersenyum puas menatap kekasihnya yang terlihat panik karena telah mengeluarkan suara desahan yang pastinya dapat di dengar jelas oleh Gladis.
"Kamu kenapa, Mas? Kok mendesah begitu?" tanya Gladis pura-pura bodoh.
"Ah tidak sayang. Tadi,,, tadi tangan Mas kejepit laci, sangat sakit sekali." Evan beralasan dengan panik. Matanya menatap tajam ke arah Amelia, sedangkan wanita itu malah menantangnya dengan menjilat bibirnya sendiri.
"Mas tutup dulu ya, sampai jumpa, sayang." Setelah mengatakan itu, Evan pun langsung menutup panggilannya tanpa menunggu istrinya menjawab.
Meletakkan kembali ponsel itu di atas nakas. Lalu, kembali menatap ke arah selingkuhannya.
"Apa yang kamu lakukan, Amelia! Apakah kamu sengaja ingin membuat Gladis mencurigaiku hah!" seru Evan dengan marah. Sungguh, ia tidak ingin perselingkuhannya dengan Amelia terbongkar, karena itu pasti akan menyakiti hati istrinya. Padahal, tanpa Evan sadari sang istri sudah mengetahui pengkhianatannya.
"Tidak, sayang. Aku hanya tidak tahan saja tadi. Jangan marah, ya. Aku benar-benar tidak sengaja," sahut Amelia sambil bergelayut manja pada lengan kekar milik kekasihnya.
"Jangan di ulangi lagi. Aku tidak ingin istriku curiga. Atau kamu akan menyesal, mengerti," ucap Evan dengan tegas membuat Amelia langsung terdiam, lalu menganggukkan kepalanya dengan terpaksa. Dalam hati, ia merasa sangat marah karena ternyata Evan masih begitu menyayangi istrinya, bahkan Evan tidak ingin istrinya mengetahui perselingkuhannya. Sementara Amelia, justru ia berharap Gladis mengetahui perselingkuhan itu secepatnya. Dengan begitu, ia bisa membuat wanita itu pergi sendiri dan memiliki Evan sepenuhnya. Sungguh wanita tidak tahu diri.
Evan melepaskan tangan Amelia, lalu memunguti kemeja serta celananya yang tergeletak di atas lantai. Memakainya kembali, karena ia sudah tidak lagi berhasrat terhadap Amelia. Ia sudah di buat marah, karena perbuatan Amelia tadi.
"Sayang. Kok kamu pake baju lagi sih. Bukannya kita akan melanjutkan permainan kita yang tertunda?" Amelia bertanya dengan kesal. Menatap kekasihnya yang kini sedang mengancingkan kemejanya.
"Aku harus pulang. Aku tidak ingin istriku curiga karena suara desahanku tadi," sahut Evan sedikit dingin. Mungkin pria brengsek itu masih merasa kesal kepada Amelia.
"Kamu masih marah sama aku, Mas? Aku kan sudah bilang... "
"Cukup Amelia! Aku tidak ingin membahasnya lagi. Aku harus pulang sekarang, ok." Bentak Evan memotong ucapan Amelia dengan cepat.
"Sayang... Kalau kamu marah, aku akan mendatangi istrimu dan membongkar perselingkuhan kita. Kamu pasti tidak ingin itu terjadi kan?" ucap Amelia membuat Evan langsung terdiam dengan rahang yang mengeras, menahan amarah dalam dirinya.
Menatap Amelia, memberikan tatapan matanya yang tajam pada selingkuhannya itu. Lalu mencengkram dagu selingkuhannya dengan kuat, membuat selingkuhannya kesakitan.
"Jangan mengancamku, Amelia! Atau aku akan membunuhmu saat ini juga," ucap Evan begitu dingin. Sorot matanya terlihat begitu menakutkan, membuat Amelia ketakutan hingga menjatuhkan air matanya.
