~ Zifara Meisha Rabbah ~
" Hidup ini harus berdasarkan keyakinan bukan? bagaimana bisa aku yang seorang putri seorang Pendakwah kondang tak memakai hijab??? tidak hanya satu kali dua kali Ummi dan Abi mengingatkanku namun aku tetap merasa belum yakin akan sebuah hijab.
sehingga suatu hari Abi menjodohkanku dengan salah satu jamaahnya dari kesatuan tempat militer di mana Abi berceramah. Dari sanalah aku mengenal Ahmad Sulaiman Al Faroby. Dia mulai membuatku berubah namun dengan proses tak mudah tentunya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ana Al Qassam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perhatian
" Malu ... " bisik Zifa pada suaminya. Ahmad menghela nafas panjang. Dia mengangkat istrinya, untung saja Zifa tergolong ramping. Ahmad membenarkan posisi dirinya dan Zifa.
" Kamu baik - baik saja?" tanya Ahmad melihat istrinya. Zifa mengangguk seraya menatap sekeliling. Tatapan mereka membuat Zifa tidak enak.
Amazing ... Romantis banget!
Haissshhh bikin pengen meluk yang halal saja.
Astaghfirullah baik - baik saja kan nak!!!?
Mereka ini .... So sweet sekali!
Hati - Hati nak jalannya!
Suara - suara itu memenuhi telinga Zifa. Tanpa sungkan Ahmad memegang jemari istrinya dan tersenyum pada semua orang.
" Maaf ... Sudah membuat semua orang khawatir! Tadi refleks saat melihat dia hendak jatuh," ujar Ahmad pada semua orang.
" Ah ... Tidak masalah nak! Itu artinya ada yang menjaga Zifa dengan baik. Bawalah dia masuk!" ujar Ummi nampak bahagia jika ada yang menjaga putrinya.
Mereka kemudian berjalan menuju kamar lagi. Jam memang sudah menunjukkan pukul 21.00 malam. Sesampainya di kamar Zifa mulai membuka suara lagi.
" Bolehkah aku melihat punggungnya?? Tadi sempat terbentur lantai," ujar Zifa. Ahmad mengangguk saja. Zifa membantunya melepaskan pakaian yang di gunakan Ahmad. Benar saja punggungnya lebam akibat terbentur ubin terlalu keras.
" Sakitkah!?" Zifa menyentuh bagian yang lebam itu. Ahmad mengangguk mengiyakan namun dia tak mengeluh.
" Zifa ambilkan Salep pereda nyeri dulu tapi sebelumnya Zifa kompres dulu dengan air es," ucapnya lagi. Namun kala Zifa hendak beranjak menuju arah berlawanan Ahmad menarik pergelangan tangannya.
" Aku tidak apa - apa jangan khawatir," ucap Ahmad agar Zifa tak merasa bersalah.
" Tapi punggungmu pasti sakit mas! Harus di obati," jawab Zifa dengan wajah serius.
" Baiklah ... Terima kasih," jawabnya dengan tersenyum Zifa mengangguk dan segera mengambil es di lemari pendingin.
Zifa yang sedang di dapur itu serius mengambil es dari dalam. Agaknya ada sepupunya tadi menyapa untuk mwngetahui kabar tentang Ahmad.
" Kenapa mengambil air es Zifa??" tanyanya.
" Mas Ahmad ... kulitnya agak lebam harus segera di kompres mbak," jawabnya jujur padanya.
" Oh ... Kalian sudah sedekat itu rupanya?" tanyanya dengan gelenyar aneh menurut Zifa. Namun dia tetap mengulas senyum dan menjawabnya.
" Iya mbak," jawab Zifa singkat.
" Zif ... Tahukah kamu siapa Ahmad sebenarnya???" tanyanya pada Zifa. Zifa yang cuek itu menjawab sekenanya aaja sesuai dengan yang dia ketahui.
" Entahlah mbak ... Kami belum berkenalan terlalu jauh. Memangnya mbak kenal dengan mas Ahmad???" tanya Zifa sambil mengoper air es ke baskom dan menaruh handuk kecil.
" Tanyakan saja padanya apakah dia mengenalku?! Aku sungkan jika aku yang bercerita," jawabnya ambigu membuat zifa mengernyitkan alis dan merasa aneh dengan saudarinya ini.
" Ah, iya mbak ... Jika senggang aku tanyakan padanya mbak," jawab Zifa sekenanya saja. Dia malas ribet saat ini.
Dengan langkah lebar Zifa berjalan menuju kamarnya membawa serta baskom yang berisi air es. Jujur Dia sedikit terpengaruh oleh ucapan saudarinya di dapur tadi.
Sesampainya di kamar ...
Tanpa banyak berkata dia langsung mengompresnya. Ahmad juga tampak menahan rasa sakitnya karena tidak ingin membuat dia panik. Selang beberapa menit Zifa mengoleskan salepnya.
" Sudah mas ... Maafkan Zifa ya!" serunya membuat Ahmad tersenyum.
" Untuk apa meminta maaf melindungimu adalah tanggung jawabku. Selain negara ini yang ku jaga istriku pun harus ku jaga," jawabnya mantap membuat zifa tersenyum kecil. Namun dia ingin sekali menanyakan tentang saudarinya itu. Bisakah Ahmad memberikan jawaban atas rasa penasarannya.
" Mas ... Bolehkah Zifa bertanya?" tanyanya dengan ragu. Ahmad memegang jemarinya.
" Katakan saja ... Tidak perlu ragu - ragu. Akan ku dengar dan jawab jika aku bisa menjawabnya," jawabnya lagi - lagi santai. Zifa mengangguk paham akan yang di maksud namun lidahnya serasa keluh saat ini. Namun Ahmad dengan sabar menantinya. Dia pun di buat penasaran oleh Zifa.
Nah, Loh ... Siapa ya saudari Zifa itu dan ada hubungan apa dengan suaminya?????? Jelaskaaaaannnnn😅😅😅
....