Sontak, Evan langsung melepaskan cengkramannya, pria itu mengusap wajahnya dengan kasar. Sedangkan Amelia, dia menangis sambil membenamkan wajahnya pada kedua lututnya.
"Kamu jahat, Mas. Kamu jahat. Kamu sudah tidak mencintaiku lagi. Pergi kamu dari sini, pergi." Teriak Amelia di iringi dengan isak tangisnya. Wajahnya masih terbenam di antara kedua lututnya. Ia tidak mau menatap ke arah kekasihnya yang telah menyakiti perasaannya.
"Amelia... Maafkan aku, aku emosi tadi. Aku... " ucapan Evan tercekat di tenggorokan ketika suara wanita tidak tahu malu itu, dengan cepat menyambar seperti petasan api.
"Pergi kamu, Mas. Kamu sudah tidak mencintai aku lagi. Biarkan aku sendiri, biarkan aku mati saja. Itu kan yang kamu inginkan tadi." Amelia mendongak, menatap Evan dengan tetesan air mata yang terus saja keluar membasahi wajahnya membuat Evan semakin merasa bersalah karena telah membuat selingkuhannya itu menangis seperti ini.
Menghela nafasnya, lalu menghampiri Amelia. Memeluk tubuh telanjang itu, mengusap punggungnya dengan lembut, kemudian mengecup rambut selingkuhannya beberapa kali. Mencoba untuk menenangkan sang selingkuhan yang telah ia buat menangis sedih seperti itu.
"Maafkan aku, sayang. Aku terlalu emosi tadi. Jangan menangis lagi, ya. Sungguh hati Mas terasa sakit melihatmu menangis seperti ini," ucap Evan seraya melepaskan pelukannya, lalu menatap Amelia dengan sendu. Tangan kanannya terulur dan menghapus air mata wanita itu.
"Berhenti menangis, sayang. Nanti matamu bisa bengkak," ucap pria brengsek itu lagi. Ketika air mata selingkuhannya terus saja keluar membasahi wajahnya.
"Aku maafin kamu, Mas. Tapi kamu harus janji, jangan membentakku lagi. Hatiku sakit saat tadi kamu membentakku dan berkata dingin. Aku merasa kalau kamu sudah mencintai aku lagi." Lirih Amelia dengan raut wajahnya yang sengaja di buat sesedih mungkin. Sengaja ingin membuat Evan semakin merasa bersalah kepada dirinya.
"Iya, sayang. Mas janji, Mas tidak akan membentakmu lagi. Tapi, kamu juga harus janji sama, Mas. Jangan datangi rumah Mas, mengerti." Ucap Evan dengan tegas.
Amelia mengangguk, kali ini ia harus mengalah dulu, toh masih banyak waktu untuk dia mendatangi rumah kekasihnya dan memberitahu Gladis tentang perselingkuhannya dengan Evan. Amelia tidak ingin selamanya menjadi selingkuhannya pria tampan namun brengsek itu. Ia ingin memiliki Evan sendiri. Maka dari itu, hal utama yang harus ia lakukan adalah menyingkirkan istri Evan, Gladis.
"Aku pulang dulu, ya. Minggu kita akan pergi jalan-jalan, ok." Evan mengecup singkat kening Amelia, setelah itu, ia pun bangkit lalu pergi meninggalkan Amelia sendirian.
"Aku pastikan kamu akan menjadi milikku seorang, mas. Aku tidak suka berbagi tubuhmu dengan wanita itu. Ya meskipun dia istrimu, tapi tetap saja aku tidak suka. Kamu hanya boleh menjadi milikku seorang, Mas Evan." Batin Amelia sambil menatap kepergian Evan yang telah menghilang dari pandangannya.
Amelia sengaja memberikan Evan kunci cadangan tempat tinggalnya, agar memudahkan Evan untuk masuk ke dalamnya.
Perempuan berhati busuk itu lantas bangun, dan berjalan menuju kamar mandi dengan tubuh telanjangnya.
makasih Thor🙏💪